|2|

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Entah berapa lama, [Name] sudah berusaha menetralkan detak jantungnya yang tak mau berhenti memberontak. Dia bingung bagaimana dia harus menjelaskan situasinya, yang ia tahu dia benci, bagaimana tanpa sadar dia tak sengaja menghindar dari seseorang itu.

Sebenarnya tidak ada yang aneh di hari itu, hanya ada dia dan Nezuko yang pergi ke pesta Shinobu. Awalnya semua baik-baik saja, Nezuko jujur dengan perkataannya sebelumnya, tidak ada orang asing di tempat ini. Semua ia kenal, begitupun sebaliknya. Mungkin  Shinobu tidak ingin membuang banyak uang, untuk orang yang tak begitu dekat kepadanya.

Tapi itu sebelum kejadian ini berlangsung, Nezuko bilang ia ingin ke toilet, jadi dia meninggalkan [Name] bersama Kanao yang kebetulan sedang berbicara dengan Aoi di dekat mereka. [Name] tak ingin terlibat dalam pembicaraan Aoi dan Kanao, karena selain tidak mengerti, ia terlalu malas untuk berbicara hari ini. Dia hanya akan menjawab jika ditanya, dan mengangguk jika Kanao menawarkannya minuman.

[Name] menatap sekitar, semua orang telah larut dalam pembicaraan dan bersenang-senang. Rumah Shinobu yang cukup luas, tentu bisa menampung teman-temannya yang mungkin bisa dibilang cukup banyak dari [name]. Beberapa orang seperti Trio Kamaboko, Rengoku Kyoujuro, Mitsuri Kanroji, mengajaknya bersenang-senang bersama, tetapi dasarnya [Name] yang tak terlalu suka dengan keramaian, jadinya dia menolak dengan halus dan lebih menyendiri di sudut ruangan.

Ngomong-ngomong tentang Nezuko, kemanakah gadis itu? Dia lama sekali meninggalkan [Name], padahal gadis itu hanya ke toilet saja. [Name] yang tak mau ambil pusing, meminum jusnya dan kembali menunggu Nezuko yang entah sudah berapa lamanya mendekam di toilet.

"[Name]." Tomioka Giyuu datang menghampirinya, dengan wajah datar khasnya. Giyuu adalah teman semasa kecilnya yang sempat berpisah dengannya dulu, dia juga menjadi guru di sekolah dimana ia belajar. Ya, kadang-kadang takdir itu memang suka membuat orang tertawa.

"Oh Kak Giyuu. Ada apa?" [Name] bertanya ramah. Giyuu pasti sudah lelah diajak berbicara dengan banyak orang, dan memilih untuk menyendiri sepertinya. [Name] tahu persis sikapnya.

"Mau keluar? Tidak jengah di sini lama-lama?"

[Name] berpikir sebentar. Dia juga ingin keluar sedari tadi, dia butuh pasokan oksigen yang lebih banyak. Tapi bagaimana dengan Nezuko nanti? Jika dia meninggalkannya, bisa-bisa Nezuko yang kasihan bersikap seperti anak itik mencari induknya.

"Tidak Kak Giyuu. Aku sedang menunggu Nezuko." Akhirnya [Name] memilih tetap tinggal. Jika Nezuko, dia pasti akan menunggu [Name] dengan sabar dan [Name] tak mau menjadi sahabat yang tak setia.

"Baiklah, kalau begitu aku—"

"Giyuu!"

Giyuu maupun [Name] terkejut, ketika mendengar panggilan dari seseorang yang tiba-tiba. Ah maaf, terkejut Giyuu dan terkejut [Name] perlu kita pertegaskan dalam definisi yanh berbeda. Jika Giyuu, terkejut karena dipanggil tiba-tiba seperti itu, tetapi kalau [Name] terkejut karena dia tidak menyangka mendengar suara yang sangat ingin dia dengar selama pesta berlangsung sejak tadi.

Giyuu mengerjap sejenak. Kemudian tak lama menghela napasnya, ketika melihat pria bersurai peach di hadapannya. "Sabito. Kemana saja kau? Aku mencarimu."

"Maaf, tadi aku keluar sebentar." Giyuu bertanya-tanya, saat mendengar nada suara Sabito yang tak seperti biasanya. Lebih berat dan seakan mencoba untuk menormalkan, meskipun gagal.

Giyuu mengedikkan kedua bahunya. Tak mau ambil pusing, apa yang tengah terjadi dengan sahabat dekatnya. Sabito pasti akan menceritakannya, jika ia siap. Atensi Giyuu kembali kepada gadis yang hampir dilupakannya. "Ah baiklah. Oh iya [Name], ini S—"

Ucapan Giyuu kembali terpotong, begitu melihat eksistensi [name] yang hilang tiba-tiba. Bukankah gadis itu tadi ada di sini? Kenapa tiba-tiba tidak ada? Giyuu sedikit bergidik, jangan-jangan yang dilihatnya bukan [Name]? Langkah Giyuu mundur satu langkah, tetapi wajahnya masih tetap datar.

Namun anak kedua Tomioka itu tak tahu, bahwa yang dilihatnya memang asli manusia. Dan [Name] sudah lari secepat kilat, ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya. Dia tidak mau melihat orang itu, tidak mau, tidak, dia ternyata belum siap.

Dia tak menyangka harapan asal-asalannya kemarin menjadi nyata begitu saja, ugh. [Name] tanpa sadar memukul-mukuli kepalanya.

Bodohnya ia. Tentu saja [Name], ini pesta Shinobu dan karena Giyuu kekasih yang punya pesta, tentu saja dia juga diundang! [Name] membenci dirinya yang seperti ini, dia ingin menemuinya, tapi kenapa ia malah lari? Mungkin otaknya benar-benar sudah gila.

'Aaaah!'

[Name] membenturkan kepalanya di tembok terdekat.

________________

Kanao menyapanya, ketika kedua mata kosongnya mendapati [Name] yang tengah berdiri dengan wajah memerah sempurna. Kanao terheran-heran dengan apa yang tengah terjadi. Dia meninggalkan [Name] sebentar untuk mengantar Aoi menemui Shinobu, tetapi ketika kembali [Name] bersikap aneh seperti ini. Kanao mengernyit bingung.

Kedua mata miliknya melirik sekitar, mencari sesuatu yang membuat [Name] menjadi seperti ini. Tak sengaja dia menangkap tiga manusia yang dikenalnya dengan jarak yang tak terlalu jauh, dua yang lain sedang berbincang-bincang, namun yang satunya telah Kanao pergoki tengah memandang ke arah mereka meski sedetik.

Ah, sekarang Kanao mengerti.

[Name] belum siap bertemu dengan orang itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro