11) Between Us

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE





Zacky Fernando
| Tugas Ms. Diana mau dikerjain kapan?

Gwen membaca chat itu dengan setengah hati. Gadis itu tidak berniat membalasnya. Ia mematikan ponselnya dan membanting diri ke atas kasur.

Suasana hati Gwen masih buruk. Entahlah karena apa. Sejak pulang sekolah ia menjadi sedikit lebih diam, terutama setelah insiden Sora yang pingsan, lalu dibawa oleh Zacky ke UKS, dan berakhir ia yang harus meminta maaf atas perintah Zacky.

Tok Tok Tok!

Gwen menoleh ke arah pintu kamarnya. "Who's that?"

"This is Mommy, Dear. Ada temanmu di luar," ujar Alice, Mama Gwen.

"Keira?"

"Nope, a guy. He say he's your deskmate."

Gwen terkejut. "My deskmate?"

Masa iya si Zacky ke rumah gue?

"Ya. Anaknya ganteng, tinggi, terus putih. Kamu, kok, nggak pernah bilang ke Mommy kalo temen sebangku kamu itu cowok? Mommy kira kamu sebangku sama Keira."

Gwen langsung berdecak. Gadis itu lalu menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya hingga kepala.

"I'm tired, Mom. Let me rest."

Tak ada lagi jawaban setelah itu. Gwen pikir mamanya sudah pergi dari depan pintu kamarnya. Gadis itu menggedikkan bahu. Ia memeluk guling dan mencoba memejamkan matanya.

Tok Tok Tok!

"Oh, Gosh!" Gwen dengan kesal pun turun dari kasur.

"Kenapa lagi, Mom──"

Kedua mata Gwen membulat sempurna saat penglihatannya menangkap sosok Zacky yang berdiri di depan pintu kamarnya. Gadis itu menelan salivanya. Ia kira Zacky sudah pergi tadi.

"Lo ngapa──eh!"

Gwen terkejut karena Zacky langsung menyerobot masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. Dengan sigap gadis itu segera menahan pergelangan tangan cowok itu. Ia memasang tampang garang.

"Siapa yang ngizinin lo masuk kamar gue, hah?"

"Nyokap lo."

"Udah bertamu nggak diundang, sekarang asal nyelonong masuk ke kamar gue lagi. Titisan Gatotkaca apa gimana lo?" semprot Gwen.

Zacky dengan mudah melepas cekalan tangan Gwen. Cowok itu mengusap pipinya. "Apa hubungannya sama Gatotkaca, Markonah? Gue dateng dengan damai. Lo nggak perlu repot-repot pake nyemburin water canon dari mulut lo itu."

"Sialan," umpat Gwen dalam gumaman.

"Gue boleh duduk?" tanya Zacky sambil menunjuk sofa yang ada di kamar Gwen.

"Nggak!"

"Oke."

Gwen melotot. Terkejut sekaligus tak percaya karena Zacky menuruti perkataannya begitu saja. Gadis itu memperhatikan apa yang dilakukan Zacky. Cowok itu memutuskan untuk duduk di lantai.

Gwen menepuk dahinya. Ia pun menghampiri Zacky dan dengan kasar menarik lengan cowok itu untuk duduk di sofanya.

"Nggak usah sok baik lo jadi orang. Pake duduk di lantai segala. Kan, nggak enak guenya!" omel Gwen. Gadis itu lalu bergerak menuju meja belajar dan menduduki kursinya. Ia menatap Zacky yang berada tepat di seberangnya.

Zacky tersenyum. Sebuah senyuman yang terlihat manis sekaligus mengerikan dalam waktu bersamaan di mata Gwen.

"Ngapa lo senyam-senyum? Kerasukan penunggu rumah gue, hah?" tanya Gwen dengan nada tak santai. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

Zacky memperlebar senyumnya. "Iya, itu mba-mbanya ada di belakang lo. Lagi berdiri madep gue sambil dadah-dadah."

Gwen refleks menghadap ke belakang. Tidak ada apa-apa. Bulu kuduknya meremang seketika. Ia lalu kembali menghadap depan dan menatap Zacky dengan tajam.

"Kalo lo ke sini cuma karena gabut, mending lo pergi!"

"Lo tega ngusir pangeran?"

"Hah?"

"Hehoo! Nggak usah pura-pura budeg. Gue sumpahin budeg beneran mampus lo!"

Gwen menarik napas dalam-dalam. Tangannya bergerak untuk memijat pelipisnya. Ia benar-benar tidak ingin meladeni apapun saat ini.

"Zack, please ... Lo──"

"Lo nyuruh gue balik setelah gue capek-capek ke sini? Yang bener aja! Deadline tugasnya Ms. Diana itu besok. Kalo bukan karena ini tugas kelompok sama temen sebangku, gue juga ogah kali ngerelain waktu istirahat gue buat ke sini."

"Tinggal lo kerjain sendiri dan langsung kumpulin ke Ms. Diana, kan, bisa. Bilang aja kalo gue nggak mau ngerjain. Simpel. Ngapain lo nungguin gue? Kayak nggak biasanya lo ninggalin gue buat ngumpulin tugas."

"Tapi ini tugas kelompok, Gwen. Kalo cuma gue yang ngumpulin, nilai lo──"

"Nilai-nilainya gue dan gue juga yang bakal dapet. Ngapain lo yang repot? Nggak usah khawatirin gue. Kalo gue nggak naik kelas pun bonyok gue punya jaminan masa depan yang cerah buat gue. Khawatirin aja, noh, Si Sora. Dia lebih butuh perhatian lo."

Gwen benar-benar lepas kendali. Ia sendiri bahkan tidak menyangka akan mengeluarkan kata-kata tersebut dari mulutnya.

"Gwen?"

"Apaan?"

"Are you okay?"

Gwen menatap Zacky dengan heran. Apa ada yang aneh dengan wajahnya? Mengapa Zacky menatapnya seperti itu? Ia pun beranjak menuju meja riasnya untuk memastikan apakah ada yang salah dengan wajahnya.

"Muka lo, kok, pucet?"

Benar. Zacky mengucapkan sebuah fakta. Wajah Gwen kini pucat pasi. Gadis itu terkejut melihatnya. Ada apa ini?

"Lo beneran nggak apa-apa, Gwen?" tanya Zacky dengan intonasi rendah. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang nyata.

"Serius. Gue nggak──aw!"

Alam bawah sadar Zacky membuat cowok itu memiliki respon yang cepat atas apa yang terjadi. Gwen tumbang. Namun sebelum itu terjadi, sepersekian detik sebelumnya, Zacky dengan sigap menangkap tubuh mungil Gwen.

"Apa yang lo rasain?" tanya Zacky.

"Pusing .... " Gwen berujar lemah. Tangan gadis itu terus memegangi kepalanya.

Zacky membantu Gwen untuk berbaring di kasurnya.

"Lo punya riwayat penyakit?" tanya Zacky hati-hati.

Gwen mengangguk. "Asam lambung."

"Lo udah makan?"

Gwen menggeleng.

Zacky menghela napasnya. Pantas saja gadis ini pusing tiba-tiba. Ia pun beranjak berdiri. Ketika ia hendak menarik gagang pintu kamar Gwen, gadis itu menahan langkahnya.

"Lo mau ke mana?" tanya Gwen.

"Di dapur lo ada bahan makanan, kan?"

Gwen mengangguk.

"Oke, lo tunggu sini bentar. Gue masakin makanan buat lo."

"Nggak usah, Zack. Kalo dapur gue meledak gue nggak mau tanggung jawab nantinya."

"Ye ... sempet-sempetnya lo ngelawak!"

"Nggak ada yang ngela──"

Ceklek!

Zacky telah pergi. Gwen pun mendengkus. Ia tidak suka jika dipotong sekaligus diabaikan saat ia sedang berbicara.


🍀🍀🍀


Sepuluh menit berlalu dan Zacky telah selesai dengan urusannya. Cowok itu membawa nampan berisi sepiring nasi goreng berserta segelas air putih ke kamar Gwen.

"Sorry gue cuma masak nasi goreng. Di dapur lo cuma ada bahan-bahan ini doang," ujar Zacky setibanya di kamar teman sebangkunya itu. Ia mengambil kursi belajar Gwen dan meletakkannya di samping kasur gadis itu. Zacky pun menduduki kursinya.

"Gue nggak nafsu, Zack." Gwen menolak dengan mata terpejam dan tangan yang terus memijati pelipisnya.

"Lo masih pusing?"

Gwen mengangguk.

"Lo pengen sehat lagi, kan?"

Gwen mengangguk.

"Ya udah makan dulu biar lo bisa minum obat. Abis itu lo tidur."

"Bisa aja ngerayunya," cibir Gwen.

"Gwen."

"Apaan?"

"Makan dulu."

"Nggak mau."

"Lo kapan sembuhnya kalo makan aja nggak mau?"

"Lo pernah sakit pasti, kan? Orang sakit itu buat makan nggak enak, Zack. Jangan paksa gue!"

Zacky mengalah. Ia memilih diam daripada terus melanjutkan perdebatan dengan Gwen. Cowok itu meraih ponselnya. Tangannya dengan cepat mengetik sesuatu di atas layarnya.

"Satu." Zacky berucap demikian.

Gwen terkekeh kecil. "Gaje banget lo tiba-tiba ngomong satu."

"Dua."

"Lo lagi balik ke TK apa gimana, hah?"

"Tiga."

"Zack, lo kesambet──"

"GWENNETH FELICIA, CEPET ABISIN MAKANAN LO ATAU GUE NIKAHIN LO SAMA ZACKY DETIK INI JUGA?!"


🍀🍀🍀



Gwen menatap Keira dan Fanya yang ada di hadapannya dengan kesal. Namun sayangnya, ia tak mampu berbuat apa pun karena kondisinya yang masih lemah.

"Lo, tuh, ya, udah tau punya asam lambung masihhhhhhh aja bandel soal makan. Ujungnya siapa yang repot? Kita!" ujar Keira sambil memijati kepala Gwen yang disandarkan di pundaknya.

Gwen berdecak. "Kalo nggak ikhlas buat jenguk mending cabut aja lo!"

Keira tertawa. "Lagi sakit tetep aja maungnya nggak bisa tidur."

"Buka mulut lo, Gwen. Ini suapan terakhir," ucap Fanya. Gadis itu sejak tadi menyuapi Gwen dengan telaten. Ya ... walaupun pada awalnya mereka butuh usaha ekstra agar Gwen mau makan.

Gwen membuka mulutnya. Fanya memasukkan suapan terakhir ke mulut Gwen. Setelah itu, Fanya pun mengambilkan segelas air untuknya. Keira membantu Gwen minum.

"Abis ini lo langsung minum obat," ujar Fanya.

"Eh, ngomong-ngomong, salah satu faktor asam lambung lo kambuh pasti karena kejadian tadi siang, ya?" tanya Keira, terselip maksud menggoda di baliknya.

"Sumpah, ya, Kei, gue bener-bener lagi nggak ada tenaga buat ribut."

"Ah, kalo dipikir-pikir masuk akal, sih. Udah telat makan, ditambah seharian dibuat panas ngeliat Zacky yang perhatian sama Sora. Lambung lo langsung asem banget, dah, tuh."

Fanya terkekeh. "Nggak gitu konsepnya, Kei."

Gwen mendengus. Kepalanya terasa berat sekali karena pusing. Badannya juga lemas. Kesabaran Gwen rupanya diuji dua kali lipat lebih berat saat sedang sakit daripada biasanya.

"Zacky udah pulang?" tanya Gwen. Pasalnya sejak kehadiran dua sahabatnya itu, Gwen tak melihat batang hidung Zacky. Ia baru menyadari hal ini barusan.

"Apa, Gwen? Zacky?" tanya Fanya, sengaja.

Gwen menatap Fanya dengan tatapan tak percaya. "Lo kesambet makhluk dari peradaban mana, Fan?"

Fanya menggeleng sambil terkekeh.

"Cukup Keira aja, ya, yang resek. Lo nggak usah ikutan juga!"

Ceklek!

Panjang umur, batin Gwen dalam hati.

Zacky memasuki kamar Gwen. Cowok itu masih menggunakan pakaian yang sama seperti yang terakhir kali Gwen lihat. Apakah cowok itu baru saja kembali ke rumahnya?

"Em ... Kei, Fan, gue boleh minta waktu sebentar sama Gwen? Nggak lama, kok, sepuluh menit," ujar Zacky.

Keira dan Fanya saling tatap.

"Boleh, kok, Zack, boleh banget. Lebih dari sepuluh menit juga nggak masalah. Iya, kan, Fan?" Keira menyikut Fanya.

"Eh, iya. Boleh, kok, Zack. Silakan," sahut Fanya.

Keira dan Fanya meninggalkan Gwen berdua dengan Zacky. Sebelum keluar, kedua gadis itu mengedipkan sebelah mata mereka untuk menggoda Gwen. Gwen pun lagi dan lagi hanya bisa mendengus.

Tersisa Zacky dan Gwen.

Gwen menghela napasnya. Ia berusaha untuk terlihat setenang dan senormal mungkin. Gadis itu membenarkan selimutnya dan menyelimuti dirinya hingga dada.

Zacky mendekat dan duduk di kursi belajar Gwen.

"Pertama, gue mau minta maaf." Zacky membuka percakapan.

"Maaf karena gue udah lancang masuk ke kamar lo kayak gini, apalagi lo cewek dan gue cowok. Orang yang nggak tau kalo liat kita pasti bakal salah paham."

Gwen memutuskan untuk diam saja. Ia mendengarkan ucapan Zacky dengan baik tanpa berniat untuk memotongnya.

"Nyokap lo tadi nitip lo ke gue. Gue sampe sini persis waktu Nyokap lo mau pergi. Dan, ya ... kelanjutannya lo bisa simpulin sendiri.

"Kedua, gue minta maaf atas hari ini."

Gwen menatap Zacky dengan lekat. "Hari ini?"

Zacky mengangguk. "Gue salah karena udah berlebihan sama lo soal insiden Sora yang pingsan."

"Iya, emang lo salah. Salah banget!"

Zacky diam-diam mengangkat kedua sudut bibirnya walaupun samar. Orang-orang pasti tidak akan menyadari jika cowok itu baru saja tersenyum. Zacky lega karena akhirnya Gwen telah kembali mengomelinya. Zacky lebih suka melihat Gwen ngegas 24/7 daripada hanya diam saja tak berdaya karena sakit.

Zacky mengambil sesuatu dari balik jaketnya. Ia menyodorkan sebuah buku pada Gwen.

"Ini apa?" tanya Gwen tak mengerti. Gadis itu membuka buku tersebut dan terkejut karena melihat tugas bahasa Inggris-nya sudah dikerjakan sampai selesai.

"Ini ... lo semua yang ngerjain?" tanya Gwen tak percaya.

Zacky mengangguk.

"Lo bisa bahasa Inggris?"

Zacky memutar bola matanya malas. "Iya tau gue nggak jago bahasa Inggris, tapi seenggaknya gue tau dasar-dasarnya."

"Cie ... ngambek, ya?"

"Jadi, lo maafin gue nggak?" Zacky mengalihkan topik.

Gwen menaruh kelingkingnya di dagu, seolah ia sedang berpikir keras.

"Sebenernya, sih, gue belum mau maafin lo segampang itu, ya. Gue masih mau liat usaha lo buat dapet maaf gue. Tapi berhubung gue anak baik yang cantik jelita tiada dua jadi gue maafin lo."

"Serius?"

Gwen mengangguk.

"Makasih." Zacky tersenyum, kali ini senyumnya tidak samar lagi.

Gwen terhipnotis oleh senyuman Zacky. Sungguh demi apapun, cowok itu terlihat berkali-kali lipat lebih manis jika sedang tersenyum.

"Gwen," panggil Zacky.

"Apa?"

"Jangan sakit lagi."

Di bawah alam sadar Gwen, gadis itu tersenyum setelah mendengar ucapan Zacky barusan. Hatinya menghangat. Entahlah karena apa. Tapi kalau dipikir-pikir, itu adalah ucapan termanis yang pernah ia dengar dari mulut Zacky setelah menjadi teman sebangkunya dari kelas sepuluh.

"Dan besok-besok kalo lo liat gue lagi sama Sora, lo nggak perlu bete lagi. Gue nggak ada apa-apa sama dia," ujar Zacky.

Dahi Gwen bergelombang. "Kenapa tiba-tiba lo ngomong gini?"

Eh? Zacky kini dibuat kelabakan. Cowok itu merutuki dirinya sendiri karena telah berkata yang tidak-tidak. Bisa-bisanya ia tidak terkontrol seperti ini?

"Ya ... ya ... nggak apa-apa. Gu--gue cuma ngerasa kalo gue perlu bilang gini sama lo."

Gwen tertawa. "Aneh-aneh aja lo. Udah, ah, ganti topik. Cringe banget sendiri kalo bahas ginian. Biasanya juga, kan, sendiri main gas-gasan."

Zacky lalu melirik jam dinding yang ada di kamar Gwen. Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Bonyok lo jam segini belum balik?" tanya Zacky.

"Jam segini mereka masih di kantor. Biasanya juga baliknya nanti jam dua belas, paling cepet jam sepuluh. Tapi kebetulan bokap gue lagi ke luar kota," jawab Gwen.

"Kalo gue balik duluan gimana? Nyokap gue udah nanyain tadi."

Gwen mengangguk. "Balik aja nggak apa-apa. Gue ada Keira sama Fanya. Mereka udah biasa nemenin gue kalo sendirian di rumah."

Zacky mengangguk kemudian beranjak berdiri. "Get well soon, Gwenneth."

Zacky melangkah menuju pintu. Namun sebelum itu, ia memutuskan melihat Gwen untuk terakhir kalinya. Gwen melambaikan tangan kepadanya. Zacky pun membalasnya.

Ceklek!

Gwen tersenyum tanpa sadar di atas kasurnya. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Hari ini suasana hatinya sukses dibuat naik-turun. Benar-benar hari yang panjang.

Malam hari yang cerah. Bintang bertaburan menghiasi angkasa yang gelap. Tidak ada bulan malam ini.

Semesta kini menjadi saksi bisu. Zacky dan Gwen telah masuk ke alam mimpi. Namun, siapa yang menyangka setelah semua yang terjadi malam ini, akan mengubah semua malam-malam mereka selanjutnya?



🍀🍀🍀



Gimana? Baper, kan? Baper, kan? Pasti dong, ya!😭

Author-nya pinter banget bikin orang baper, sip.

/senggol styakna

Kemarin aja KimTaeri04 sama IkaDoloksaribu bisa nuntasin satu chapter secepat kilat. Bener-bener kece badai!

Tinggal nunggu Ismisbrin sama achacamarica ni!

Jangan lupa vote sama komen, ya. Tunggu selalu kelanjutannya!


Tertanda,
All author's.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro