Bab 17. Honest

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Baby tell me whatchu like
If you want me by your side
Just say so
Just want you to be honest

Airliftz - Honest

***

"Tidak apa-apa."

Kalimat itu tentu saja tidak sama dengan hal yang dimaksudkan. Namun, Okka menyadari bahwa Manna tidak ingin bertengkar dengannya, melainkan dengan pikirannya sendiri. Itu bukan hal yang baik. Bagaimana mungkin ia membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya memikirkan hal-hal yang tidak jelas. Yang hanya akan membuat Manna stres?

Segera setelah mandi, Okka memandangi punggung Manna yang terbaring di atas ranjang. Ia yakin wanita itu belum tidur. Selama membersihkan diri, Okka sudah merencanakan banyak kosa kata untuk disampaikan. Ia ingin berkomunikasi dengan baik dengan Manna. Namun, ketika melihat wanita itu, pikirannya menjadi blank.

Perlahan tapi pasti, Okka menghampiri Manna. Menimbang-nimbang apakah dirinya bisa mengelus rambut Manna atau tidak. Hingga ketika tangannya terulur, Manna tiba-tiba menoleh padanya.

"Don't you want to tell me something?"

"Yes. Don't you believe me?"

Manna sedikit melebarkan matanya, kemudian ia membalikkan tubuhnya hingga matanya menatap lurus pada sepasang mata indah milik Okka.

"I do. Saya minta maaf. Sepertinya otak saya dijejalkan oleh sinetron-sinetron yang hanya membuat para istri overthinking. Tapi akhirnya saya berpikir, kamu tidak mungkin melakukan itu. Mengkhianati saya."

Tidak mungkin. Okka terlalu mencintainya hingga meninggal di hari itu. Okka tidak menyukai kata 'cerai' apalagi meninggalkannya. Okka tidak akan melakukan itu. Manna sempat lupa tujuannya kembali ke masa lalu. Ia terlalu lalai dengan kehidupan saat ini, yang mungkin saja membawa akhir yang sama. Namun, bukan itu yang ia inginkan.

"Manna, saya juga minta maaf karena membuat kamu overthinking. Ke depannya, saya tidak akan ceroboh. Saya akan lebih rajin merawat mobil dan memberi kabar kamu jika sesuatu terjadi."

Tatapan Okka tampak seperti pendosa yang sedang mengakui dosa besarnya. Namun, sebenarnya Okka bahkan tidak punya kesalahan yang besar. Sebagian kesalahannya berada di pihak Manna. Ia nyaris membuat hubungan mereka renggang. Bukankah Manna sedang berusaha untuk menurunkan egonya?

"Last, Okka, saya ingin memeluk kamu selama tidur. Apakah boleh?"

Okka tersenyum tulus. Hampir setiap hari ia speechless dengan perubahan Manna. Terkadang ia berpikir, siapa yang merasuki istrinya? Bagaimana pun, Manna tetaplah Manna. Masih wanita yang sulit ditebak. Entah apa pun yang merubah Manna, Okka sangat berterima kasih akan itu.

"Yes, you can."

Okka membiarkan kepala Manna berada di antara lekukan lehernya. Ia jadi teringat bahwa wanita yang hamil dikatakan akan semakin manja. Jadi, apakah seperti ini? Ia bisa menghidu aroma sampo Manna. Menenangkan.

Belum beberapa lama mata kedua insan tersebut terpejam, ketika terbesit sebuah kalimat di pikiran mereka.

"What if it's just a dream?"

***

"Mbak! Mbak Manna! Mbak, jangan mati, Mbak!"

"She! Jangan bego! Ambil minyak aromaterapi atau apa pun buat Mbak Manna!"

"Di mana? Gak ada!"

"Jangan panik, She!"

Manna merasa sangat pusing, kepalanya berdenyut dan terasa sangat sakit seolah dipukul berkali-kali dengan palu. Tak hanya itu, badannya juga terasa sakit dan remuk. Namun, ia lebih panik dengan penglihatannya yang buram. Namun, lama kelamaan mulai tampak jelas, memperlihatkan dua anak manusia yang berdebat. Membuat kepalanya semakin pusing.

"Mbak Manna buka mata! Dia buka mata!"

Oke. Sekarang Manna sudah mengetahui siluet wanita di depannya. Itu Shea.

"Ambilin air cepet!"

Dan Manna mengetahui siapa makhluk yang membuat Shea kesal itu. Radian.

"Mbak, are you okay?"

Manna melenguh pelan. Sementara itu, ia mencoba menyadarkan diri dan mencerna situasi. Butuh beberapa saat hingga ia menyadari bahwa sisi ranjang di sebelahnya kosong. Segera ia tersentak, membawanya dengan cepat ke dunia nyata.

"Okka di mana?"

Shea yang baru tiba dengan segelas air putih di tangannya langsung menghentikan langkah di depan pintu kamar.

"Mbak ...." ucapnya pelan, mengiba.

Melihat ekspresi Shea, Manna menyadari sesuatu. Ia menoleh ke sana kemari, melihat kondisi di sekitarnya. Semuanya masih sama dengan semalam. Namun, tentu saja ada yang menghilang. Aroma Okka. Itu menandakan pula bahwa kehadirannya tidak ada.

Tidak mungkin!

"Okka di mana, Rad? She?" tanya Manna panik.

Shea kaget. Selama berteman dengan Manna, ia belum pernah melihat Manna kehilangan kesabaran seperti ini. Ia tidak pernah melihat kepanikan di mata Manna. Wanita itu terkenal tegas, bahkan masih bisa profesional ketika mengabarkan kematian suaminya sendiri. Melihat Manna saat ini membuatnya takut dan gemetar.

Radian menyadari perubahan pada Shea, mendekatinya dan mengamankan gelas yang ada di tangan wanita itu terlebih dahulu. Setelahnya, ia menarik tangan Shea lembut, untuk mendekat padanya.

"Mbak, ikhlasin Mas Okka."

Radian menyesal telah mengatakan hal tersebut. Karena yang selanjutnya terjadi adalah Manna melempar lampu tidur di atas nakas ke lantai. Lemparan itu terlalu cepat hingga Radian tidak bisa mengantisipasi. Untungnya tidak mengenai siapa pun. Jujur, ia juga menjadi takut menghadapi Manna. Definisi diam-diam menghanyutkan itu benar-benar ada. Yang lebih menakutkan adalah bahwa seorang Manna melakukan hal yang dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran pendek. Ia tidak menyangka, bahwa yang membuat wanita itu menjadi monster disebabkan oleh kakak lelakinya. Lelaki pengecut yang bahkan hingga akhir membawa rahasia-rahasia hatinya sendiri.

"Mbak, tenang."

Tidak mempan. Isi kepala Manna begitu berantakan. Ia yakin bahwa yang ia lakukan selama beberapa waktu lalu adalah nyata. Sangat nyata. Ia bahkan bisa merasakan bahwa ada makhluk hidup lain yang bersemayam di perutnya. Mungkin ukurannya masih begitu kecil, tetapi Manna bisa merasakannya. Naluri ibu.

"Mana bayi saya?!"

Pertanyaan panik dari Manna membuat Radian dan Shea menatap satu sama lain. Keduanya takut jika salah menjawab.

"Ba-bayi Mbak masih aman. Dia baik-baik aja, Mbak," Shea mencoba menjawab dengan sedikit takut. Di luar dugaan, mereka tidak melihat lagi sisi mengerikan Manna. Wanita itu menundukkan kepalanya. Sesaat sunyi menyergap. Tak ada satu pun yang berani bersuara.

Hingga tiba-tiba terdengar isakan pelan Manna yang menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Wanita itu juga memijit-mijit kepalanya yang sakit. Ia benar-benar bingung. Apakah semua yang ia lalui benar-benar hanya mimpi? Okka? Pelukannya? Semuanya fana? Bagaimana mungkin?

Kenapa ia kembali ke dunia ini? Ia baru berjuang untuk memperbaiki segalanya, kenapa ia harus kembali lagi? Kenapa tidak ada pula hasil yang ia dapatkan? Benarkah itu hanya mimpi? Mimpi indah yang berakhir buruk?

Manna merasa dirinya akan gila, atau mungkin sudah gila. Dengan perlahan mengelus perutnya, tapi ia merasa ada yang aneh.

"Tapi kenapa saya tidak bisa merasakannya, Shea?"

Tidak ketika ia hamil dan ada Okka di sebelahnya. Saat ini, ia tidak merasa ada sesuatu di perutnya. Hampa.

Apakah mungkin ia mati seperti papanya?

Papa. Sebutan itu. Bukankah akan sangat menyenangkan jika didengar? Papa dan Mama.

Shea perlahan mendekati Manna, menggosok pelan pundaknya, lalu beralih ke rambut Manna. Ia tahu perasaan wanita itu, walaupun Manna tidak memberitahu dengan jelas. Namun, sebagai seorang wanita, Shea sangat paham. Ia mengulurkan tangan ke perut Manna.

"Dia masih di sini, Mbak. Aku bisa rasain."

Manna menoleh pada Shea. Dengan mata sembabnya.

"Beneran, She?"

Wanita itu mengangguk.

"Apa kamu juga ngerasain keberadaan Okka?"

Bagi Shea dan Radian, itu adalah sesuatu yang horor. Tanpa mereka tahu, Manna masih belum menerima keadaan. Tidak mungkin Okka menghilang secepat itu.

Semalam ia masih mendengar suaranya, elusan lembutnya, juga aromanya.

"Mbak ... aku dan Radian akan urus 7 harinya Mas Okka."

***
I cannot read your mind but yeah I can tell
Just by the way you talk and the way you you fell
Inside my eyes I know you want me back in your arms
You want me back just say it out loud


Airliftz - Honest

***

Notes:

Aku gatau mau bilang apa. Aku tahu aku salah sudah menghilang lama😭

Tapi semoga kalian suka part ini. Kalaupun ada yang janggal tolong dikomentari ya. Dibutuhkan saran dan masukannya.

Terima kasih🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro