1) Sial, Kepleset!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE





Dung dung tak dung dung tak!

Gadis itu tak henti-hentinya menabuh tong sampah dengan sebuah bilah. "Semangattt!! Ayo semangat, Bwangg!!!" teriak gadis itu yang tampak heboh sendiri menyaksikan Revan yang sedang bertanding basket dengan sekolah lain.

"Aishh... Berisik banget, sih, lo, Kei!" cibir salah satu anak yang duduk di samping Keira.

Di lain tempat, Gwen juga tampaknya sangat semangat bersama tim cheerleader Antares.

"Antares, Antares! The spirit of Antares!! Wuhuuuu!!!" seru anak
cheers sambil mengayunkan alat pemandu sorak masing-masing.

Revan yang termasuk pemain andalan Antares dengan gesit men-dribble bola melewati tim lawan yang hendak menghadang. Tepat di depan ring ketegangan memenuhi lapangan indoor. Keira yang sejak tadi heboh menabuh tong sampah pun berhenti dan merapalkan doa agar Sang Moodboster berhasil mencetak poin.

Tim lawan sudah menghadang di depan ring tersebut dan di belakang Revan pun sudah ada anggota tim lawan lainnya.

Revan berhenti sejenak dengan bola yang ada di dalam genggamannya. Ia melirik ke samping. Revan sudah dikepung oleh tim lawan dan tiba-tiba mereka hendak merebut bola darinya. Revan segera melakukan gerakan pivot dengan gesit, jika ia lalai sedikit saja bola itu bisa hilang dari tangannya. Dengan gerakan yang meyakinkan, Revan melakukan tembakan tiga angka dan masuk!

Tepuk tangan dan sorak sorai para penonton terdengar bergemuruh. Keira pun menjerit heboh sambil menabuh tong sampah sekeras-kerasnya.

"WUHUUUUU ANTARES!!!" teriak anak cheers. Heboh sekali bagi siswa Antares karena ini adalah babak final dan SMA Antares lah yang keluar sebagai pemenang.

Di tengah keramaian ini, Gwen menoleh ke seseorang yang menepuk pundaknya. "Apaan?" tanyanya.

"Noh, liat temen lo ketularan bar-bar kek lo." Cowok itu menunjuk Keira yang masih menabuh tong sampah untuk memeriahkan kemenangan Antares.

"Nape lo? Kagak suka?!" Gwen berkacak pinggang di hadapan cowok itu.

"Iya! Berisik tau, nggak?!" sahut cowok itu.

"Yee... kuping lo bermasalah apa gimana?! Emang disini lagi ramai, ya, jelas berisik lah, Bambang!" balas Gwen ngegas tanpa rem.

"Ah, tahu lah." Cowok itu berlalu pergi.

Dia Zacky Fernando, orang yang selalu membuat Gwenneth Felicia emosi saat bertemu dengannya. Eh, justru setiap hari mereka bertemu. Satu kelas, satu deretan, bahkan satu bangku.

Gwen menghampiri Keira. Sebenarnya Gwen sedikit bingung dengan sikap Keira. Kok, sempat-sempatnya tong sampah yang ada di pinggir lapangan dibawa kemari?

"Kei," panggil Gwen.

Keira yang merasa terpanggil mendongak, ia sedang membawa tong sampah untuk dipindahkan ke tempat semula.

"Eh Gwen." Keira tersenyum cerah ke Gwen, lalu berjalan melewati Gwen dengan membawa tong sampah itu dengan kedua tangannya.

"Lo ngapain bawa tong sampah segala, sih? Ntar kalo ada guru yang lihat gimana? Kena omel baru tau rasa lo," ucap Gwen.

Keira membalikkan tubuhnya menghadap Gwen. "Oh, ini ... Gue ambil tong sampah ini dari pinggiran lapangan situ, tuh." Keira menunjuknya, lalu ia berkata, "Lagian biar rame aja gitu, hahaha. Kalo urusan hukuman suruh ngerjain Fisika mah gampang. Kan, ada lo." Keira berjalan lagi lalu menaruh tong sampah itu tepat pada tempatnya.

Gwen menyusul Keira. "Lah, lah, kenapa jadi gue?"

Keira merangkul Gwen. "Karena lo sahabat the best yang selalu nyontekin Fisika ke gue."

"Ah, elah kalo ada maunya aja lo bilang gue the best."


🍀🍀🍀


Gwen sudah berganti pakaian dari pakaian cheers ke pakaian seragam sekolah. Ia kini sedang duduk sambil bermain ponsel. Lalu tiba-tiba Zacky datang dengan membawa buku yang superbesar dari perpustakaan.

"Minggir," titah Zacky agar Gwen memberi jalan untuknya duduk di pojok. BTW, Zacky yang setuju dengan peraturan yang dibuat Gwen.

1. Gwen ingin duduk di pinggir.
2. Meja dibatasin, nggak boleh nyenggol sikut Gwen.
3. Pelajaran apa pun yang Gwen nggak bisa, Zacky harus kasih contekan.

Zacky masih ingat list permintaan Gwen. Jika tidak dituruti Gwen pasti akan selalu mengganggunya dan hal itu sangatlah dibenci oleh Zacky apalagi ketika sedang membaca buku.

Gwen melirik sekilas ke Zacky lalu ia beralih ke ponselnya lagi.

"Minggir, woy!" ujar Zacky sedikit menaikkan volume suaranya.

"Gue gak denger," jawab Gwen asal.

Zacky memutar kedua bola matanya malas. "Berarti lo gak punya kuping!" Zacky terpaksa melewati Gwen yang tidak mau minggir memberinya jalan.

Gwen melotot sambil mengaduh. "Apa lo bilang?!"

"Budeg!" tandas Zacky. Ia kini sedang tidak mau diganggu. Zacky ingin menyelami dunianya sendiri untuk mempelajari rumus Fisika.

Gwen berdiri, tapi belum sempat ia menyemprot Zacky tangannya sudah ditarik Keira. "E ... eh gue mau dibawa kemana, nih?"

"Ke kantin. Siapa tau Revan ngerayain kemenangannya di kantin."

"Oh, iya. Gue harap dapet traktiran," ucap Gwen dengan semangat 45. Mereka berdua kini berjalan beriringan.

"Aelah lu katanya anak Sultan masa demen sama yang namanya traktiran."

"Sayur pare, sayur tomat. I don't care bodoamat," jawab Gwen sambil tertawa.

"Kayak pernah denger pantunnya."


🍀🍀🍀


Yang namanya kantin pasti sudah jelas ramai. Apalagi keramaiannya bertambah kala SMA Antares memenangkan pertandingan basket.

"Verissa!" panggil Gwen saat sudah sampai di kantin. Kantin hari ini benar-benar ramai. Tempat duduk yang sudah ditambah 2x lipat pun sudah terisi penuh.

Verissa melambaikan tangan memerintahkan Gwen dan Keira untuk duduk bersamanya.

"Wah, untung gue ketemu lo. Jadi ada tempat duduk, deh," ucap Gwen lalu duduk di samping Verissa.

"Ho'oh bener. BTW, lo sendirian aja, Ver?" tanya Keira yang sudah duduk di depan Verissa.

Verissa yang sedang mengunyah bakso berkata, "Iya, nih. Temen gue pada sok ngartis diajakin ke kantin, bilangnya diet lah, itu lah, anu lah, ah tau lah si anu-anu apaan."

Gwen menepuk-nepuk pundak Verissa. "Udah lo telen dulu, tuh, baksonya. Ntar keselek baru tau rasa lo."

"Iya-iya. Lo berdua mau gue pesenin gak, nih?" tanya Verissa yang sudah selesai makan.

"Boleh, tuh. Bayarin sekalian," ucap Gwen.

"Tenang gaes. SMA kita udah nraktir semua makanan di kantin untuk seluruh penghuni SMA Antares," ucap Verissa jemawa.

"Bahasa lo penghuni, dikira kita setan apa," kata Gwen yang dibalas cengiran khas Verissa yang menampakan gigi gingsulnya.

"Wah kalo gitu gue pesen ..."

Belum selesai Keira berbicara, Verissa sudah memotong pembicaraan. "Udah lah, gue tau selera lo pada. Wait wait, waiting tresno jalaran ... solo kulino ...." ucap Verissa dengan bernada di akhir kalimat.

"Witing woy witing, bukan waiting!" ujar Gwen nyolot.

"Emang apa sih bedanya?" timpal Keira telmi.

"Tau ah lupain," ucap Gwen kesal jika menanggapi kebiasaannya Keira.

"Hehe, sans Mba Gwen," sahut Verissa lalu pergi ke deretan pemesanan paling awal, yaitu tertuju ke batagor.

Verissa sedikit kesal melihat antrian yang berdesak-desakan. Ia lalu mengeluarkan jurus andalannya. Ikut berdesakan dan berucap, "Bu, pesen batagor 3 pedes banget kayak omongan tetangga. Kasih sedikit kecap manis kayak liat senyum dia, bumbunya banyakin gapapa dah biar mereka jerawatan hahaha, eh gue juga ikut makan deng. Ah bodo," cerocos Verissa sendiri.

"Saya tunggu, ya, Bu. Atas pesenan Verissa Hasana cewe berisik, Keira Natalia cewe bucin, Gwenneth Felicia cewe bar-bar," lanjut Verissa panjang lebar sambil mendeskripsikan temannya. Orang-orang yang berada di dekat Verissa menutup telinganya karena suara Verissa dan ada juga yang hanya geleng-geleng kepala. Seperti abang cendol yang ada di pojok kantin, ia jadi salah fokus memberi pesanan cendol tanpa gula merahnya karena mendengar suara Verissa yang cepat, cempreng, dan panjang.

Si Ibu Kantin melongo lalu mengangguk. Beliau sebenarnya sudah terbiasa tapi tetap saja melongo saat Verissa berbicara panjang lebar tanpa titik koma.

Verissa kini sudah membawa dua piring batagor dan dengan satu piring lagi dibawakan oleh Revan.

Iya Revan!

Keira yang melihat itu melongo tak percaya. Bagaimana bisa?!

"Oke thanks, Van," ucap Verissa.

"Wah, ada tukang batagor baru, nih," celetuk Gwen sambil menyuapkan batagor ke dalam mulutnya.

"Wah rese lu, ye. Mancing emosi gue mulu lo kagak sopan amat sama kakel," ucap Revan kesal yang hanya ditanggapi cekikikan kecil oleh Gwen. Keira hanya bungkam menyimak. Sebenarnya ia ingin berbaur ikut mengobrol dengan Revan, tapi nyalinya ciut jika Revan ada di dekatnya. Eum... deg-degan salting gitu. Padahal tadi semangat sekali menyemangati Revan.

"Lo jangan ngomong gitu dong, Gwen. Revan ini tetangga gue yang budiman," ucap Verissa, Si Gadis dari XI Bahasa 2, membela Revan.

Revan yang dibela mengacungkan jempolnya. Revan dan Verissa itu tetanggaan. Ibu Revan sahabatnya mamanya Keira dan mereka masing-masing mempunyai adik perempuan. Sering kali Keira memanfaatkan adiknya sendiri untuk menanyakan semua kesukaan Revan kepada adiknya Revan yang notabenya adik mereka teman satu sekolah.

Gwen hanya mengangguk mengiyakan lalu melanjutkan makannya.

"Woy, Ven! Veno budeg!" panggil Revan ngegas ke Alveno yang sedang kebingungan mencari tempat duduk.

Sontak Verissa, Gwen, dan Keira menoleh mengikuti arah pandang Revan.

"Sini aja," ucap Revan dengan volume yang keras membuat siswa lainnya yang di kantin menoleh ke arahnya.

Alveno Harris, teman satu angkatan Revan dan juga sekelas. Kelas XII Bahasa 2.

Alveno menatap satu persatu gadis yang sedang duduk bersama Revan ini. "Semua ini cewe lo?" tanya Alveno dengan raut wajah datar.

Gwen dan Verissa tersedak kala Alveno menanyakan hal itu. "Idihh ogah banget!" seru Verissa dan Gwen bersamaan. Lain halnya dengan Keira.

Gue sih berharapnya gitu, batin Keira.

"Sembarangan aje lo kalo ngomong. Ini Verissa tetangga gue, ini gak tau lah siapa namanya adkel nyolot yang waktu itu nabrak gue. Lo pasti inget lah, Ven," ucap Revan.

Gwen yang dibilang gitu langsung menyemprot Revan. "Woy gue juga ada namanya kali, nama gue Gwenneth Felicia! Inget itu!"

"Yayayaya, Wen," jawab Revan asal.

"Gwennn woy bukan Wen! aelah ni orang ngeselin banget!"

"Udah sabar, Gwen," lerai Verissa. Gwen hanya menatap Revan dengan sinis.

Revan beralih menatap Keira. Keira yang ditatap Revan jadi salah tingkah sendiri. "Yang itu Keira namanya, anak dari sahabat nyokap gue," ucap Revan memperkenalkan Keira ke Alveno.

"Oh," jawab Alveno.

"Dih singkat amat," nyinyir Gwen.

"Suka-suka dia lah," jawab Revan mewakilkan sahabatnya.


🍀🍀🍀



Gwen masih kesal sebenarnya dengan perdebatan tadi di kantin. Peraturan SMA Antares ini ketat. Meskipun tadi mengadakan pertandingan basket antar sekolah namun tetap saja setelah itu pelajaran berlangsung dan tidak ada kata jamkos.

Sudah pukul 3 sore, tapi hujan tak mereda juga. Gwen menghela napas, ia lupa tidak bawa payung lagi. Gwen hanya bisa termenung menatap hujan yang belum mereda di depan kelas.

"Tumben amat lo diem. Biasanya juga malu-maluin gak jelas," ucap Zacky tiba-tiba datang.

"Suka-suka gue lah!" sahut Gwen ngegas.

Zacky terdiam sesaat lalu berkata, "Udah lah terobos aja ayo!" ajak Zacky.

Gwen berpikir sejenak, lagi pula besok beda jadwal seragam. Boleh juga tuh, Gwen juga sudah lama tidak main hujan-hujanan.

"Ayo dah!" Gwen menyusul Zacky yang sudah jalan duluan.

Ponsel Gwen bergetar di saku roknya. "Iya halo, Pah?"

"...."

"Iya ini Gwen ke depan. Udah dulu, Pah," Gwen mematikan telepon secara sepihak. Ia lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Tungguin gue, Zacky! Gue takut petir." Ucapan Gwen menjadi nyata. Petir menggelegar membuat Gwen yang baru melangkah terkena hujan jadi terpeleset.

"Hwaaaaaa!!!" teriak Gwen karena terpeleset dan ketakutan ada bunyi petir.

Zacky menoleh ke belakang. Dirinya kini sudah terguyur hujan yang semakin deras.

"Hahahaha, rasain lo kepleset, kan!" Zacky tertawa terpingkal-pingkal melihat Gwen yang terduduk di tengah lapangan. Siswa yang belum pulang sampai lantai 3 pun tertawa melihat Gwen terpeleset di tengah lapangan. Hari ini benar-benar membuat Gwen kesal. Ia jadi malu sendiri ditertawakan siswa lainnya sampai gedung lantai 3.

Gwen mengepalkan tangannya. "ZACKY!!! AWAS AJA LO, YA!"

Gwen lalu bangkit dan mengejar Zacky.

🍀🍀🍀




AN :

Haii semuaaa.

Ini karya kita ber6 lho. Collab pertama kita. Gimana? Excited kah untuk lanjut baca?

Yok lanjut baca ah jangan lama-lama😆

Eh eh stop! Berhenti dulu jangan langsung swipe.

Vote dan komen dulu dong biar gak jadi pembaca siders, dan tambahkan ke perpustakaan. Banyak baca banyak ilmu!

Salam,

Ismisbrin styakna KimTaeri04 IkaDoloksaribu achacamarica ikeeayu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro