SHD-3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika malam sudah semakin larut dan mata tak kunjung terpejam, maka pikiran pun memanfaatkan kesempatan untuk mendominasi. Malam adalah hal terbaik bagi otak untuk menolak bekerja sama dengan raga. Saat raga  menuntut untuk tidur karena terlalu lelah, maka otak menolak karena masih memikirkan banyak hal. Memang benar, manusia harus disibukkan dengan banyak hal agar bisa mengalihkan pikiran namun di malam hari manusia punya waktu untuk istirahat dan otak memanfaatkannya untuk memikirkan banyak hal.

Seperti yang terjadi pada Matthew saat ini. Sejak tadi Matthew hanya membolak-balikkan badannya mencari tempat ternyaman di tempat tidurnya namun tak kunjung menemukannya. Entah tempat tidurnya yang tidak nyaman atau memang banyak hal yang mengganggunya. Sudah satu minggu Ia seperti ini sejak hari Maria meninggalkan rumah. Matthew mengambil ponselnya yang langsung menampakkan wallpaper foto dua orang anak kecil yang memamerkan gigi depannya yang ompong dan waktu yang menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia membuka kolom chat-nya dengan Maria. Terdapat deretan pesan yang sudah mendapatkan centang biru namun tak kunjung dibalas.

"Apa aku lacak ponselnya saja?" gumamnya. Ia ingin melakukannya namun Ia tidak ingin membuat Maria tidak nyaman. Mengingat kemarin saat Ia melacak nomor Radit-mantan pacar Maria Ia mendapatkan tamparan dari adiknya itu.

To MarMar
Healing-nya jangan lama-lama. Cepat pulang, ya. Sebentar lagi kakak kembali ke asrama. Kakak menyayangi mu. Selalu.

Matthew meletakkan kembali ponselnya setelah mengirim pesan pada Maria. Ia lalu mengambil satu tabel pil dari botol putih yang ada di atas meja untuk membantunya tidur lalu menelannya. Ia akan mencoba untuk tidur dengan pil yang dibelinya di apotik tadi. Ia harus punya banyak waktu tidur agar staminanya tidak kurang ketika ditugaskan nanti.

...

Walaupun sudah menelan pil tidur Matthew tetap terbangun di jam 5 pagi. Hal ini dikarenakan dia terbiasa selama pelatihan untuk bangun lebih cepat. Karena tidak tahu harus berbuat apa saat subuh Matthew memutuskan untuk joging pagi. Kemarin dia menghabiskan subuhnya di ruang Gym milik ayahnya dan hari ini karena suntuk dengan suasana yang begitu-begitu saja Ia memutuskan untuk berlari keluar. Saat ini Ia telah berada di taman yang berada di dalam komplek perumahan dan apartemen Arsenio-alamat tempat tinggalnya. Setelah merenggangkan tubuh Matthew berlari keliling lapangan beberapa kali. Saat ini pria yang berusia 21 tahun itu sibuk dengan alat-alat olahraga umum yang disediakan oleh pihak Arsenio. Arsenio adalah kompleks perumahan dan apartemen mewah yang hanya ditempati oleh orang-orang dengan gaji di atas dua digit. Setelah selesai dengan alat-alat olahraga tersebut Matthew berjalan santai menuju pintu keluar kompleks. Sepertinya Ia tertarik dengan bubur ayam gerobak yang sejak tadi memarkirkan gerobaknya di depan pintu masuk.

Matthew memutuskan untuk membelinya sebelum satpam mengusir pria paruh  yang sudah sangat rajin menjualkan dagangnya di jam lima pagi karena berjualan disekitar kompleks.

"Satu, pak. Dibungkus ya," pintah Matthew.

"Baik, Den." Pria paruh baya tersebut langsung membuat pesanan Matthew.

Matthew memperhatikan gerakan tangan pria paruh baya tersebut menyiapkan pesanannya.

"Eh, pak! tidak boleh berjualan disini," tegur satpam yang terlihat baru muncul entah dari mana.

"Nanti saya pindah setelah membuat pesanan Den ini," ucap pria paruh baya tersebut melirik ke arah Matthew.

"Eh, den Matthew. Kapan baliknya Den? Tidak pernah lihat muka den lagi selama ini," ucap Satpam yang sudah bekerja lama ditempat ini. Ia terlihat mengenal baik Matthew.

"Satu minggu yang lalu pak Tarno. Izinkan bapak ini berjualan disini sampai jam 6 pagi. Boleh ya?" Pintah Matthew merasa kasihan jika pria paruh baya penjual bubur tersebut harus mendorong gerobaknyalebih jauh lagi.

"Wah tidak bisa Den. Ini sudah menjadi peraturan disini. Saya tidak bisa melanggarnya Den. Mohon dimengerti," ucap Pak Tarno terlihat seperti satpam yang taat akan aturan.

"Tidak apa-apa, Den. Saya akan pindah. Ini pesanannya, Den." Pria paruh baya penjual bubur tersebut memberikan pesanan Matthew.

Matthew mengeluarkan dompetnya dan menarik salah satu uang seratus ribuan dari dalam dompetnya lalu memberikan kepada pria paruh baya tersebut.

"Wah, uangnya terlalu besar Den. Saya tidak punya uang kecil. Den pembeli pertama saya hari ini," ucap pria paruh baya tersebut.

"Ada beberapa satpam yang jaga hari ini Pak Tarno?" Tanya Matthew.

" Pintu samping kiri kanan sekitar 4 orang, pintu bel..." belum selesai pak Tarno menjelaskan sudah dipotong oleh Matthew.

"Begini saja. Kira-kira berapa total jualan pak hari ini?" Tanya Matthew pada pria paruh baya tersebut.

"50 porsi Den," jawab pria paruh baya tersebut terlihat tidak yakin dengan takaran porsi yang disebut nya.

Matthew tersenyum lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dari dalam dompetnya dan memberikan kepada pria paruh baya tersebut. "Semua jualan bapak saya beli. Pak Tarno, nanti semua bubur ayam ini dibagikan kepada satpam dan parah klinik servis ya. Saya percayakan semua pada pak Tarno."

"Baik, Den." Pak Tarno tersenyum senang mendapatkan makanan gratis di pagi hari.

Memang dia bekerja ditempat orang kaya namun tidak semua orang kaya bersifat baik. Pada dasarnya, semakin tinggi derajat seseorang maka akan semakin tinggi pulang hatinya. Namun ada juga yang semakin tinggi derajatnya maka semakin rendah hatinya. Menurut pak Tarno yang selalu menerima kebaikan dari Matthew dan keluarganya Ia tahu betul Matthew dan keluarganya berada ditempat yang mana.

Tint...Tint...Tint...

Bunyi klakson mobil dari dalam kompleks karena pintu yang masih terhalang oleh penghalang pintu.

"Biar aku saja. Pak Tarno silakan mengurus itu," pintah Matthew saat melihat pak Tarno yang hendak menghampiri pos jagaanya.

"Den, uangnya lebih," ucap pria paruh baya penjual bubur tersebut saat Matthew hendak melangkah pergi.

Matthew tersenyum. "Bonus, Pak."

Matthew berlari kecil ke arah pos satpam sebab mobil tersebut terus menekan klakson. Matthew mencibir kesal lalu menekan tombol dan penghalang pintu tersebut bergerak naik. Mobil itu akhirnya berhenti menekan klakson setelah Ia berhasil keluar dari penghalang pintu dan berlari kencang dijalanan. Matthew hanya geleng-geleng saja lalu masuk ke dalam komplek dengan plastik putih transparan yang menampakkan kotak sterofom putih berisikan bubur ayamnya.

Keningnya mengerut saat melihat beberapa orang mengerubungi bagian samping gedung apartemen pertama. Sebagai seorang polisi Matthew langsung menghampiri kerumunan tersebut.

"Ada orang jatuh dari balkon apartemen?"

"Balkon lantai berapa?"

"Tidak tahu."

Suara orang-orang berkerumunan berusaha mencari tahu apa yang terjadi.

Matthew menerobos parah warga yang berkerumun dan meminta mereka menjaga jarak dari titik kejadian. Matthew memperhatikan bunga pagar yang terlihat berantakan bekas sesuatu yang berat jatuh menimpahnya. Terdapat darah yang mengalir keluar dari deretan bunga pagar yang sudah dipotong rapi tersebut. Matthew mendekat mencoba memeriksa identitas korban dan juga keadaan korban. Tubuh Matthew tiba-tiba membeku saat mengetahui fakta tersebut.

"Maria."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro