CHP 10: PUBLIC SHOWER

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kemeriahan acara Fashion Week yang bertabur bintang tentu mendapat tanggapan meriah dari para wartawan, penggemar, dan juga kalangan fashion lover di seluruh penjuru Korea Selatan. Berpusat di Seoul, acara Fashion Week kali ini banyak diikuti oleh brand lokal selain brand-brand ternama yang sudah ada.

"Taylor, lama tidak bertemu." Keduanya berjabat tangan dan saling menyapa. Orang yang mendatangi Taylor adalah salah satu kenalannya saat menghadiri acara seperti ini juga.

"Kevin, kau juga jarang terlihat," jawab Taylor menanggapinya.

"Aku baru saja pulang dari Thailand, ada kerjaan di sana," kata Kevin. Lalu, dia memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Taylor dan menelitinya. "Kau ke sini untuk siapa?" Rasanya dia seperti pernah melihat pakaian yang dikenakan oleh Taylor saat ini, tapi juga tidak. Bagaimana menjelaskannya agar lebih simple? Pakaian keluaran terbaru.

"Filia. Aku menjadi House Ambassador mereka untuk pakaian ini." Tyalor menunjuk ke atasan berwarna oranye yang ia kenakan.

"Filia Italia?" tanya Kevin. Taylor menganggukkan kepalanya, membenarkan pertanyaan Kevin tersebut.

"Bukankah kau baru lepas dari brand sebelah? Sekarang sudah dapet yang baru lagi aja. Memang wajah tampan sulit untuk disaingi," ucap Kevin diselingi candaan. Keduanya tertawa ringan agar tidak ada kecanggungan. "Sendiri?"

"Bersama Livia Kwon," jawab Taylor. Terlihat Kevin menarik alisnya dan itu membuat Taylor penasaran.

"Bukankah dia artis kontervesial?" ucap Kevin tanpa berpikir panjang dan itu sedikit mengusik perasaan Taylor. Tapi, dia menahannya agar tidak kelepasan.

"Artis kontervesial gimana?" tanya Taylor dengan perasaan membuncah yang ia tahan. Dia merasa tidak suka jika ada seseorang yang menjelek-jelakan nama Livia karena rumor tanpa dasar yang beredar tentang wanita itu. Jelas-jelas Livia adalah korban kekejaman orang tidak bertanggung jawab di luar sana.

"Dia 'kan pernah dirumorkan menjadi simpanan orang atas," ucapnya dengan nada rendah agar tidak ada yang mendengar. Dia juga tidak mau ikut dihujat karena tengah menjelek-jelakan artis papan atas seperti Livia Kwon.

"Berarti kau belum membaca berita hari ini," sanggah Taylor dengan cepat. Kemudian, Taylo mencari-cari keberadaan Junho di antara keramaian acara. "Aku pergi dulu. Sebentar lagi ada sesi foto dengan Livia." Tanpa berkata apa-apa lagi, Taylor meninggalkan Kevin dan menyusul sang manager yang tengah berbincang dengan seseorang yang tidak ia kenal.

"Oh, Taylor. Kenalkan, ini adalah Pak Joseph. Dia adalah salah satu anggota direksi acara Fashion Week ini," Junho mengenalkan Taylor kepada orang yang baru saja ia ajak ngobrol. Salah satu orang penting dalam keberlangsungan acara Fashion Week.

"Salam kenal, Pak Joseph." Taylor berjabat tangan dengan pria tersebut yang disambut dengan senang.

"Senang bisa melihatmu secara langsung, Taylor," Pak Joseph balas menyapa Taylor.

"Kita tinggal ya, Pak Joseph," ucap Junho kepada Pak Joseph yang diangguki olehnya.

Taylor dan Junho pergi ke area foto untuk brand Filia. Sebagai House Ambassador baru terpilih, mereka harus melakukan sesi foto untuk exposure dan juga perkenalan secara resmi. Sesampainya di area foto, ternyata Livia dan sang manager sudah berada di sana. Bukan hanya mereka, Bu Yuri selaku PR brand Filia juga sudah ada bersama mereka.

"Setelah ini giliran kalian," ujar Bu Yuri kepada Taylor dan juga Livia. Kedua top artis tersebut menganggukkan kepala mereka.

Manager Jina menyodorkan cermin kecil ke wajah Livia agar sang artis bisa mengecek dirinya sendiri sebelum diambil gambarnya.

"Bang," Livia merengek tiba-tiba dan membuat Jina terkejut karena dia tidak sedang memperhatikannya, melainkan sedang fokus ke ponsel di tangan satunya.

"Oh, kenapa?" tanya Jina dengan sigap. Dia menurunkan ponselnya untuk kembali fokus pada Livia. Karena dia pikir ada yang salah dengan sang artis. Jina bahkan sampai mengecek dari atas kepala sampai ujung kakinya, takut ada yang tidak beres dengan Livia.

"Cerminnya," komplen Livia dan itu langsung membuat Jina mendengus.

"Dasar wanita," cibirnya. Tipikal sekali, ada yang salah sedikit saja, langsung komplen. Jina membenarkan tangannya yang memegang cermin dan memposisikannya sesuai dengan keinginan wanita itu.

"Bersiap," ujar Bu Yuri sambil bertepuk tangan untuk mengambil perhatian kedua artisnya.

"Tidak perlu cemas, relax saja. Mengerti?" pesan Jina kepada Livia. Meski berdiri di depan wartawan bukanlah yang pertama kalinya, tapi ini merupakan hal besar setelah rumor yang beredar itu dan sampai menjelekan nama besar Livia Kwon.

"Tidak bisa," jawab Livia seadanya. Dia menatap ke arah karpet merah yang menjadi spot foto brand Filia. Riuhnya suara dari wartawan dan juga banyaknya penggemar yang datang untuk menyaksikan secara langsung para artis mereka cukup membuat jantung Livia berdegup kencang.

"Tenang saja, semua akan baik-baik saja," terdengar suara bariton dari hadapannya. Saat Livia mendongak, orang tersebut adalah Taylor. Dia tersenyum menenangkan ke arahnya. Senyum yang cukup melelehkan dan membuat Livia terlena untuk beberapa detik.

"Ayo." Bu Yuri mendorong Livia dan Taylor untuk maju dan berjalan ke arah karpet merah untuk sesi pemotretan.

Belum sampai di karpet merah, banyak yang meneriaki nama mereka. Meskipun tidak terlalu terdengar jelas karena saling beradu, Livia sendiri bisa mendengar nama Taylor lah yang banyak dipanggil.

Sepositif apapun dirinya tentang karirnya setelah rumor yang beredar, pasti masih ada rasa kecewa yang ia simpan dalam hati. Meski banyak yang masih mendukungnya, banyak juga yang terus menghujatnya. Cap sebagai 'simpanan' orang penting di industri hiburan berpengaruh sangat besar dari cara orang memandang karirnya saat ini dan itu tidak bisa dipungkiri.

Livia jalan dengan kepala sedikit tertunduk dan Taylor yang berjalan di belakangnya melihat itu.

"Chin up, Livia," kata Taylor yang sampai ke telinga Si Manis. Kata penyemangat itu berhasil membuat Livia kembali mengangkat kepalanya dan berjalan dengan percaya diri.

Saat sampai di tengah, mereka langsung bersikap profesional layaknya model yang sedang dipotret. Mereka berdiri berdekatan tapi tidak sampai menempel satu sama lain. Mata mereka sama-sama tertuju ke kamera para reporter di depannya.

Klik.

Klik.

Klik.

Setelah sesi foto selesai dan mereka sudaah akan meninggalkan tempat, suara kencang menyuruh mereka menunggu memberhentikan langkah kedua artis tersebut. Taylor dan Livia sontak berhenti karena mereka pikir orang tersebut berbicara kepada mereka. Saat berbalik badan, tangan Taylor sontak mengambil lengan Livia dan menyeret ke hadapannya.

Karena Taylor yang berada di belakangnya dan memutar tubuhnya lebih cepat, dia bisa melihat bahwa ada seseorang yang mendekat dengan sebuah ember berukuran sedang yang tengah ia ayunkan ke arah mereka atau lebih tepatnya kepada Livia.

Meskipun tinggi tubuh mereka tidak terlalu berbeda, tetap saja Taylor yang lebih tinggi dari Livia dan memiliki porsi tubuh yang maskulin. Jadi, tubuhnya bisa menutupi tubuh Livia dari guyuran air yang disasarkan kepadanya. Alhasil, seluruh isi air dari dalam ember tersebut meleset kena kepada Livia tapi tepat sasaran tempat Livia berdiri semula.

Suara orang-orang terkesiap karena kejadian di luar dugaan itu terdengar sangat kencang.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taylor. Dia menyentuh kedua lengannya dan tersadar bahwa tubuh Livia gemetar dan wanita itu menutup matanya begitu rapat. Kejadian ini membuat Livia sangat terkejut sampai telinganya berdengung. "Livia."

Sedangkan di pinggiran sana, Jina terkejut bukan main dan tanpa babibu, dia berlari mengincar pria yang melakukan penyiram itu. Junho yang melihat Jina mengincar pria itu daripada mengamankan artisnya mengambil alih perannya.

Junho langsung menarik Taylor dan juga Livia untuk keluar dari karpet merah untuk mengamankan para artis. Dia mengamankan para artis masuk ke dalam gedung dan mencari ruang sepi untuk menenangkan diri, terutama Livia yang sepertinya terguncang akan kejadian tadi.

Sesampainya di tempat yang tidak banyak orang mengerumun, kedua pria yang ada bersama Livia langsung menatap wanita itu untuk mengecek kondisinya. Tapi, mata Junho jatuh pada tangan yang saling menggenggam, siapa lagi kalau bukan Taylor dan Livia.

Ternyata, tanpa sadar Taylor telah menggenggam tangan Livia begitu erat agar wanita itu tidak terlalu cemas. Taylor melakukannya secara natural, jadi tidak ada yang menyadarinya.

"Liv," Taylor memanggil nama Livia untuk mengambil perhatiannya. Dia mengangkat tangannya dan menyentuh pipi mulus Livia. Sentuhan itu langsung membuat Livia membuka matanya dan terlihat bahwa dia masih terkejut dari sorot matanya. "It's okay."

Livia terus terdiam dengan mata yang tidak fokus.

"Livia." Datanglah Jina dengan napas tidak teratur. Tapi, tidak lama darinya, ada seorang pria yang tidak mereka kenal datang memanggil nama Livia juga.

"Nona Livia." Pria berbadan tegap dan besar memakai pakaian serba hitam menghapiri Livia.

"Gustav," sebut Livia dengan helaan napas lega. Pria bernama Gustav itu tanpa banyak berbicara memberikan sebuah topi dan kaca mata hitam, kepada Livia.

"Anda siapa?" Taylor mencegat tangan Gustav yang akan memberikan barang itu kepada Livia.

"Saya bodyguard tuan Kwon. Saya ditugaskan untuk membawa Nona Livia kembali ke rumah besar," jawab Gustav dengan tegas dan tatapan yang tidak kalah. Lalu, dia menatap manager Jina. "Bisa tolong pinjamkan jasmu?" Gustav melirik ke Livia, memberitahu Jina untuk memberikan jasnya kepada Livia.

"Bukankah Livia akan mendapatkan penalti jika pergi begitu saja?"

"Penalti? Tuan Kwon akan menanganinya. Dia bahkan bisa mengajukan gugatan kepada brand, bukan begitu? Livia mendapatkan kerugian mental di sini, lebih baik kau pikirkan itu," jawab Gustav dengan lancar. Dia bisa menjawab semua hal yang dilontarkan oleh Taylor jika dia ingin beradu argumen. Dirinya terlatih untuk sigap menangani suatu kondisi apapun dan itu merupakan salah satu tugasnya sebagai bodyguard untuk keluarga Kwon.

Livia langsung dibawa pergi oleh Gustav setelah dirinya siap. Ketiga pria yang tinggal melihat kepergian Livia begitu saja. Terlebih Taylor, dia bisa melihat tubuh Livia menjadi layu setelah kejadian di luar dugaan tadi.

Saat dia sedang fokus memperhatikan Livia, Junho sudah mengeluarkan sapu tangannya dan dia menaruhnya di leher belakang Taylor dimana dia terkena basahan air dari sang perusuh. Junho mulai mengeringkan pakaian yang terkena basah dan juga rambut Taylor.

"Apa kau tidak sadar?" tanya Junho kepada Taylor tentang dirinya yang terkena guyuran air.

"Tentu saja berasa, Bang. Terasa sangat segar di bagian sana," jawabnya dengan nada sedikit sarkas.

( ... )

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro