19. Kembalinya Instagram Meong Penguasa Teknik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika tiba di posko, Hawu buru-buru membuka ponselnya. Setelah berusaha keras menahan diri untuk tidak memberi tahu Nala, Hawu harus menumpahkan informasi berkualitas tinggi ke grup Pejantan Tangguh.

Hawu      : Gue punya info 😎
Gara        : kalo sampe info lo nggak   penting, gue keluar dari grup
Sion         : ...
Hawu      : Idih, sensi amat 🤬
Gara        : buru, etdah!
Sion         : Gue nyusul nimbrungnya 🙏🏾
Hawu      : Lah, cabut. Yaudah, infonya ditunda sampe Sion balik 🙃
Gara        : bangke
Hawu      : Kabarin @Sion

Akibat dari batalnya penyampaian informasi ke grup, Hawu berputar haluan untuk menyampaikan informasi ini pada kekasihnya. Anehnya, kekasih Hawu sama sekali tidak terkejut. Katanya, wajar kalau Arka menyukai gadis manis seperti Nala. Pacar Hawu malah menanyakan respons Gara.

Hawu yang memang sama sekali tidak peka, malah tertawa karena pertanyaan kekasihnya. Namun, ia tidak bisa tidur karena belum menyampaikan informasi tersebut pada Gara dan Sion. Akhirnya, Hawu tetap menyampaikan informasi tersebut, meski masih pagi buta.

Hawu   : Selamat pagi para pendosa dunia! 😏
Gara     : dih, kayak bukan pendosa aja
Hawu   : Tumben lo udah bangun? 😮
Gara     : gue belom tidur
Hawu   : Cie, penasaran sama info gue 😏
Gara     : kayaknya gue bakalan keluar grup
Hawu   : Kemaren Arka curhat sama gue
Gara     : terus
Hawu   : Katanya dia naksir Nala 😍❤️🤯 Jangan sampe Nala tahu, ya. Biar seru. 🤗😏

Pesan Hawu tidak mendapat balas, padahal Gara membalas pesan sebelumnya secepat kilat. Saking penasarannya, Hawu memeriksa apakah pesannya sudah dibaca atau belum dan ternyata, pesannya sudah dibaca oleh Gara.

Ini bukan kali pertama pesan Hawu diabaikan, jadi ia cukup maklum. Bisa dibilang, satu-satunya member aktif di grup itu hanya dirinya. Gara hanya akan muncul jika ada hal mendesak, contohnya urusan wanita atau tugas kuliah. Sion adalah silent reader di grup. Kalau Sion membalas pesan di grup, itu artinya hal yang sedang dibahas menarik perhatiannya.

Rasa penasaran akan respons sahabatnya membuat Hawu menelepon Gara. Panggilannya tidak dijawab. Hawu berbaik sangka kalau sahabatnya itu mungkin sudah tertidur. Akhirnya, ia menyerah dan berusaha untuk tidur. Namun, dugaan Hawu sepenuhnya salah. Gara malah balik meneleponnya.

Hawu berdeham, kemudian menjawab dengan suara ceria. "Halo, dengan Hawu di sini."

"Lo nggak bercanda, kan? Apa maksudnya yang di grup?"

"Buset, santai, Bos." Hawu langsung bangkit.

"Jawab gue, Hari Wulangan!"

Suara Gara cukup keras untuk memekakkan telinga. Untungnya Hawu sigap menjauhkan ponselnya dari telinga. "Ngapain gue bercanda subuh-subuh. Kurang kerjaan amat. Nih, ya, gue kasih tahu. Sebagai sahabat yang baik, kita harus melancarkan aksi buat mendukung percintaan Nala."

Gara diam.

"Lo jangan mikir macem-macem, ya. Pokoknya kita harus dukung Nala. Oke."

Panggilan tersebut diputus oleh Gara. Hawu hanya bisa melihat ponselnya yang sudah tidak lagi terhubung dengan Gara.

***

Hati Nala masih berbunga-bunga karena dibonceng oleh Arka kemarin. Ia tambah bahagia karena setelah hampir dua minggu, akhirnya Instagram Meong Penguasa Teknik muncul kembali. Satu foto majikan baru yang kelihatan estetik karena berlatar senja, diunggah kurang dari dua jam lalu. Nala ingin berguling-guling di lantai saking bahagianya.

"Kesambet lo?" Hawu menoyor Nala yang tengah duduk sambil senyum-senyum sendiri.

Biasanya, Nala akan langsung membalas perlakuan tidak patut dari Hawu, tetapi berhubung mood Nala lagi bagus-bagusnya, ia malah tersenyum. 

"Wah, beneran kesambet kayaknya." Hawu membuka bungkus kacang.

"Hawu, liat ini, dong. Kayak bukan di teknik nggak, sih?" Nala menyodorkan ponselnya pada Hawu yang sibuk mengunyah kacang.

Laki-laki yang sedang meluruskan kaki itu langsung mengalihkan perhatiannya dari kacang bersalut, kini ia menatap ponsel milik Nala. "Iya, kayak bukan di teknik. Mungkin kucing peliharaan adminnya." 

Nala mengangguk paham. "Iya, juga."

Tidak lama setelah percakapan itu, Hawu tersedak dan batuk-batuk heboh setelah melihat ponselnya sendiri. Ia sampai bangkit berdiri dan memukul dadanya berkali-kali. 

Bukannya membantu, Nala malah mengomel. "Makanya kalo makan, tuh, pake bismillah." 

Hawu menenggak sebotol air minum dan kembali menoyor Nala. "Beda server, cuy." 

Gadis berambut terikat itu cengar-cengir. "Iya, juga. Lupa. Lo, kan, koko-koko kw." 

"Heh! Gue koko-koko asli."

Nala kelihatan penasaran pada ponsel Hawu. Ia mencoba mengintip pesan yang berhasil membuat Hawu batuk heboh.

Hawu buru-buru meraih ponselnya yang ada di lantai dan segera mengantongi benda pipih tersebut. "Lo udah beresin persiapan buat besok?"

Nala hanya bisa melongo. Ini kali pertama Hawu kelihatan panik hingga salah tingkah.

Hawu melanjutkan kalimatnya setelah kembali duduk. Ia berusaha tenang. "Gue ditanya Mas Wayan. Kalo beres, besok kita langsung ke sana lagi."

Gadis berlesung pipi itu langsung semringah. "Udah, dong."

"Ye, urusan sama kelompok sebelah aja, gercep lo. Kapan diminta ngajar anak-anak, banyak banget alasannya." Hawu menggeleng.

"Ya, jelas. Kan, biar buru-buru ketemu Pangeran Dua Ratus Rupiah lagi."

Hawu hanya bisa menggeleng.

Nala masih mengamati foto terakhir yang ada di akun Instagram Meong Penguasa Teknik. "Tempatnya kayak nggak asing, deh." 

"Semua aja nggak asing. Waktu baru sampe sini juga lo bilang nggak asing."

Nala mengerutkan dahi. Ia yakin betul pernah melihat latar dari majikan yang muncul di Instagram, tetapi mungkin saja ia salah.

"Nala, gue penasaran sama sesuatu."

"Apa? Gue nggak terima pertanyaan aneh-aneh, ya." Gadis berambut pendek itu masih sibuk melihat Instagram Meong Penguasa Teknik.

"Ye, gue serius."

Nala meletakkan ponselnya dan mendengkus kasar. "Terakhir kali lo bilang serius, lo nanya jari kaki belakang buaya ada berapa."

Hawu cengar-cengir. "Ya, kan, lo anak biologi, tapi kali ini beda. Gue penasaran sama yang kelola Instagram Meong Penguasa Teknik."

Mendengar nama akun itu membuat perhatian Nala tersedot seluruhnya. "Gimana?"

"Lo sadar nggak, sih, akun itu muncul dari zaman kita maba? Terus tiba-tiba vakum waktu kita mulai KKN. Gue curiga kalo yang punya akun itu anak seangkatan kita." Hawu berbicara kelewat serius, hingga Nala mengingsut mendekat.

"Pernyataan lo masuk akal, ini artinya, bisa aja foto terakhir ini bukan di teknik?"

Hawu mengangguk. "Bagian teknik mana yang belom gue datengin. Tempat itu kelihatan asing, tapi juga familier."

"Kalian ngomongin apa, sih? Kok, seru banget."

Sepasang sahabat itu menoleh dan mendapati Gara di sana. Keduanya mengerjap tanpa berkata-kata.

Merasa kalau kedatangannya terlihat mengejutkan, Gara mengangkat kantong plastik yang ada di tangannya. "Gue baru dari kecamatan, terus anak-anak pada nitip ayam goreng. Ya, kan, lo berdua suka banget sama ayam goreng. Jadi, gue anterin sekalian."

Hawu dan Nala kompak menatap Gara curiga. Laki-laki itu memang teman yang royal, tetapi sungguh aneh kalau ia tiba-tiba datang dan membawa makanan kesukaan mereka saat tidak ada event apapun.

"Katanya, orang yang melakukan hal nggak biasa, bakalan cepet mati."

Kalimat itu langsung disambut sebuah pukulan di lengan. "Lo kalo ngomong emang nggak ada akhlaknya."

"Ye, lo aneh. Kecamatan ke sini, tuh, jaraknya 2 jam perjalanan. Aneh banget lo tiba-tiba dateng bawa ayam goreng." Hawu berseru tidak terima karena pukulan Gara.

"Wah, jarang-jarang, ya, gue baik gini sama kalian."

"Nah, justru karena jarang. Jangan bilang lo mau deketin salah satu anak kelompok sini? Pake acara bawa ayam goreng segala." Nala ikut melayangkan pendapat.

Gara menghela napas dan bangkit berdiri. "Yaudah, kagak jadi. Gue balik aja."

"Lah, ayam gorengnya nggak ditinggal?" Hawu bertanya polos.

"Enggak. Males banget." Gara berbalik dengan cepat. Namun, gerakannya tertahan karena kantong plastik di tangan kanannya sudah dirampas.

"Nggak boleh ngambil barang yang udah dikasih, nanti borok siku. Pamali." Nala membuka bungkus plastik itu dan melebarkannya. "Sini, makan."

Gara batal merajuk. Laki-laki berkulit cokelat itu malah kembali duduk dan turut memakan ayam goreng. "Jadi, kalian lagi ngomongin apa tadi?"

Nala menunjukkan akun Instagram Meong Penguasa Teknik. "Lo sadar nggak, sih, akun itu muncul dari zaman kita maba? Terus tiba-tiba vakum waktu kita mulai KKN. Gue curiga kalo yang punya akun itu anak seangkatan kita." Gadis itu mengucapkan kalimat yang sama dengan Hawu. Kalau ini di komputer, pasti sudah pakai fitur CTRL+C dan CTRL+V.

"Terus, kalo udah tahu, mau apa?" Gara bertanya setelah menelan ayam goreng yang ia kunyah.

Nala memandang Hawu. Gadis itu kelihatan tidak bisa menjawab dan meminta bantuan pada Hawu.

Merasa ditunggu jawabnya, Hawu berdeham. "Ya, namanya penasaran. Kalo udah tahu, hilang, deh, penasarannya."

Mendengar kalimat Hawu, Nala mengangguk setuju.

"Besok jadi mau ke rumah Pak Wayan?" Gara malah mengalihkan pembicaraan.

"Jadi, dong. Besok gue diboncengin sama Pangeran Dua Ratus Rupiah lagi, ya. Lo sama Hawu aja, oke?" Nala berseru semangat.

"Lo nggak usah ikut aja. Ngerepotin.” Gara buang muka.

"Nggak bisa gitu. Nala, nih, aset. Dia bisa cepet akrab sama Pak Wayan. Pokoknya besok Nala harus ikut." Hawu berbicara sesuai logikanya.

"Mau lo larang kayak gimana juga, gue bakalan tetep ikut." Nala cengar-cengir sambil mengambil potongan ayam lainnya.

Diam-diam, Gara menghela napas kasar. Ia kesal karena Nala tidak mendengar perkataannya dan malah ngotot untuk ikut. Entah mengapa, Gara sungguh tidak rela kalau Nala dekat-dekat dengan Arka yang katanya, menyukai Nala.

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Mereka gemes nggak, sih?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro