Save Me!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SongLit: Bring Me To Life - Evanescence
Written by: tarachun

Aku tidak tahu apa lagi yang bisa diperbuat. Tidak ada yang mengerti. Mereka hanya memanfaatkanku, tanpa niat untuk memahami.

Di mana cahaya? Aku tak bisa melihat apapun. Kotor dan bau. Tolong, selamatkan aku!

Aku melihatnya di sana. Ia datang bersama cahaya menyilaukan. Inikah sebuah keajaiban? Apakah kau penyelamatku? Ya! Itu pasti dirimu.

"Berhenti di sana!"

Sial! Apa yang kukatakan? Mendekatlah! Aku butuh pertolongan. Tarik aku dari kegelapan ini dan sirami dengan cahaya.

"Hei, kau baik-baik saja?" Aku dapat mendengar suara berat itu, sangat menenangkan.

Ia mendekat, langkahnya terdengar begitu jelas dalam keheningan. Kini, ia berada di hadapanku, berjarak sekitar tiga puluh sentimeter.

Aku menggeleng keras. Ia pasti terkejut dengan penampilanku ini. Rambut berantakan dan pakaian serta tubuh berbau amis. Aku yakin dia akan pergi sama seperti mereka.

Kenapa aku harus mengingat orang-orang itu lagi? Mereka yang membuangku padahal sebelumnya tidak ada masalah.

Aku monster? Ya, tetapi siapa yang menciptakan monster ini? Argh! Aku akan membalas mereka semua.

"Ikutlah denganku."

Aku yakin mendengar sebuah kalimat ajakan. Benarkah ini? Dia membuka jalan baru. Aku menatap tangan yang terulur, ragu masih menyelimuti. Namun, ia mengangguk dan tersenyum. Semoga ini pilihan yang tepat.

Aku meraih tangannya, hangat. Ia tersentak, mungkin karena suhu tubuhku yang dingin. Ya, aku hanya boneka yang dibuang dan tak lagi memiliki tempat berteduh.

"Aku Andrew, siapa namamu?"

Menurutku itu nama yang bagus. Hanya saja, apakah aku harus menjawab pertanyaannya? Aku belum siap. Mungkin saja ia juga akan pergi setelah mengetahui identitasku.

"Baiklah, tidak apa-apa. Aku akan menunggu," ujarnya dan aku hanya mengangguk.

Kami sampai di sebuah rumah minimalis. Ia membawaku masuk dan pergi begitu saja. Tak lama, Andrew muncul dengan handuk dan pakaian lalu memberikannya padaku.

"Mandilah! Maaf, aku tidak punya pakaian wanita," ujarnya meringis pelan.

Aku tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk mandi. Sekarang kami duduk berhadapan di meja makan dengan beberapa hidangan yang entah datang dari mana. Perutku sudah berbunyi nyaring. Ia menahan tawa, aku tahu itu.

"Silakan makan."

Tentu. Sial! Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Saat ini, aku hanya ingin menikmati seluruh hidangan, mengisi tenaga, lalu membalas mereka.

Andrew tipe yang banyak bicara padahal aku hanya menanggapi seadanya. Ia menceritakan berbagai hal yang belum pernah kualami. Berkumpul dengan teman, mengunjungi berbagai tempat menarik, dan melukis.

Aku memasuki sebuah ruangan, tempat Andrew menyimpan lukisan-lukisannya. Indah, hangat, dan kosong. Aku dapat mengetahui rasa dari setiap lukisan itu.

Namun, mataku tertuju pada sebuah lukisan yang sangat menggambarkan berbagai warna tanpa emosi. Wanita bergaun putih menatap lurus ke depan dengan latar sebuah taman. Tatapan itu kosong, tak bernyawa. Taman yang menjadi latarnya benar-benar indah dengan bunga tulip berbagai warna ada di sana.

"Mona." Suara Andrew tiba-tiba memecah keheningan. Ia berdiri di sampingku dan ikut menatap lukisan ini. "Nama wanita itu Mona, kakakku yang telah tiada."

Begitu rupanya. Wanita itu terlihat tidak asing, tetapi entahlah. Aku benar-benar seperti terhipnotis dengan lukisan ini. Seakan aku yang berada di sana.

Selama beberapa hari tinggal dengan Andrew, aku mengetahui beberapa hal, termasuk cerita lengkap tentang Mona. Aku sudah tahu kenapa wanita itu terlihat tidak asing.

Namun, tentu Andrew tidak boleh mengetahuinya. Mona adalah salah satu korbanku di saat monster menguasai diri. Ah, apa sekarang aku sudah berubah? Entahlah! Aku hanya butuh laki-laki ini untuk menjadi sumber cahaya dan memberiku oksigen.

"Mona," panggilnya.

Sejak memperkenalkan lukisan itu, ia memanggilku Mona. Aku masih enggan mengungkap identitas ini. Karena semakin besar kemungkinan ia akan pergi.

"Aku akan menikah."

Sial! Apa katanya? Jadi selama ini aku tinggal di rumah laki-laki yang telah memiliki status? Oh, ini tidak bisa dibiarkan. Jika Andrew menikah, bagaimana denganku?

Pria ini menatapku tanpa keraguan. Ia pasti sudah memikirkan dengan matang. Namun, sayangnya kau memungut orang yang salah Andrew. Aku butuh diselamatkan dan tidak untuk dibuang lagi.

"Kau tidak mengenalku, Andrew." Ia terdiam mendengar nada suaraku.

Oh, aku tidak bisa mengendalikannya. Bagaimana ini? Monster dalam tubuhku memberontak. Ia sepertinya tidak ingin terkekang lebih lama lagi.

"Namaku bukan Mona. Wanita itu, kakakmu, aku yang membunuhnya." Aku memberi penekanan pada kalimat terakhir.

Matanya membulat sempurna, terlihat kilat kemarahan. Ya, aku tahu kau sangat menyayangi Mona. Namun, aku lebih menyayangi diri sendiri untuk bertahan hidup.

"Namaku Lisa. Maaf sekali aku tidak bisa membalas kebaikanmu selama ini." Andrew mendecih pelan, sedangkan aku hanya bisa tertawa. "Kau harus berkorban lagi untuk hidupku."

Andrew menatapku tajam. Benar, seperti inilah seharusnya. Tidak ada seorang pun yang bisa menerima seorang pembunuh sepertiku. Namun, jangan harap kau dapat melakukan hal yang sama seperti mereka. Tidak akan kubiarkan!

"Kita akhiri saja, bagaimana?" tanyaku pelan, menatapnya dengan seringai tipis. "Terima kasih sudah menyelamatkanku, tetapi itu saja tidak cukup. Kau tidak boleh membuangku."

Matanya nyaris keluar saat sebuah pisau dapur menancap tepat di jantung. Oh, ini indah. Cairan merah yang mengalir begitu deras. Aku menyukainya. Ya, aku memang monster dan selamanya akan seperti itu. Tidak dapat berubah, walau ada cahaya yang ingin masuk. Kegelapan akan terus bersamaku.

The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro