Bab 14. Fugitive

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

I don't know why I did it, don't know why I let it go
Cause she was everything I needed and I even sold the soul
But everytime I get u close, I only wanna hide away

Fugitive – Tebey

***

Satu pertanyaan yang bercokol di kepala Manna ketika mendengar kalimat terakhir dari Okka. Mengapa lelaki itu terlihat begitu yakin? Apa hal-hal telah berubah? Termasuk cinta Okka, misalnya.

Kepala Manna terasa berat dan sakit, seolah dibebankan ribuan bom yang siap meledak kapan saja. Dengan rasa pusing yang begitu tiba-tiba, perutnya juga bergejolak. Ia tidak tahu apakah ini efek dari ucapan Okka atau mungkin karena kondisi kesehatannya semakin menurun. Namun, satu hal yang pasti, rasanya sangat sesak di dada.

Apakah ini karma? Apakah ia kembali ke masa lalu hanya untuk melihat bagaimana rasa sakit Okka sebelumnya? Jika begitu, Manna juga rasanya ingin mati.

"Ka .. kamu mau kita apa? Mengakhiri? Kamu mau cer—" tanya Manna syok.

"Tidak, bukan itu maksud saya. Bagaimana jika kita mengakhiri kecanggungan ini?"

Manna tidak salah dengar? Jadi itu bukan karena cerai, melainkan merobohkan tembok yang berada di antara mereka selama ini? Manna masih mencoba mencerna tiap kata dari Okka hingga tidak sadar jika lelaki itu sudah berdiri di hadapannya.

"Malam itu, saya serius." Manna bisa melihat tangan lelaki itu yang terkepal erat. Ia bisa merasakan emosi Okka yang tertahan. Lelaki itu menyembunyikan banyak hal. Sendirian.

"Dan, jawaban atas pertanyaan kamu. Ya, sedari awal kamu memang berhak jadi orang pertama yang tahu segalanya. Tapi, saya hanya bisa menunjukkannya secara perlahan. Di akhir, kamu bisa memilih apakah akan tetap tinggal atau pergi." Okka menghela napas pelan dan melanjutkan, "Tidur lebih awal. Saya punya sesuatu yang harus dikerjakan di ruang kerja."

Setelahnya, Okka benar-benar meninggalkan Manna dalam kebingungan. Mengapa ia merasa ucapan Okka mengartikan bahwa sesuatu yang besar akan terjadi? Seolah tragedi perceraian akan terulang kembali?

"Okka, lebih baik kita cerai saja."

Perkataannya saat itu tiba-tiba membayangi. Manna merasa sedikit sesak saat mencoba mengingat apa yang ia perdebatkan di malam perceraian. Mengapa ia merasa telah melupakan sesuatu? Semakin hari, ingatannya mulai mengabur. Apa artinya ini?

***

"Mbak gak kelihatan baik-baik aja. Sedari kemarin pucat terus. Udah ke dokter belum?"

Shea menunjukkan kekhawatirannya, membuatnya tidak tega memoles wanita itu. Inginnya memboyong Manna pulang dan menyuruhnya untuk istirahat. Namun, ia tidak akan berhasil. Manna adalah orang yang keras kepala. Bahkan tadi pagi ia mengabaikan ucapan Okka yang menyuruhnya untuk sarapan. Baginya, pekerjaan adalah nomor satu.

"Mbak pulang aja, deh," ucap Shea merayu Manna sembari memoles lipstick sebagai sentuhan terakhir.

"Aku telepon Okka, ya?"

Kali ini nada Shea terdengar seperti ancaman. Manna segera beranjak dari kursi dan menatap Shea tajam hingga wanita itu menciut.

"Jangan coba-coba."

Ia pun mengambil pakaian yang telah disiapkan sesuai nama dan program. Setelahnya, masuk ke ruang ganti.

Manna kesulitan menarik risleting yang terdapat di bagian punggung. Kenapa ia merasa sedikit sesak? Seingatnya tim wardrobe tidak pernah salah dalam memilih ukuran untuknya. Apa memang dirinya yang sedikit gemuk akhir-akhir ini?

Setelah berjuang beberapa saat, akhirnya ia berhasil memakain dress-nya dengan sempurna. Ia keluar dari ruang ganti, tetapi tiba-tiba rasa bergejolak dari perutnya semakin emnjadi. Buru-buru ia berlari ke toilet, mengabaikan Shea yang memanggil namanya.

Ia muntah. Dan hanya mengeluarkan cairan bening. Namun, efeknya begitu menyakitkan. Untungnya Shea mengikutinya lalu menggosok tengkuknya sehingga terasa lebih baik. Pusing kembali menyerang sehingga melemahkan pijakannya.

Manna ingat pagi ini tidak memakan apa pun karena tidak berselera. Okka bahkan sampai mendesaknya, hingga diam-diam memasukkan bekal sarapan yang baru Manna sadari ketika tiba di studio. Namun, ia malah mengabaikan sarapan.

"Kenapa Mbak ngeyel, sih? Udah tau sakit, tapi tetap pergi siaran. Aku gak mau denger Mbak lagi. Sekarang aku telepon Okka buat jemput."

Manna ingin memprotes, tetapi Shea segera menyela.

"Jangan protes."

***

Manna memang tidak terlalu berpengalaman, tetapi di masa lalu ia sudah merasakannya. Tanda-tanda ini. Dibantu dengan artikel di web, Manna semakin yakin bahwa dugaannya tidak salah. Ditambah pula dengan beberapa pendapat dari teman sejawat. Maka, bisa dipastikan bahwa ia hamil.

Sejak Okka muncul dan membawanya masuk ke mobil, Manna tidak berbicara sepatah kata pun. Jawaban dari pertanyaan Okka sudah diwakilkan oleh Shea sebagai saksi mata. Manna sekarang menjadi pihak tersangka yang bungkam.

Wanita itu meremas jemarinya dengan perasaan gugup. Memikirkan kehamilan, membuatnya frustrasi. Lagi-lagi, kehamilan datang di saat yang tidak tepat. Di masa lalu, ketika Okka sudah pergi meninggalkan dunia, dan di masa sekarang ketika Okka tidak menginginkan bayi entah apa alasannya. Pun ia dan Okka baru saja memulai kehidupan yang normal sebagai suami istri. Mencoba memupuk perasaan lebih dalam.

Manna memandang Okka yang tampak serius. Masih dengan raut yang sama dengan tadi malam, tetapi sedikit menganggunya. Semalam, setelah memutuskan kesepakatan bersama, untuk pertama kalinya Okka berinisiatif tidur dengan menghadap padanya. Sebelumnya, selain urusan suami-istri, pada waktu-waktu normal keduanya akan tidur dengan saling memunggungi. Dan, jangan salahkan Manna jika pagi ini ia tidak sengaja menemukan bahwa dirinya tidur dengan nyaman dalam pelukan Okka.

"Okka, bisa kita pulang ke rumah aja?" ucap Manna akhirnya setelah beberapa saat terkurung dalam diam. Okka menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa? Dari kemarin kamu kelihatan sakit, pagi ini bahkan sampai muntah. Oh ya, ada sarapan?"

Manna tidak menyangka, ketika mereka telah mencapai kesepakatan, Okka mulai menunjukkan perhatiannya.

"Enggak."

Helaan napas berat terdengar. Manna merasa bahwa Okka kecewa karenanya.

"Kamu gak sarapan. Gak heran sampai muntah."

Manna berhenti menatap Okka dan mengalihkan pandangan pada gantungan mobil berupa boneka minions. Kenapa ia baru menyadari bahwa Okka memiliki sisi yang lucu?

"Karena itu, gak usah ke rumah sakit. Saya cuma butuh sarapan dan istirahat."

Nyatanya Manna melakukan ini dengan keterpaksaan. Ia tidak mau Okka kaget dengan berita kehamilannya walau belum pasti. Namun, Manna tidak mau mengambil resiko. Ia tidak siap menerima reaksi Okka. Apa lelaki itu akan mengugurkannya atau membiarkannya hamil tapi diabaikan?

Manna dan overthinking-nya sudah menyatu dengan baik. Sekalipun ia penasaran, ia butuh waktu. Sebuah rencana mulai tersusun di otaknya. Ia akan diam-diam memeriksakan diri tanpa Okka.

"Ada baiknya ke rumah sakit dulu."

Manna mengigiti bibir bawahnya. Okka keras kepala, sama sepertinya. Ia harus mencari cara untuk membujuk Okka.

"Okka, tap—"

"Kamu takut hamil?"

"Ha?"

Manna mencoba mencerna dengan baik pertanyaan Okka. Lelaki itu menyebutkan kehamilan. Apa ia sudah menduganya lebih dulu? Alasan Okka memaksanya ke rumah sakit, apakah itu karena ingin mengugurkannya?

"Okka, saya akan pertahankan bayi ini sekalipun kamu tidak menginginkannya!"

Manna meninggikan intonasi suaranya, memberi penegasan. Ia sudah bertekad tak akan memenuhi keinginan Okka yang tidak mau memiliki anak. Namun, setelah mengatakan hal itu, ia mulai memikirkan hal lain. Bagaimana jika Okka ingin bercerai karena hal ini? Apakah ini pilihan? Sama seperti di masa lalu. Mendapatkan bayi maka akan kehilangan Okka?

Suasana di dalam mobil menjadi hening. Manna tidak berani menatap Okka, melainkan merunduk. Ia masih memikirkan hal yang sulit. Kenapa harus ada pilihan?

Okka mendesah bersamaan dengan mobil yang telah ia parkir di depan rumah sakit. Manna mendongak dan ketika melihat gedung berwarna putih itu membuatnya menciut. Okka tidak akan melepaskannya, bukan?

"Kalau kamu mau pertahanin bayi itu, kamu harus periksa dulu. Kita bahkan belum tau hasilnya."

Manna menoleh pada Okka yang masih betah dengan raut wajahnya yang datar. Namun, ia bisa melihat emosi yang terpancar dari mata lelaki itu. Berbeda dari apa yang Manna pikirkan. Apa artinya?

"Okka, biarkan saya yang mengambil keputusan."

Okka dengan ragu mengulurkan tangannya lalu memegang tangan Manna. Diusapnya pelan hingga membawa kedamaian bagi Manna.

"Saya menghargai keputusan kamu."

Okka pantas mendapatkan senyuman dari Manna.

***

It seems like everywhere I go I'm wanted by memory
And in the middle of the night these things are always chasing me
And everytime I turn around I'm looking for a place to hide

Fugitive - Tebey

*** 

Tbc.

Note:
Siapa yang salah paham ayo? Wkwk. Ya udah biar enggak salah paham, mending baca ceritanya NeissLyn

Yuk cekidot

"Ini hidup gue, meski pun kalian bantu, kalian gak ada hak buat ngekang gue, dong." Tyssa menatap Ochi dan Sora bergantian, lalu kembali lagi pada Djenar. "Lo gak capek ya, Djen, ngatur-ngatur hidup orang?" Meski samar, Tyssa masih bisa menangkap gerak-gerik Djenar yang tampak begitu tersentak dengan ucapannya, tapi Tyssa tak menyesal mengucapkan itu. Baginya Djenar sudah kelewat ikut campur. "Kalo tau gini, gue gak usah ngelakuin hal konyol ini, sekalian juga gak usah ikut liburan."

Tak mau Tyssa melihat sinar kekecewaan di matanya, Djenar buru-buru berpaling seraya berucap, "Turun aja kalo gitu."

"Djenar!" seru Sora disertai gelengan, sementara tangannya meraih tangan Tyssa dan menggenggamnya agar tak pergi.

Tyssa berdecih pelan. "Oke, gue turun, kita selesai."


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro