Bab 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah perjuangan yang cukup panjang, Mima akhirnya mendapatkan tempat kos yang sesuai dengan keinginan omnya. Iya, keinginan omnya karena beliau mau yang terbaik untuk keponakannya itu.

Mima tentu tidak bisa menolak, setidaknya dia bersyukur karena sudah diizinkan untuk hidup mandiri. Lucunya, kos Mima tersebut terlihat seperti apartemen padahal Mima ingin tempat kos yang sederhana agar dapat dia bayar dengan uang kerjanya nanti. Ternyata, omnya lah yang mau membayar kos tersebut.

Semua barang Mima sudah dipindahkan di kamar kos perempuan itu. Aska, anak tertua omnya juga ikut membantu Mima pindahan.

Dengan sekotak kardus di tangannya, Aska berjalan mendekat ke arah Mima. "Ditaruh dimana nih?" tanya Aska pada Mima yang tengah sibuk mengecek barang-barangnya.

Ditanya seperti itu oleh Aska membuat Mima sedikit bingung. "Hmm. Di sini aja, Kak."

"Yang bener, ini buku loh, nggak mau di simpen di kamar aja?" tanya Aska memastikan, sebenarnya buku-buku itu akan Mima bawa ke kamar. Dia tidak mau merepotkan Aska. Namun ternyata, Aska jauh lebih paham darinya.

"Iya, Kak. Di kamar aja."

Aska berlalu di hadapan Mima dan perempuan itu kemudian berjalan menuju dapur, kos milik Mima sangatlah lengkap. Ada kamar mandi juga toilet, dapur dan juga mesin cuci. Seperti rumah. Namun, sangat minimalis.

Mima membuat beberapa gelas minuman untuk Aska dan juga beberapa pekerja yang membantu Mima pindahan. Setelah selesai, perempuan itu menaruh air teh yang dia buat di atas meja kecil yang ada tepat di depan kamar miliknya.

"Silakan, Om diminum. Maaf, cuman bisa nyediain ini."

Beberapa pekerja kemudian meminum teh yang Mima buat dan untuk Aska, Mima sudah membuat teh yang berbeda dan perempuan itu segera membawanya ke dalam kamar dimana Aska tengah berada.

Aska terlihat tengah sibuk memasang meja belajar untuk sepupunya itu, Mima yang baru saja masuk kemudian ikut duduk di sisi Aska.

Dengan perlahan Mima menyodorkan segelas teh yang sebelumnya dia buat. "Diminum dulu, Kak."

Aska melirik Mima sekilas dan melanjutkan pekerjaannya. Aska memang seperti itu, dia selalu mau menyelesaikan pekerjaannya sebelum melakukan hal lain seperti minum teh sekarang ini.

Mima memperhatikan Aska yang dengan cekatan merakit meja belajar untuknya dan setelah selesai, tanpa sadar Mima bertepuk tangan.

Aska yang mendengar suara tepuk tangan itu kemudian menoleh ke arah Mima yang menampilkan wajah polosnya.

"Sekarang, lo tinggal sendiri. Jangan biarkan orang lain masuk ke sini, apalagi orang yang baru lo kenal." tegas Aska yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Mima.

Sembari menyicipi teh yang Mima buat, Aska sibuk membuka beberapa pesan di ponselnya yang tak sempat dia baca. Di tengah kesibukannya, tiba-tiba Mima mengeluarkan suaranya. "Kak Aska sering-sering ke sini ya kalau nggak sibuk."

"Iya, entar gue usahain."

Entah kenapa, perasaan Mima menjadi sangat bahagia setelah mendengar ucapan Aska. Semakin lama, Aska menjadi pria yang sangat baik. Ya walaupun, Aska masih sering bersikap dingin padanya.

Setelah semua barang di pindahkan, beberapa pekerja yang membantu Mima pun pulang dan kini yang tersisa di kos Mima hanya dirinya juga Aska. Sebenarnya, Om Raka juga ingin membantu. Namun, pria paruh bayah itu harus pergi keluar kota untuk mengurus pekerjaan dan Tante Vita ikut dengannya.

Jangan tanyakan tentang Fiona, Mima tidak mengetahui dimana keberadaan sepupunya itu. Dia sempat bertanya pada Aska dan sayangnya Mima tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya.

Semua barang Mima kini sudah tersusun dengan rapi sesuai dengan apa yang perempuan itu inginkan. Aska yang kelelahan tertidur di sofa ruang tv. Mima yang melihat hal itu menjadi sedikit kasian pada Aska. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa dan memutuskan untuk diam.

Dengan keahlian masaknya yang jauh di bawah rata-rata, Mima yang kelaparan memutuskan untuk memasak walaupun hanya memasak mie.

Setelah selesai, Mima segera menaruh dua mangkuk mie tersebut di atas meja yang berada tepat di hadapan sofa. Sambil menunggu Aska bangun, Mima sibuk memainkan ponselnya.

Dua hari lagi, dia harus turun bekerja dan ketika memikirkan hal itu, dia menjadi sangat bersemangat.

Sofa yang disenderi oleh Mima sedikit bergerak sehingga membuat perempuan itu terkejut. Badannya berbalik untuk melihat Aska dan ternyata sepupunya itu sudah bangun dari tidurnya.

Dengan mata yang nyaris tertutup lagi, Aska mengganti posisinya menjadi duduk rapi di atas sofa. Hal itu sedikit membuat Mima bingung dan ketakutan karena dia pikir, dia sudah mengganggu kakak sepupunya itu.

"Ngapain duduk di bawah?" tanya Aska dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"Nggak pa-pa, Kak. Aku duduk di sini aja," jawab Mima dengan sedikit pelan. Matanya kemudian menatap mie yang ada di atas meja. "Oh iya, ini aku ada bikinin mie buat kakak makan. Maaf ya, cuman bisa buatin mie."

Salah satu alis Aska terangkat setelah melihat ada dua mangkuk mie di hadapannya. "Kenapa dua?"

"Satunya buat aku, Kak."

Mima dapat mendengar suara helaan nafas dari Aska, dia menjadi sedikit bingung karena sikap kakak sepupunya itu. "Kenapa nggak langsung makan!" bentak Aska yang berhasil membuat Mima terkejut.

"Aku mau makan bareng, Kakak," cicit Mima singkat dengan wajah tertunduk.

"Ya udah, gue cuci muka dulu."

Aska berlalu di hadapan Mima dan bergegas pergi ke wastafel untuk mencuci muka. Setelah selesai, dia langsung kembali duduk di sofa yang dia tiduri dan memakan mie yang Mima buat.

Mima ikut makan bersama Aska dan keduanya makan tanpa berbicara sepatah kata pun. Sama seperti yang mereka lakukan saat di rumah.

Setelah selesai makan, Aska pamit untuk pulang. Namun, Mima dengan cepat menahannya. "Kakak mau pulang? Ini udah tengah malem loh. Mending nginep di sini aja," ajak Mima yang membuat Aska terdiam.

"Ini baru jam satu, nggak usah lebay gitu," tolak Aska sembari langsung keluar dari kamar kos Mima. Pria itu meninggalkan Mima yang masih mematung di depan pintu kamarnya.

Tak lama kemudian, Aska kembali masuk dan membuka jaket jeans yang dia gunakan sebelumnya. "Gue nginep di sini malem ini. "

Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Aska sehingga tiba-tiba saja pikirannya berubah dan dia memutuskan untuk menginap.

Aska kembali duduk di sofa dan Mima masuk ke dalam kamarnya. Perempuan itu benar-benar kelelahan sehingga tanpa sadar dia tertidur pulas dan saat pagi tiba dia sangat terkejut karena tidak mendapati Aska di kamar kosnya.

"Kak, Kak Aska!" panggil Mima dengan sedikit berteriak.

Mima mencari kakak sepupunya itu ke semua tempat yang ada di kamarnya. Namun, Aska tak kunjung dia temui. Malahan Mima mendapati sebuah notes tertempel di kulkasnya.

"Gue pulang ke rumah, entar gue ke sini lagi kalau sudah balik dari kerja."

Itulah isi notes yang Aska tulis. Mima yang membaca pesan dari kakaknya itu menjadi sedikit sedih, karena untuk pertama kalinya dia harus tinggal sendiri. Memang tak nyaman. Namun, ini lebih baik daripada harus terus-terusan bertengkar dengan Fiona.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro