16 - PESTA TOPENG (1)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mungkin, aku terlalu banyak berharap, sehingga aku tersakiti oleh harapanku  sendiri. -Aluna Z.A.-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Cal...bangun eh." Tangannya menepuk-nepuk kepala cowok yang tertidur di sisi nya.

Gadis itu terbangun tepat senja hari setelah hujan berhenti jatuh. Guratan oranye yang melukiskan langit pun tampak—orang bilang itu adalah Magic Hour. Di rias kembali dengan puluhan warna-warni pelangi. Kakinya turun perlahan. Pergi kearah jendela yang terpampang cukup besar. Agak tertatih memang, namun matanya tak sabar untuk melihat bagaimana cara tuhan melukiskan ciptaannya di angkasa.

"Ini yang daritadi gue tunggu." Ujarnya seraya membuka kaca jendela. Ia duduk di windowseat nya. Bersandar di dinding penopang. Lalu memejamkan matanya. Luna, seorang pluovphille yang sangat mencintai hujan. Bau nya, dingin nya, nyaman nya.

Kapan lagi hal kayak gini bisa gue rasain?

Damai.

Disini ia merasa tak memerlukan siapapun. Bahkan ia sangat senang jika hanya ditemani oleh desiran angin yang menyapu halus rambut lembut kecoklatannya, dan gesekan daun dengan rantingnya. Lalu matanya tertuju kepada,

"Pelangi."

Ia lebih memilih untuk menikmatinya sendirian. Walau begitu, ia tak merasa benar-benar sendirian. Setidaknya warna-warni itulah yang membuatnya merasakan banyak teman.

Saat itu juga ia bimbang.

Ada sesuatu yang ia rasa mengganjal di hatinya. Namun ia tak tahu apa itu.

Sebuah bulan menyembul dari balik pelangi. Bulan?

Bulan purnama. Satu-satunya fase bulan kesukaan Luna.

Bulan purnama itu fase paling bulat. Paling sempurna. Dia itu kayak hidup. Bisa diatas, bisa dibawah. Bulan itu sanggup tertutupi oleh matahari dan menghasilkan bulan sabit, ia rela setengah lebih tubuhnya tertutup karena ia tahu, akan ada waktunya untuk menampakkan seluruh cahayanya. Dan waktunya itu sekarang. Bulan purnama.

"Lun? Lo udah bangun?" suara serak dari Rascal—yang juga baru bangun tidur—terdengar oleh Luna. Dengan perlahan kepalanya menoleh kearah Rascal.

Kebiasaannya, merapikan rambutnya terutama bagian depan setelah bangun tidur.

"Lo dari kapan jagain gue? Kan lo juga sakit." Luna turun dari windowseat nya dan menghampiri wajah anak itu.

"Gue...dari kapan yaaa hoaammmm!"

"Tutup!" tangan Luna refleks menyentuh mulut Rascal yang menguap agar tertutupi. Sementara itu, Rascal kaget dengan reaksi mendadak Luna segera mengarahkan pandangan matanya ke tangan gadis itu.

Dan Luna kembali memutar malas bola matanya sambil melepas sentuhan itu.

"Lo belum jawab pertanyaan gue. Dari kapan lo jagain gue?"

Rascal memutar otaknya. Anak yang satu ini suka telmi  kalau diajak berbicara setelah bangun tidur.

"Dari lo dikamar. Waktu lo gue anter ke kamar. Waktu lo mulai sakit. Waktu..."

"Ssstt iya udah cukup tau." Luna mengkodekan tanda diam dengan telunjuk di bibirnya.

"Oh iya, makasih Lun tadi udah jagain gue."

"Harusnya gue yang bilang makasih ke lo."

"Ya udah sama aja. Padahal gue cuma pengen cek lo perhatian apa enggak ke gue." Ucap Rascal sambil melambangkan simbol damai dengan kedua jarinya. Bibirnya melukiskan cengir kuda, membuat siapa saja gemas tak tahan.

Luna mendelik kearahnya.

"Oooh jadi ini nih, temen gue ini boong nih ya! Baru gue mau ucapin makasih, taunya diboongin gue! Keluar lo keluar!" Luna menjewer telingga Rascal. Membuatnya meringis kesakitan namun ada tawa yang terselip di hati nya.

"Sakit lepasin! Sori sori woy!" Rascal menepuk pelan tangan Luna. Malah membuat Luna merasa geli dan tertawa.

"Iya, gue lepas. Tapi lo janji, besok-besok gak boleh bohong gitu lagi!"

"Iyaaaa Lunakuuuu sayangkuuuuu. Lo mah ah cerewet banget!"

Antara lucu, malu, tapi geli juga mendengar Rascal. Sayang?

"Ya udah. Sekarang, gue pengen istirahat. Keluar dulu boleh ya?"

"Sekarang?"

"Entar sewindu lagi!"

"Oh kirain sekarang. Tulus aja kuat nunggu sewindu, masa gue enggak."

"Ya sekarang lah! Ih astagaaa pinteran dikit kenapa!"

"Sini." Jari Rascal menunjuk kearah pipinya. Hardcode.

"JIJIK! GAK MAU! SANA SANA HUSH!" Luna berteriak di hadapannya.

"Ya udah gue aja."

Karena permintaannya ditolak mentah-mentah, Rascal malah mendekap tubuh Luna dalam hangat yang berkepanjangan. Namun kali ini, tangan Luna ikut melingkar di pinggangnya.

Oh.

Jantung mereka berlomba mendapat degupan paling kencang. Berdetak paling keras, dan berusaha menahan rasa yang sudah lama terpendam. Rasa ini, adalah sesuatu yang tak asing di kalangan remaja seperti mereka. Friendzone.

"Bye, Luna!"

Luna hanya bisa terpaku di tempat nya berdiri. Menyaksikan cowok itu keluar melewati pintu kamarnya.

Lalu ia menutup pintu tersebut.

Luna bersandar di pintu tersebut. Dan perlahan jatuh terduduk.

Memandangi guratan oranye dan warna pelangi yang merasuk lewat kaca jendela nya. Menerangi sisi lantai dan dinding kamar yang kebetulan berwarna putih.

"I'll wait here for you."

Dibalik pintu, cowok muda itu tak benar-benar pergi. Ia menyandarkan wajahnya ke kayu putih itu dan mengucapkan sesuatu.

"And, I'll be right here for you."

Lalu benar-benar beranjak pergi.

***

One days later. 18.00 P.M.

In Make Up Room.

"Luna sayang, kamu pakai dress yang ini yaa.." ujar Mama yang menghampiri kamar Luna dan membawakan sebuah simple long-gown yang indah.

(pict in mulmed)

"Maa, harus banget ya pesta ini diadain?" bujuk Luna.

"Iyaa sayang, kan ini sweet seventeen. Umur paling emas buat anak perempuan. Lagipula, waktu-waktu yang berharga itu harus diisi dengan sesuatu yang menyenangkan, jangan nanti malah kamu menyesal di kemudian." Nasihat Mama panjang lebar.

"Aku kan gak begitu suka gini-ginian, Ma. Lagian make up aja gak bisa, pernah juga enggak."

"Mama bisa. Udah, yang penting kamu pake dulu aja baju nya. Soal make up gampang. Cepet!" Mama menyodorkan baju tersebut ke pelukan Luna.

"Emang pesta nya mulai jam berapa sih?"

"Jam 8 nanti. Sempet kok, cepet makanya kamu. Baju dipake, pergi ke ruang ganti, gih jangan lama-lama."

15 minute later.

"Udah." Memang, gaun nya tidak terlalu rumit untuk digunakan, namun siapa yang tak tahu Luna, ia harus 'berdebat' dulu dengan si baju supaya ia merasa pantas menggunakannya.

"Cantik banget anak mamaaaa yaampun...Rascal tertarik ini mah."

Luna nyaris saja tersedak saliva-nya sendiri saat mendengar nama itu.

"Kok Rascal?"

"Maksud mama semua orang. Iya, semua orang. Ya udah sini kamu duduk. Mama siapin dulu alat make up nya." Mama menepuk-nepuk kursi didepan meja rias, menyuruh Luna untuk duduk dengan posisi tegap dan jangan berbicara hal lain.

Luna yang tak begitu memikirkan apa yang dikatakan mama langsung menurut terhadap perintahnya. Ia terlalu malas untuk berpikir. Menurutnya pesta ini hanya buang-buang waktu saja.

Namun, tak ada salahnya punya pengalaman baru, kan?

Kira-kira, siapa aja yang bakal seneng liat gue kayak gini? Secara gue kan gak bisa dandan apalagi pake baju feminine, jarang banget. Gumamnya.

***

19.30 P.M.

Hatinya berdebar. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia harus tampil feminine dengan dress black and white melekat di tubuhnya. Dan make up yang memenuhi wajahnya. Terlebih yang mama nya undang adalah teman-teman sekolahnya, termasuk Rascal dan Panji.

"Ma, udah pada dateng?"

"Baru ada sekitar 20 orang sayang. Kamu mau keluar? Mau mama anter?" tawar Sang Bunda.

"Baru 20? Baru ya, ma, baru. Emang mama undang berapa orang?"

"Iya lah baru, orang mama undang sekitar 40 orang."

Luna sedikit terlonjak dari tempat duduknya. Matanya tiba-tiba saja melebar, dan ia langsung bangkit menemui mamanya yang sedang merapikan alat make up.

"40? Too much. Banyak banget sih, Ma. Siapa aja tuh?"

Mamanya berputar, memandang putri kecilnya dan lalu berkata sesuatu.

"Ada guru kamu 4 orang, terus sisanya anak kelas kamu 30 orang termasuk Rascal dan Panji, juga kelas sebelah yang mama rasa deket sama kamu."

Kelas sebelah? Deket sama gue? Siapa?

"Ada Fay gak?"

"Fay siapa ya? Mama lupa." Mama amnesia beneran?

"Ih itu loh, ma, Fayla Putri yang waktu itu nempel terus setiap ada Rascal. Yang dulu pas sekelas sama aku modus terus main kesini padahal buat ketemu Rascal. Yang jadiin aku mak comblang nya dia sama Rascal. Masa lupa?"

Mama terlihat berpikir sebelum wajahnya menjadi cerah.

"Oh dia, iya ada. Kenapa?"

Luna menepuk dahi nya. Nyaris saja mengusap wajahnya, namun ia takut nanti make up nya luntur. Namun hati nya mulai lelah. Ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Fay—dulunya juga sahabat Luna, sebelum tiba-tiba saja Fay menjadi orang yang paling ia benci—datang ke pesta ulang tahunnya.

Gila ya, saingan gue dateng ternyata.

"Bukanya dia sahabat kamu?"

"Dulu, tapi—"

Tiba-tiba saja, ada seseorang yang menerobos masuk make up room.

"Misi tan—te. Wih, ajib, sejak kapan lo dandan kayak gini? Gue kira lo bakal pake sweater sama celana." Ternyata orang itu Rascal. Ia terpana memandangi Luna sebagai orang baru.

"4 L. Lo lagi lo lagi. Masuk tuh ucap salam, bukannya main nerobos gitu aja." Ujar Luna bete. Sang Mama hanya bisa terkekeh melihat tingkah kedua 'anak' nya itu.

"Hehe. Maaaaf Luna. Oh iya tante, Sofi nyariin tuh."

"Sofi dimana, nak?"

"Di bawah, sama Panji." Maksudnya, di ballroom. Kebetulan Make Up Room nya berada di atas.

"Oh iya, tante kesana." Rascal menyunggingkan senyumnya sambil memberikan jalan untuk Mama Luna.

Lalu perhatiannya kembali kepada Luna. "Eh..."

"Apa?"

"Lo cantik banget malam ini."

Namun Luna seperti tak memakan rayuan Rascal. Malah ia menghiraukannya.

"Terus lo ngapain masih disini?"

"Di puji bilang makasih kek, ini ngusir." Cibir Rascal.

"Makasih Rascaaaal. Udah?"

"Maksa banget ngomong nya, liat aja pas ada Fay lo bakal cemburu."

Luna melongo mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rascal.

"Dih, siapa yang cemburu coba. Keluar keluar!"

Tetapi anak itu malah tertawa geli.

"Iya-iya. Awas ya kalo nanti lo jealous ngeliat dia nempel ke gue." Ucapnya sambil mencubit pipi Luna—membuat gadis itu meringis—lalu beranjak keluar ruangan.

"Eh tunggu." Cegat Luna.

"Lo tau dari mana ada Fay?," lanjutnya lagi.

Rascal berbalik dan menaikkan sebelah alisnya.

"Dia udah dateng dibawah. Lo harus liat, dia cantik."

Akhirnya, Luna terhenyak mendengar ucapan Rascal.

***

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~  

Happy Fasting Everyone!

Selamat menjalankan ibadah puasa hari pertama dan seterusnya bagi semua orang yang melaksanakan...semoga Ramadhan tahun ini membawa berkah bagi kita semua dan membawa rezeki bagi cerita ini.

Juga memberi hidayah bagi yang suka copas biar imajinasinya diperluas, hehe:)

Marhaban Ya Ramadhan...

Mohon Maaf Lahir dan Batin ya kalo gue ada salah sama kalian semuaaa! mwa~

Oh ya btw, aslinya dari chapt. ini sampe chapt. berapa puluh gt (udah puluhan bgt, diatas 30-an lebih kayanya, jd lupa), sebenernya udh gue bikin dari akhir Februari-Maret kemaren, cuma baru sempet nge-post, anaknya kalo bikin cerita/nge-post cerita moody-an, jadi nabung chapt. mulu. Maafin juga ya... Gue tau ini salah bgt, harusnya sih di post lgsg kali ya...maaf yaaa...

Dank~~

JAKARTA, 27 MEI 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro