31. Ada yang Didadar, tapi Bukan Telur

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nala duduk sendirian di pinggir panggung. Ia berusaha tetap tenang meski harus memandu acara pembagian hadiah sekaligus perpisahan dengan mahasiswa KKN, seorang diri. Kini gadis berponi itu mengenakan kaos putih serta almamater kebanggaannya. Akhirnya, Nala naik ke panggung setelah Hawu memberi kode.

Nala berdiri di tengah panggung dan menatap kerumunan yang ada di depannya. Panggung itu begitu megah dengan banyak lampu sorot yang mengarah padanya. Ia menarik napas dalam untuk menenangkan diri. Tangannya sudah gemetar, tetapi keberaniannya muncul setelah meliat Gara, Hawu dan Sion menyemangatinya dari samping panggung.

Senyum Nala langsung mengembang. Ia membuka acara tersebut dengan semangat. “Selamat malam dan selamat datang di acara Pembagian Hadiah serta Perpisahan dengan Mahasiswa KKN Universitas Jatayu. Perkenalkan saya Queenala yang akan memandu acara malam ini.”

Kalimat Nala disambut tepuk tangan meriah, kemudian acara dilanjutkan dengan pembukaan dan sambutan dari kepala desa serta tamu kehormatan. Salah satu tamu kehormatan yang hadir adalah Pak Ketut. Ketika Pak Ketut menyampaikan kata sambutan, Hawu mendekati Nala untuk memberi tahu  kalau akan ada penampilan spesial dari salah satu anak KKN.

“Baiklah, acara selanjutnya adalah penampilan spesial dari teman kita, peserta KKN. Kepada penampil spesial, dipersilahkan untuk naik ke atas panggung.” Nala mengatakan kalimatnya dengan penuh percaya diri, tetapi ia hampir terjungkal ketika melihat kalau sahabatnya yang naik ke atas panggung.

Gara mengenakan kemeja hitam yang digulung hingga siku. Ia juga membawa sebuah gitar. Dengan penuh percaya diri, laki-laki berambut cepak itu duduk di kursi yang telah disediakan panitia dan mengatur posisi mikrofonnya.

Nala menjauhkan mikrofonnya dan berbisik pada Gara yang masih sibuk dengan gitar dan mikrofonnya. “Lo ngapain di sini?”

Bukannya menjawab, Gara hanya tersenyum.

"Jangan malu-maluin, deh. Udah cukup kemaren malu-maluin karena kalah sepak bola, terus sekarang malah maunya nyanyi segala." Nala mulai ceramah, tetapi ceramahnya langsung berhenti ketika Gara mulai memetik gitar.

Nala tahu kalau Gara bisa bermain gitar, tetapi ia tidak tahu kalau permainan sahabatnya sebagus itu. Nala beberapa kali mendengar Gara bermain gutar untuk anak-anak di tongkrongan dan menurut Nala, permainannya biasa saja. Petikan gitar Gara mampu membuat penonton terhanyut bahkan sebelum ia mulai bernyanyi.

Nala bisa menangkap sorot mata yang tidak biasa dari sahabatnya. Dugaannya semakin kuat ketika laki-laki itu mulai bernyanyi. Nala tidak tahu kalau Gara bisa bernyanyi sebagus itu. Atau memang ia benar-benar menghayati lagu itu secara pribadi? Gadis berponi itu buru-buru menggeleng. Gara tidak menceritakan apa pun padanya, artinya laki-laki itu baik-baik saja.

Gara menyanyikan lagu Missing You dari 2NE1 dengan versi bahasa inggris. Suara serak sahabatnya mampu membuat Nala yang tadinya ceria, menjadi ikut sakit hati. Belum lagi, beberapa kali Gara melihat Nala dengan tatapan yang begitu menyakitkan. Ia tidak menduga kalau Gara ternyata menyukai lagu itu, bahkan sampai menghapal versi inggrisnya. Dulu, ketika Nala memasang lagu itu, Gara akan mengeluh. Lagu itu adalah lagu wajib untuk Nala ketika ia patah hati.

Penampilan Gara ditutup dengan sorakan dan tepuk tangan yang sangat meriah, bahkan penonton kompak meminta penampilan tambahan. Sebagai pembawa acara, bukannya mengambil alih, Nala malah berdiri kaku di sudut panggung.

“Baiklah, selanjutnya saya serahkan ke MC. Terima kasih.” Gara turun dari panggung setelah menatap Nala dalam dan menyapanya dengan senyuman.

"Baiklah, acara selanjutnya adalah pengumuman pemenang." Nala melanjutkan tugasnya dengan gelagapan.

Setelah pengumuman pemenang selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Nala yang ingin buru-buru menghampiri Gara, tertahan oleh Pak Ketut yang tengah makan bersama dengan Arka.

"Nala, sini gabung. Ada Nak Arka ini, lho." Pak Ketut menunjuk kursi yang kosong di samping Arka. Pak Ketut memang pendukung pasangan Arka dan Nala garis keras.

Nala mengangguk. Ia masih celingak-celinguk mencari Gara, tetapi ia tetap melangkah menuju Arka.

"Nggak terasa, kalian sudah mau pulang. Warga pasti sedih kehilangan kalian." Pak Ketut berbicara sambil menatap Nala da Arka bergantian. Hanya ada mereka berdua di sana karena anggota kelompok yang lain menyebar dan berbaur bersama warga.

"Kami juga sedih, harus pergi dari sini. Rasanya di sini sudah jadi rumah." Arka berbicara dengan nada yang kelewat lembut.

"Makanya, nanti sering-sering main ke sini, ya. Saya sudah bilang sama ketua karang karuna, supaya kegiatan lomba sepak bola yang kalian buat ini jadi acara tahunan di sini. Mereka sudah belajar banyak dari kalian."

"Kami yang belajar lebih banyak di sini, Pak." Arka kembali menjawab.

Pak Ketut memperhatikan Nala yang sedari tadi hanya diam. "Nala, kenapa, kok, diam saja?"

Nala sempat terkejut, kemudian ia menjawab, “Enggak apa-apa, Pak.”

"Kamu pasti sedih karena harus pisah dengan Arka, ya. Kan, sekolahnya masih sama-sama di Jatayu. Hubungan silaturahminya masih tetap bisa disambung. Betul, Nak Arka?"

Arka tersenyum. Kemudian ia mengangguk.

Nala langsung berpamitan pada Pak Ketut begitu mendapat kode dari Hawu untuk melanjutkan acara. Acara dilanjutkan dengan menonton video tentang rangkaian kegiatan KKN sejak kedatangan hingga perpisahan mereka hari ini. Video itu ditutup dengan satu per satu ucapan terima kasih dan salam perpisahan dari masing-masing anggota kelompok.

"Halo, saya Hari Wulangan. Teman-teman sering panggil saya Hawu. Terima kasih karena sudah menerima kami, anak-anak yang kurang pengetahuan dan memperlakukan kami seperti keluarga. Terima kasih sudah menemani proses belajar kami. Saya juga minta maaf untuk semua kekurangan dari program kerja yang kami lakukan selama di sini. Saya Hawu, sampai ketemu lagi." Hawu melambai dengan ceria.

"Saya Arkasa Dio Giantara." Arka kelihatan sangat tenang. "Terima kasih untuk kesempatan luar biasa yang sudah diberikan. Saya banyak belajar di sini. Saya juga meminta maaf untuk semua kekurangan dan kesalahan yang saya lakukan."

Nala tersenyum ketika menonton video itu. Sungguh sangat Arka, singkat, jelas dan tampan.

Gara duduk canggung dan sempat hampir terjungkal dari kursi yang disediakan. Video jadi memburam karena ditabrak olehnya. Tingkahnya membuat warga tertawa. Setelah membenahi kamera, Gara duduk kembali. "Gue Gara."

Laki-laki berambut cepak itu kelihatan salah tingkah. Senyumnya jadi kelihatan bodoh. "Buat Bapak, Ibu, Mbah, teman-teman, terima kasih karena sudah menerima saya yang banyak kekurangan ini. Saya merasakan kasih sayang penuh selama menjalani KKN, sebagai seorang anak, cucu, saudara, kakak, adik dan juga teman."

Mata Gara sudah berkaca-kaca, tetapi tawa penonton langsung pecah ketika ia melanjutkan kalimatnya. "Maaf kalau saya suka bercanda, tapi nggak lucu."

Video itu diakhiri dengan tulisan terima kasih dan behind the scene.

"Halo, Queenala di sini." Meski ia tersenyum, suara Nala sudah bergetar. Ia memegang mikrofonnya lebih erat. Nala adalah satu-satunya anggota kelompok yang tidak merekam video karena ia ingin menyampaikan kalimat perpisahan secara langsung.

"Terima kasih karena sudah menerima kami menjadi bagian dari keluarga di desa ini. Saya juga minta maaf untuk segala kekurangan dan ketidakmampuan kami selama menjalani KKN. Selama KKN, saya belajar banyak hal. Saya belajar untuk menerima. Saya juga belajar untuk berdamai dengan kehilangan. Saya juga belajar untuk lebih menghargai orang lain."

Nala menjeda kalimatnya karena suaranya tidak lagi keluar. Nala berdeham. “Saya harap, apa yang sudah kami lakukan di sini bisa menjadi satu langkah maju untuk desa yang kami tinggali. Saya juga mau berterima kasih untuk teman-teman karang taruna yang sudah banyak membantu kami. Tanpa kalian kami tidak bisa sampai disini.”

“Saya Nala dan terima kasih. Kami peserta KKN, pamit undur diri. Semoga kita bisa bertemu lagi di kesempatan yang lebih baik.”

Kata-kata penutup dari Nala tidak disambut dengan tepuk tangan yang meriah, tetapi justru malah disambut dengan tangis dari para warga.

Setelah menyalami warga satu persatu, kedua kelompok KKN tersebut berkumpul sebelum merapikan lapangan yang berubah fungsi menjadi panggung dan tempat penonton.

"Terima kasih untuk kerja keras kita semua. Besok pagi, kita akan dipulangkan ke Jatayu. Kalian hebat." Hawu yang tengah cosplay sebagai ketua pelaksana, menutup kalimatnya dengan senyum.

"Jangan lupa laporan KKN, minggu depan kita harus pendadaran." Gara membuat suasana suram seketika.

"Yaudah, yok, kerja, yok." Hawu langsung membagi tim untuk membersihkan lapangan. Untungnya karang taruna membantu mereka hingga akhir.

***

Setelah melewati satu minggu penuh drama dan berkutat dengan laporan KKN, akhirnya Nala selesai menjalani sidang pendadaran kKN. Setelah keluar dari ruang sidang, kedua kelompok yang memang terus bersama selama KKN itu berkumpul.

"Gimana kalo kita makan-makan dulu?" Hawu memberi saran.

Gara langsung memotong. "Gue ada janji mau pulang ke rumah. Makan-makannya minggu depan aja kali, ya."

Seketika, Hawu tercengang. "Tumben lo balik?"

Gara cengar-cengir. "Balik ke rumah Mama."

"Lo mau ke rumah?" Nala langsung menyambar.

"Iya, diajakin mancing sama Papa."

Nala mengangguk. Setelah pulang KKN, Gara tidak pernah datang ke indekosnya. Nala tidak ambil pusing karena ia mengira kalau sahabatnya tengah mengerjakan laporan KKN dan menikmati kegalauannya setelah putus dengan semua pacar dan selingkuhannya. Informasi itu didapat Nala dari Hawu dan Sion. Namun, ketika bertemu, Nala merasa ada yang aneh dari sikap Gara. Laki-laki berkulit cokelat itu jadi lebih pendiam.

"Gue ada janji sama Arka, lo duluan aja."

Gara mengangguk.

"Jadi, ditunda minggu depan, ya." Hawu memutuskan.

Saat itu juga, mereka berpisah.

Nala berjalan bersama Arka ke salah satu taman yang ada di dekat lokasi sidang. Keduanya duduk berdampingan.

"Jadi inget zaman dulu nggak, sih?" Nala berbicara untuk memecah hening.

"Gue bawa gantungan Snorlax-nya, lho." Arka menunjukkan gantungan Snorlax yang sudah berubah warna karena termakan usia.

"Beneran masih disimpan ternyata." Nala tersanjung.

"Ada apa, nih, lo ngajak gue ke sini?"

Pertanyaan dari Arka membuat Nala panik seketika. Ia sudah menghapalkan satu kalimat yang harus diucapkan, tetapi tiba-tiba ia melupakan susunan katanya.

"Nala."

Nala jadi semakin gugup. Ia menarik napas dalam dan menutup mata. "Gue suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Arka tertawa pelan.

"Kok, malah ketawa?" Nala jadi sedih bercampur kesal.

"Yakin, nggak salah alamat?" Arka berbicara sambil melepaskan gantungan Snorlax-nya.

"Hah!" Nala benar-benar bingung.

"Lo yakin mau pacaran sama gue? Emang lo sayang sama gue?"

Nala mengerjap. Ia cukup bingung untuk menjawab pertanyaan Arka.

"Lo cuma sebatas suka sama gue. Sayang lo buat orang lain."

"Emang buat siapa?" Nala masih tidak percaya pada kata-kata Arka.

"Gara."

Satu nama itu berhasil membuat Nala sakit kepala.

"Seneng bisa kenal lo. Gue harap, kita tetep bisa temenan." Arka menyerahkan gantungan Snorlax miliknya. "Gue rasa, Snorlax ini harus balik ke pemilik aslinya."

"Kenapa lo mikir gitu?" Nala masih tidak terima pada hipotesis Arka yang memgatakan kalau ia menyukai Gara.

Arka tersenyum. Entah mengapa, ada sorot kesedihan di matanya. "Waktu lo sedih, siapa yang lo cari? Waktu lo senang, siapa yang lo cari? Siapa yang bikin lo panik karena luka kecil?"

Arka menggeleng karena melihat Nala yang masih tidak menerima kenyataan. "Silakan jawab pertanyaannya. Fyi aja, Gara suka sama lo, tapi dia tahan semuanya karena dia kira, lo suka sama gue."

Nala membongkar semua ingatan yang ada di kepalanya untuk mencari nama lain, tetapi ia hanya menemukan satu nama untuk menjawab semua pertanyaan Arka, yaitu Gara.

Arka bangkit berdiri dan menepuk puncak kepala Nala. "Mungkin ini buat yang terakhir. Bilang sama Gara, jangan musuhin gue setelah ini. Gue harap kita semua bisa temenan."

Nala membiarkan Arka pergi. Ia duduk di sana cukup lama dan berusaha memahami perasaannya sendiri. Nala mengumpulkan kepingan ingatannya. Ketika ia mendapat kiriman makanan dari orang tuanya, ia mencari Gara bukan Arka. Ketika ia menangis karena rekan satu kelompoknya dipulangkan, ia mencari Gara bukan Arka. Bahkan ketika bertemu anggota kelompok sebelah, ia mencari Gara, bukan Arka. Sambil memegang gantungan kunci Snorlax-nya yang menggantung di tas, ia menyadari kalau benar ia menyukai sahabatnya.

Nala tiba di rumah setelah langit gelap dan mendapati Gara ada di sana menunggunya dengan khawatir.

"Lo dari mana aja, sih? Hp mati, sampe magrib baru balik. Hampir aja gue balik ke kampus, tahu nggak?"

Nala segera menghambur ke pelukan Gara. "Maafin gue. Maaf karena gue terlambat sadar sama perasaan gue sendiri. Maaf karena udah buat lo sakit hati sendirian."

"Lo kenapa, sih? Abis ditolak Arka, makanya kerasukan?" Gara melayangkan protes, tetapi tidak berusaha melepas pelukan Nala.

Nala menarik diri dan mundur dua langkah. "Kenapa lo nggak bilang kalo lo suka sama gue?"

Gara tersenyum. "Gue tahu, lo suka sama Arka."

"Gue suka sama Arka, tapi gue sayangnya sama lo." Nala masih menangis.

"Terus kalo sayangnya sama gue, gimana?"

"Ya, pacarannya sama lo aja. Pokoknya gue mau pacaran sama lo!" Tangis Nala semakin keras.

Gara tertawa. "Iya, iya. Pacarannya sama gue."

"Jadi, kita pacaran?"

"Iya."

Gara menepuk puncak kepala Nala dan akhirnya mereka tertawa bersama.

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Terima kasih buat yang kawal Snorlax dari tahun lalu, kali ini kita berhasil selesai.

Salam manis dari jajaran KKN Jatayu









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro