Everything Will Be Okay

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author'sPOV

"Jadi selama ini....,Mr.X itu Ari?!"tanya Iqbaal

Aldi mengangguk, "Gue nggak tau mau percaya atau nggak."

"Mendingan, kita cek langsung sekarang. Daripada nyesel,"ucap Iqbaal.

Aldi mengangguk, mempersilahkan Iqbaal langsung menginjak gas kencang menuju planetarium.

*******

Setengah jam kemudian, mobil Aldi sampai ke lapangan parkir planetarium. Kedua pemuda itu buru buru membuka pintu mobil dan hendak turun ketika mata Iqbaal menemukan sesuatu.

"Eh, Di!"panggil Iqbaal langsung menarik Aldi begitu pemuda itu membuka pintu.

"Apaan?!"

"Itu bukannya Gio ya? Samar sih, ingatan gue soal dia. Tapi, itu dia kan?"tanya Iqbaal sambil menunjuk pria berwajah bengis yang keluar dari mobil Alphard hitam bersama anak buahnya.

Aldi menggeram, "Ternyata Ari nggak bohong. Gio beneran nyari Salsha."

Kedua remaja itu langsung meloncat turun begitu rombongan Gio dan anak buahnya sudah menghilang. Baik Aldi dan Iqbaal menjaga agar Gio tak menyadari adanya Aldi.

"Planetarium ini direservasi? Saya ada keperluan dengan orang didalam!"ucap Gio tegas.

"Maaf, tapi—"

Iqbaal dan Aldi tak bisa menguping lebih jauh tentang percakapan Gio dengan penjaga pintu ketika tangan mereka tiba tiba ditarik dari belakang.

"Siap—"

"Sst! Gue Ari!"

Aldi melepaskan tarikan Ari dari badannya dan mencengkram kerah Ari kasar. Ia benar benar emosi sekarang, "Lo brengsek! Ini yang lo bilang sayang sama Salsha? Ngebantu orang buat nyelakain dia!"

"Gue juga kepaksa! Makanya gue ngabarin kalian buat nyelamatin Salsha!"maki Ari balik.

"Sst, kalian! Bukan waktunya ribut sekarang. Tapi kita sekarang tuh harus mikir, gimana caranya bisa masuk ke dalam tanpa ngelewatin Gio!"lerai Iqbaal.

Ari mendengus, "Gue tahu caranya. Ikutin gue."

Aldi awalnya ogah, namun memikirkan Salsha yang ada kemungkinan celaka membuatnya menelan egonya bulat bulat. Ia dengan pasrah mengekori Ari hingga ke pintu belakang.

"Dari sini, kalian belok kiri, bakal ada pintu. Salsha di dalem,"ucap Ari.

"Lo sendiri gimana?"tanya Iqbaal begitu Ari hendak pergi.

"Gue ada urusan lain. Inget, ini bantuan terakhir yang bisa gue kasih,"ucap Ari penuh penekanan sebelum akhirnya berlari pergi.

Sepeninggal Ari, Aldi dan Iqbaal langsung masuk melalui pintu belakang. Sesuai petunjuk Ari tadi, mereka menemukan sebuah pintu cinema.

Aldi baru menyentuh gagangnya begitu mendengar suara Salsha dari dalam. Terdengar suara Salsha yang tengah memanggil manggil Ari.

"Salsha!"Buru buru Aldi membuka pintu itu dan mencari Salsha. Dalam kegelapan, Aldi bisa merasakan tiba tiba tubuhnya terengkuh sepasang tangan dari samping.

"Ssh, tenang Sal. Lo nggak apa apa kok, ada gue. Ada gue,"ucap Aldi menenangkan Salsha yang bergetar di dekapannya.

"Gue ditinggalin Ari disini. Nggak lama kemudian...,ada SMS yang ngirimin gue foto sama video. Dalam video itu...,"Salsha menceritakan semua tentang foto dan video yang ia terima.

Sama dengan apa yang diterima Aldi tadi pagi.

Bukti bahwa Ari adalah mata mata Gio.

"Aku nggak tahu apa salahku sama Ari,"isak Salsha masih dalam dekapan Aldi.

Aldi mengelus rambut Salsha, berusaha menenangkan, "Yang penting, kamu nggak apa apa."

Selagi Aldi sibuk menenangkan Salsha, tiba tiba Iqbaal menghampiri keduanya dengan wajah panik.

"Sal, Ald, kita harus buruan kabur! Gio berhasil masuk!"ucap Iqbaal.

Baru saja Aldi bersiap hendak menggendong Salsha yang kakinya masih terluka, tiba tiba saja pintu cinema sudah terbuka. Tak lama, disusul suara dingin dan bengis Gio.

"Wah, wah, wah! Liat siapa yang mau kabur!"ucap Gio dingin.

"Apalagi mau lo?"tanya Aldi tajam. Ia menurunkan Salsha dari dekapannya, mendorong gadis itu agar berdiri di belakangnya.

"Mau gue? Lo tahu jelas, Aldi. Apa mau gue. Gue mau bales dendam,itu aja,"ucap Gio.

"Lo brengsek, beraninya sama cewek,"umpat Iqbaal ikut kesal.

"Gue brengsek? Padahal, permintaan gue sederhana kok. Gue cuman mau cewek sampah yang pernah bikin hidup gue hancur, hancur balik! Kalian yang brengsek, ngehalang halangin gue!"maki Gio emosi. Sepertinya pria itu sudah kehilangan akal sehatnya.

"Kak...,aku nggak pernah tahu kak Gio sebenci itu sama aku,"lirih Salsha yang sedari tadi diam. Gadis itu melangkah maju dari punggung Aldi.

"Sal, kamu ngapain? Jangan ngaco,"cegat Aldi.

"Kak, aku bener bener nggak tahu rentetan musibah yang nimpa kakak akan terjadi. Aku beneran nggak bermaksud kak,"lirih Salsha. Ia mengacuhkan larangan Aldi, dan kini ia maju selangkah lagi, melepaskan genggaman Aldi.

Gio melirik sekilas ke arah gadis yang berlinang air mata itu, "Lo kira, gue peduli lo bermaksud apa nggak? Gue tahunya, adek gue mati karena lo, jab—ay!"

Salsha membiarkan air matanya mengalir, jujur hatinya sakit dimaki seperti itu. Seumur hidup, baru kali ini ia dimaki dengan sebutan itu.

"Kak Gio, aku mohon jangan berbuat kesalahan lagi. Lupain semua dendam kita ya?"pinta Salsha semakin nekat. Jaraknya dengan Gio semakin sempit, sekitar 3 langkah lagi.

"Kak....,cinta pertama aku itu kakak. Aku nggak ada maksud mau njatuhin kak Gio. Aku mikir waktu itu jalan satu satunya buat Kak Gio rehabilitasi,"ucap Salsha berusaha menjelaskan pola pikirnya beberapa tahun lalu.

"Tapi kejadiannya nggak sebagus yang lo pikir,"ketus Gio.

"Iya, aku tahu. Aku minta maaf. Aku minta maaf udah bikin Kak Gio kehilangan orang yang Kak Gio sayang. Tapi aku beneran nggak bermaksud kak!"pinta Salsha memelas.

Sayang, Gio yang berdiri di ujung ruangan itu adalah pria yang hatinya sudah mati. Bukannya tersentuh, ia malah mengepalkan tangannya, dan memukul Salsha kencang.

"Salsha! Brengsek lo!"maki Iqbaal langsung menghampiri Salsha yang tersungkur. Badan gadis itu tak sebanding dengan tenaga Gio.

Aldi mengepalkan tinjunya di tempatnya. Pemuda itu merutuki dirinya juga, mengapa ia tak mencegah Salsha dari tadi.

"Lo kalau emang berani, sama gue aja! Jangan sama cewek!"tantang Aldi marah.

Gio mengarahkan pandangannya ke Aldi, "Mau wakilin Salsha? Boleh juga."

Aldi melangkah maju mendekati Gio tanpa rasa takut sedikitpun. Salsha yang masih tersisa sedikit kesadarannya meronta dan berusaha mencegah Aldi. Ia tak mau melihat ada korban Gio lagi.

"Baal, lo bawa Salsha pergi dari sini. Cepetan!"pinta Aldi begitu ia melewati Salsha dan Iqbaal.

Begitu Aldi sudah dekat dengan Gio, pemuda itu buru buru meraih jaketnya dan melemparnya ke arah wajah Gio. Segera saja Gio kehilangan fokus dilempar kain jaket tiba tiba. Pria itu meraih pistol di kantungnya, dan nekat menembak ke arah manapun.

Ia tak peduli, dendamnya harus tuntas.

Dor!

Suara timah panas dilepaskan terdengar sampai penjuru planetarium. Disusul dengan suara tubuh yang terjatuh.

.

.

.

Whah.

Siapa tuh.

Tungguin aja ye.

#RamaikanSoulmates

#SoulmatesMenujuEnding

#316inFanfiction

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro