4 - HEART ATTACK!!! (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karena hidup itu tabu tanpa cinta. -sisterhood-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Harusnya gue gak jealous gitu. Apa sih? Gue cuma sahabat. Harusnya gue dukung mereka. Apalagi Sofi itu adik gue sendiri. Iya, gue gak boleh gitu lagi." Sambil memasang wajah fakesmile. Senyum nya sangatlah terlihat dipaksakan. Ia masih agak menahan tangis saat mengucap kata-kata tersebut.

Tiba-tiba, didepan mall, matanya tertuju kearah gedung tua dan kusam. Oh. Pikirannya kembali berputar. Mencari jalan yang masuk akal. Ia ikuti kata hatinya, dan berbelok kearah yang seharusnya tak dihinggapi.

"Sofi gak mungkin ke mall sepagi ini. Mungkin kesana kali ya. Mall juga baru buka. Iya, paling ke gedung itu! Bocah sok kekinian gitu, mungkin lagi foto alala. Biasanya dimana lagi sih nyari tempat yang aesthetic gitu? I am weird-genius." Luna tak tahu, bahwa sebenarnya Sofi sendiri baru tahu ada gedung tua di daerah situ.

Dengan sigap, ia langsung berlari menuju gedung tua itu. Handphone tak lepas dari genggamannya. Dengan sedikit tertatih karena tersandung sepanjang ruangan, ia tetap teguh untuk mencari sang Adik dan berniat baik meminta maaf. Dari ruangan ke ruangan kosong. Tak berisi. Hanya hawa aneh yang ia rasakan. Tak perlu lama ia mencari di masing-masing ruangan usang lantai ke lantai. Tangga yang lusuh pun tak menghambat perjalanannya. Sedikit merinding. Bulu kuduknya terkadang berdiri. Merasakan sesuatu yang tak enak. Tapi ia ingat satu hal, ia kesini untuk mencari adiknya.

And finally, ia sampai di atap gedung tersebut. Menunduk sebentar untuk mengambil napas. Setelah terengah lelah sepanjang jalan, ia sampai lupa tentang nikmatnya bernapas. Lalu bangkit. Berjalan pelan menuju rooftop. Ia mulai memandang kearah kiri. Celingak celinguk. Kosong. Kearah depannya juga tak ada apapun. Sampai ada suatu pergerakan yang menarik perhatiannya dari sebelah kanan depannya.

Ia berdecak.

Antara kaget, kapok, miris, sedih, marah, ataupun merasa dikhianati. Semua itu bersatu dalam satu kesatuan di hati nya.

Ia menyesal telah memutar bola matanya ke arah yang salah. Menyaksikan dua orang pengkhianat itu...

Dan handphone yang digenggamnya terjatuh. Karena sunyi senyap, hanya suara jatuh itu yang dapat membuat kedua orang di depannya menengok. Memusatkan perhatian kepada gadis dengan ripped jeans abu-abu dan hoodie biru mint polos itu. Kaki yang dibalut dengan sneakers biru bergetar. Lemas, dan...entahlah.

Rascal bangkit dan salah tingkah. Menuju Luna yang dilanda hampa. Sofi hanya diam. Menatap dengan sedikit sinis dan takut. Mata mereka bertiga, menunjukkan rasa yang berbeda. Rasa yang sangatlah dibenci oleh Luna.

Satu, marah dan miris.

Dua, malu dan kaget.

Tiga, diam dan kosong. Merasa tak punya salah apapun karena ia merasa itu hanya ketidak sengajaan.

Ya, Luna memang begitu. Melihat dan langsung menyimpulkan tanpa tahu kejelasannya. Tapi dibalik semua itu, ia memiliki sebuah harapan bagi siapapun. Ia memiliki rasa yang berbeda untuk siapapun. Dan termasuk Rascal. Kini, enyah semuanya.

Rascal segera mendorong kecil orang yang berada di atas tubuhnya. Kini menghampiri seorang Luna yang terkaku di pijakannya, "Lun! Tolong jangan nilai apa yang lo liat dulu. Ini gak sama kayak..."

"Gak. Yaudah gue gak apa-apa. Mau kalian kayak tadi, pegangan tangan, mau kalian peluk, ataupun apa gue gak ada hak buat ngelarang lo."

"Kak," kini si Bungsu baru mendekat kearah perbatasan tanpa pintu dan membuka suara.

"Oh iya, hehe. Gue lupa, Sof. Gue kesini cuma mau minta maaf buat kejadian semalem. Yaudah. Gitu doang sih. Maaf gue ganggu. I'm sowwy! Bye."

Luna menggeloyor pergi. Namun, dengan tangkas Rascal langsung menggenggam erat tangannya.

"Apa sih? Lo ada masalah apa sama dia? Eh, Lun jangan gitu. Gue tadi bener-bener gak sengaja. It's not a trap, but ini juga bukan mau gue. Jadi..."

"Ih ya udah, udah bukan urusan gue lagi. Gue nyari Sofi kesini. Bukan nyari lo. Dan kalaupun gue nyari adek gue, cuma itu kok yang pengen gue omongin. Dan itu tadi bukan urusan lo juga."

Rascal tahu Luna berbohong.

Saat berbicara, sesekali ia mengusap matanya. Tak membiarkan setitikpun air hangat mengaliri wajahnya.

Dan Luna pergi. Dengan gontai, namun ia paksa berlari.

DUK!

"Apaan sih, Sof?" Rascal yang merasa disikut oleh Sofia langsung tersadar dari kejadian tadi.

"Eh idiot, kok gak lo kejar? Ih gimana sih ih. Kesel juga gue lama-lama."

"Siapa yang idiot? Lo inget gak sih? Kalo gue kejar, semua hal dalam rencana ini yang udah kita siapin malah batal sia-sia. Ngerti?"

Sofi terdiam. Ada rasa tak enak terhadap sang Kakak. Tapi ia juga tak bisa berbuat apapun di hadapan Rascal.

"Lo tau sesuatu? Yang tadi gue gak jadi bilang."

"Apaan?"

"Semalem, dia...gara-gara lo bilang kalo lo suka atau apalah cinta sama gue."

Rascal menaikkan sebelah alisnya. Berusaha mencerna kata-kata yang terlontar dari mulut Sofia. Dan, mencoba untuk lebih memekakan sesuatu. Bukan alat indra. Tapi ia mencoba membuat hati nya peka.

"Kenapa dia?"

Sofi berusaha mengkodekan Rascal. Ia mengepalkan kedua tangannya dan menempelkan ke bagian kanan kiri mata, lalu berpura-pura seperti orang menangis.

"Jadi dia?"

***

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maaf atas keterlambatannya :3

Beberapa hari lalu sempet sakit soalnya. Ini udah lumayan enak badannya. Makanya gue sempetin buat terbitin chapt. baru lagi. Btw, jangan tanya kenapa tumben bagian ini pendek gak kaya biasanya, hehe.

Eheehe. Semoga suka yay.

Jangan lupa ninggalin jejak vote or comments.

Kamsahamnida~~

JAKARTA, 19 SEPTEMBER 2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro