Malam Rian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Lagu: Surat Cinta Untuk Starla
Penulis: Amandanurma

Rian menghela napas, matanya tak lepas dari foto gadis cantik di layar ponsel.

"Kamu kenapa lagi, Yan? Perasaan tadi ketawa-tawa kayak orang gila, sekarang malah kayak orang lagi depresi," tegur Budi sambil menyodorkan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Rian mengambil cangkir itu, meletakkannya ke atas meja di samping kursi plastik tempatnya duduk dua jam terakhir. Dia melirik sebentar kopi itu, sebelum kembali menghela napas. Mungkin, malam ini dia memang harus meminum kopi agar bisa begadang sampai pagi demi kerja malamnya.

"Aku dikick lagi," gerutu Rian sambil menatap sendu foto gadis di layar ponselnya.

"Hah? Ditendang? Sama siapa?" tanya Budi bingung.

Rian menarik napas, lalu membuangnya. "Aku dikeluarkan dari grup lagi," jawabnya lesu.

Budi terdiam sebelum tertawa lalu terbatuk-batuk karena sebagian kopi yang sedang dihirupnya masuk ke lubang hidung. "Sama pujaan hatimu itu?" tanyanya sambil mengerjapkan mata. Tangannya sibuk mengelap cairan yang keluar dari lubang hidung menggunakan ujung kemeja yang dipakainya.

"Iya." Rian menghela napas. "Dia lumayan galak," lanjutnya.

"Kamu bikin dia marah lagi?"

Rian mengangguk menanggapi pertanyaan Budi.

"Kenapa nggak cari cewek yang normal aja sih?"

"Aku cuma cinta sama dia, Bud. Kamu jomlo sih, jadi nggak bisa ngerasain gimana rasanya orang jatuh cinta. Bagiku, dia perempuan paling cantik, Bud."

Budi menutup rapat mulutnya, berusaha menahan tawa meski perutnya kini bergoyang-goyang naik turun.

"Aku beneran ngebayangin, hari tua bersamanya. Rambut kami memutih, tapi dia tetap sangar. Dia ngacungin pisau ke arahku kalau aku nggak kerja, kan aku jadi tambah semangat kerja. Iya nggak?"

"Buahahahahahaha! Kamu ada-ada aja! Ganti! Ganti perempuan lain aja!"

"Nggak bisa. Cintaku telah habis, kucurahkan hanya untuknya," ucap Rian dengan mata berkaca-kaca.

"Terserah!" sahut Budi sambil terus menertawakannya.

"Kamu tega, tertawa di atas penderitaanku. Teman macam apa?"

"Kamu emang pantas ditertawakan," ucap Budi sebelum mengambil kembali cangkir kopi yang tadi sempat disodorkannya pada Rian. Lalu menenggaknya sampai habis.

Rian melongo. "Kirain tadi buat aku?" tanyanya serius.

"Salah sendiri dianggurin. Makan tuh cinta!" jawab Budi sebelum melenggang pergi.

Rian kembali menghela napas. Ditatap kembali foto gadis di layar ponselnya. Dia hanya pasrah menunggu amarah gadis itu reda, agar bisa kembali ke grup yang bisa membuatnya kuat begadang tanpa harus menenggak secangkir kopi. Grup kepenulisan yang mampu membuatnya menuangkan seluruh kisah hidup ke dalam sebuah surat cinta berbentuk cerita. Semua tentang dia. Dia yang mampu menyerap seluruh cinta hingga tak bersisa untuk dunia. Dia, yang selalu mengacungkan tinju tapi mampu membuatnya rindu. Dia yang menodongkan pisau, tapi mampu membuatnya terpukau.

Dia mengusap layar, membuka lembar baru Ms. Word dan mulai mengetikkan kenangan istimewa hari ini bersamanya:

Hari ini ... dia mengeluarkanku dari grup. Entah perbuatanku yang mana lagi yang berhasil memancing amarahnya kali ini. Yang pasti, aku bahagia mendapatkan perhatiannya. Aku bahagia. Hanya padaku dia seperti itu, tidak pada orang lain. Hanya padaku.

Rian tersenyum. Dia melanjutkan ketikannya hingga malam berubah menjadi dini hari, lalu pagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro