12) Kang Ojek

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE





Dengan penuh percaya diri Gwen berdiri lalu maju ke depan untuk menjawab soal Fisika. Semua siswa hanya melongo tak percaya, Gwen bisa dibilang pintar tapi ia selalu malas jika berhubungan dengan mengerjakan soal. Dan kali ini entah sedang dirasuki apa Gwen mengerjakan soal yang paling sulit, yang biasanya hanya Zacky yang bisa mengerjakannya.

Zacky pun hanya menatap datar ke arah Gwen.

"Kesambet setan pinter kali, ya," gumam Zacky.

Dengan lincah Gwen menulis jawaban soal nomor 5 di papan tulis, lantas ia berbalik. Tersenyum miring ke arah Zacky, ia bangga serasa bisa mengalahkan Zacky. Yang diberi senyuman hanya membuang muka.

"Dasar sombong," gumam Zacky lagi.

Keira yang sempat melihat itu seperti orang bingung, ia menatap ke arah Gwen lalu ke arah Zacky, bolak balik seperti itu sampai dirinya paham.

"Oh ... lagi isyaratan kali, ya," gumam Keira. "Ah, romantisnya," ucap Keira sampai Fanya mendengar ucapannya.

"Apanya yang romantis?" tanya Fanya.

"Bukan apa-apa," jawab Keira. Bertepatan suara bel istirahat berbunyi.

"Baik, jam pelajaran sudah habis," ucap Pak Giri sambil membereskan buku-bukunya. "Sering-sering maju seperti itu ya, Gwen," ucap Pak Giri.

"Iya, Pak. Kalo nggak males," jawab Gwen blak-blakan membuat seisi kelas tertawa, Gwen melangkah menuju tempat duduknya. Sedangkan Pak Giri hanya geleng-geleng kepala. Kadang sikap barbarnya tidak tanggung-tanggung jika berhadapan dengan guru Fisika itu.

Selepas Pak Giri keluar dari kelas, para siswa mulai heboh. Banyak yang memberi pujian kepada Gwen karena tumben rajin.

Zacky yang duduk di pojok, ia sandarkan kepalanya pada tembok sambil memicingkan mata saat melihat tingkah Gwen yang memberi kiss bye pada teman-teman yang memujinya.

"Thanks fans," ucap Gwen sumringah. Yang lain hanya menanggapi sebagai lelucon biasa. Tapi lain halnya dengan Triple Z itu, sepertinya mereka selalu mengusik Gwen jika Gwen sedang merasa senang sekalipun.

"Lo kesambet apaan dah?" tanya Zacky. Yang sudah ada Zidan dan Zen di samping Gwen. Ikut nguping dikit.

Gwen memasukkan pulpennya ke dalam tempat pensil. "Suasana hati gue lagi seneng aja, sih," jawab Gwen.

"Lo pasti baper gara-gara perkataan gue kemaren, ya?" tanya Zacky.

"Jangan sakit lagi."

Kalimat yang sepanjang malam terngiang di dalam pikiran Gwen. Gwen mengerjapkan matanya, ternyata sikap nyebelin tak pernah lepas dari Zacky. Gwen mendengus lalu berdiri membuat Zen dan Zidan mundur.

"Lo jadi orang jangan kepedean, deh!" ucap Gwen dengan amarah yang menggebu.

"Gue, kan, nanya," ucap Zacky dengan tenang.

"Cih, trus lo pengen banget gitu perkataan lo dipikirin sama gue?!"

"Tau, ah." Gwen pergi meninggalkan Zacky yang kini terlihat bingung, baru saja suasana hati Gwen sedang senang, tapi dibuat tak mood lagi. Membuat Gwen lapar, ingin menerkam Zacky jika boleh. Gwen dengan sengaja menubruk bahu Zen dengan kasar.

"Wadaw, selow dong," ucap Zen sambil terkekeh. Bagi Zen dan Zidan, senang sekali melihat Gwen marah seperti itu.

"Hebat lo, Zack. Tanpa rencana udah bikin dia marah duluan," ucap Zidan.

"Padahal gue nanya bener-bener," lirih Zacky.


🍀🍀🍀



Tentu saja Fanya dan Keira berlari kecil menyusul Gwen yang sedang marah itu. Hingga sampai pada meja kosong, Gwen duduk dengan kasar, ia menggebrak meja. "Nyebelin banget, sih!"

Kenapa Zacky harus mempertanyakan itu? Membuat Gwen sebal. Ya, ia sebal dengan dirinya sendiri kenapa perkataan itu membuat efek yang menyenangkan di hati Gwen.

Netra Gwen menatap nyalang ke arah gerombolan Triple Z itu yang baru masuk kantin. Gwen mendecih, lalu berteriak, "Bang, pesen 1 tambahin porsinya. Minumnya air putih aja."

"Kok kita berdua nggak dipesenin?" tanya Keira.

"Pesen sendiri."

Keira hanya manyun. "Bang, 2 lagi ya. Minum kayak biasa."

Bang Jono menaruh 3 mangkuk bakso ke atas meja. Jelas porsi Gwen yang lebih banyak, ia memasukkan 5 sendok sambal tanpa kecap dengan saos yang dibanyakin. Nantangin lambung.

Gwen mulai memasukkan suap demi suap bakso yang kuahnya merah itu. "Gwen, baru aja lo sembuh, inget napa sama lambung lo," tegur Keira.

"Bodoamat, biarin lambung gue smile."

"Eh, apaan yang smile?" Mereka bertiga hanya melirik Verissa sekilas, Keira mengisyaratkan Verissa untuk diam. Mereka sedang asik makan, nggak mau diganggu.

Verissa langsung duduk tanpa minta izin, dengan memegang cup yang berisi es cendol. Ia menyedot sambil melihat ke sekeliling, ada yang menarik. Ia melihat kakak kelas yang cuek itu bersama cewek lain. Verissa jadi penasaran siapa cewek itu.

Gwen meneguk air mineral sampai tandas, ia meraih tisu untuk membersihkan hidungnya. "Hah, pedes!" Gwen menggebrak meja, wajahnya sudah terlihat merah, giginya bergelutuk menahan pedas yang sudah membuat bibirnya sangat merah itu.

"Lagian lo dibilangin susah, sih, Gwen," ucap Keira.

"Bodo."

Gwen berdiri dari duduknya pergi untuk membayar. Dua orang yang sering beradu mulut itu menyerahkan uang ke Bang Jono secara bersamaan.

Bang Jono berhenti mengelap mangkuk, ia terlihat bingung. Antara harus memilih uangnya siapa. "Aduh, uangnya neng Gwen besar. Belum ada kembalian neng, liat sendiri kan pengunjung kantin belum rame kayak biasanya," ucap Bang Jono.

Gwen berdecih, ia melirik Zacky yang terlihat tenang, seperti tidak merasa bersalah dengan perkataannya tadi ketika di kelas.

"Nah, ini uangnya Zacky pas kalo buat bayar 2 bakso." Gwen melirik uang sekitar 30 ribu.

"Lah? Ini saya buat bayar 2 orang sama Zidan, Bang," ucap Zacky.

"Haduh, pake uang lu aja dulu ya, kasian neng Gwen. Yang cowok ngalah dulu aja."

"Iya, Bang, gue ditalangin Zen dulu aja," teriak Zidan dari tempat duduknya.

"Nah, eta."

"Rese lo!" ucap Gwen yang dibalas kekehan oleh Zidan, ia seperti sengaja dikerjain oleh Zidan agar ditalangin dulu sama Zacky. Secara kan Gwen jadi punya utang ke Zacky, dan mau gak mau juga harus balas budi.

"Udah diem, pake uang gue dulu aja," ucap Zacky. Ia melangkah pergi meninggalkan Gwen yang masih tersulut emosi.

"Ishh, gue males ya, Zack, kalo harus balas budi ke lo segala." Gwen mengejar Zacky dengan langkah yang lebar.

"Gak harus sekarang juga bayarnya kali, Gwen."

Gwen yang lengah sampai tak melihat Zacky berhenti, sampai ia menubruk punggung Zacky, Zacky berbalik badan. "Ngapain lu ngikutin gue mulu? Gue mau sholat Jum'at. Lo mau ikut?" tanya Zacky.

Gwen bekacak pinggang, sudah jelas mereka berdua kini menjadi pusat perhatian para pengunjung kantin.

"Males banget gue ngikutin lo! Mending gue gladi bersih."


🍀🍀🍀



Gwen menggendong tas dengan pundak sebelahnya. Ia izin tidak ikut pelajaran karena akan gladi bersih. Sebelum menuju ruang latihan ia pergi ke toilet karena sesuatu yang menyangkut hal cewek, sembari mengganti pakaian.

Berpawakan tinggi, kulit putih bersih, dan rambut yang basah terkena air wudu, membuat Gwen sempat melongo melihatnya. 

Zacky menyisir rambutnya dengan tangan, lalu memakai peci hitam polos yang selalu ia bawa. Pandangan Zacky teralih ke arah Gwen. Tatapan mereka bertemu. Gwen memalingkan mukanya berlalu pergi. Damage-nya bukan main.

Pesona Zacky kapan saja bisa membuat Gwen tidak kuat, rasanya ingin menampar wajah itu saja, membuat terngiang-ngiang di pikirannya.

"Eh, Gwen. Tunggu!" teriak Verissa. Verissa sempat melihat Gwen berhenti di depan masjid. Hendak saja Verissa ingin menghampiri Gwen. Namun, Gwen malah pergi dengan langkah yang lebar.

Cewek berisik yang tanpa malu teriak-teriak di depan masjid. Untung saja belum banyak orang yang datang.

"Aduh, Gwen! Jangan lari!" Verissa menyusul Gwen yang tampak terburu-buru atau karena salting?

"Cewe berisik," gumam Alveno yang hendak masuk ke masjid.

Seseorang menepuk pundak Alveno, ia terkekeh. "Dah, biasa dia mah. Tetangga berisik," ucap Revan yang baru tiba.


🍀🍀🍀


Gwen mengambil ikat rambut di saku roknya, lalu mengikat rambutnya dengan sedikit kencang gagar latihan lebih leluasa. Ia harus fokus.

Beberapa tim cheers sudah mulai melakukan kegiatan stretching, sejak tadi di toilet Gwen berkelahi dengan pikirannya sendiri. Bisa-bisanya ia memperhatikan Zacky sampai segitunya, beberapa kali ia sempat menepuk-nepuk pipinya untuk menyadarkannya.

"Yok, gaes semangat!" teriak Gwen menginterupsi. Dibalas dengan teriakan penuh semangat juga dari tim.

Gwen duduk dengan menyentuh ujung kakinya, hitungan sampai delapan berganti dengan gerakan split. Mereka melakukannya dengan sangat lentur, hingga waktu 10 menit berlalu.

Kini waktunya melakukan gerakan chicken full. Mereka bersiap dengan posisi masing-masing.

"Gwen, Andrina mendadak sakit perut, dia gak bisa jadi base," ucap salah satu tim.

"Ada tim cadangan, kan? Suruh gantiin sekarang," jawab Gwen dengan tegas.

Base menopang badan flyer yang berdiri di atas tangan base. Base memegang kaki flyer lalu mengangkatnya penuh dengan gerakan chicken full atau setara dengan atas kepala yang mengangkatnya. Tentu flyer dengan tangan yang menjulur ke atas.

Semuanya melakukan dengan fokus yang penuh, sesekali berteriak menyemangati. Sampai petang Gwen baru keluar dari ruangan.

Ia ingin segera sampai ke rumah, mandi air hangat, lalu menikmati cokelat panas buatan Mommy-nya. Gwen ingin secepatnya pulang! Ia berteriak dalam hati dan mengumpat saat sudah sepi tak ada taksi lewat.

Dengan getol Gwen memainkan ponselnya, hampir saja ia akan memesan taksi online. Namun, motor vespa berwarna biru tiba-tiba berada di depannya, dengan bertengger sang pemilik motor itu, Zacky.

"Ngapain lo, Zack?" tanya Gwen dengan nada yang sinis. Tentu saja ia masih terbawa suasana tadi siang.

"Gue mau ke bakery mom. Kebetulan liat lo kayak orang ilang gini," jawab Zacky.

Gwen mendelik. "Maksud lo apa, heh!"

"Dah, lah. Sana pergi lo!" usir Gwen berkacak pinggang.

"Yakin gak mau ikut? Udah jam setengah enam ini."

Suara panggilan masuk menghentikan perdebatan mereka sebentar.

"Iya, halo, Pah?"

" ... "

"Iya, Pah. Ini Gwen pulang sama kang ojek." Zacky mendelik saat Gwen berbicara kang ojek sambil menatap dirinya, yang dimaksud tukang ojek itu dirinya?

" ... "

"Gapapa, Pah. Kalo gak bisa jemput. Ini Gwen lagi dijalan, Pah. Aduh udah dulu, ya, Pah." Gwen mematikan teleponnya. Papahnya Gwen selalu begitu, over protektif terhadap dirinya.

"Ayo, deh. Gue ikut." Gwen lantas langsung nangkring di belakang Zacky.

"Katanya gak mau, ngatain gue kang ojek lagi," gerutu Zacky sambil memberi helm kepada Gwen.

"Pake," ucapnya.

"Ish. Ya, buat boong dikit kek ke bokap gue, sensi amat si lo."

"Akang ojek! Kalo saya bilang laju, laju ya. Yok, laju." Gwen menepuk pundak Zacky.

Zacky berdecih, ia melajukan motornya. Membelah jalanan kota yang semakin ramai jika hampir petang seperti ini.

"Zack, pake motor vespa kok lama, sih?"

"Kata siapa? Gue juga bisa ngebut kali."

"Ya, udah. Buruan."

Zacky meng-gas motornya mendadak, mengagetkan Gwen yang hampir terjungkal. Untung saja tangan Gwen berpegangan pada kaos Zacky. "Woy. Elah, Zac! Jangan mendadak gitu juga kali."

Zacky merutuki dirinya sendiri, momen ini tidak baik. Bisa menyebabkan Gwen hampir memeluk Zacky.

"Iya-iya bawel, udah makanya diem aja," sahut Zacky.

Gwen menggerutu kesal di balik kaca helmnya yang tertutup. Zacky melajukan motornya dengan kecepatan sedang, angin sepoi dengan langit yang menampakkan sinar jingganya membuat Zacky merasa tenang. Keindahan alam yang selalu ia syukuri, masih bisa bernapas sampai detik ini.

"Gwen, lo liat langitnya gak?" tanya Zacky. Yang ternyata Gwen masih menggenggam erat kaosnya. Punggung Zacky terasa berat, ia menengok sekilas ke belakang.

Gwen sudah bersandar di punggung Zacky. Ia ketiduran, selepas berdebat kecil dengan Zacky tadi di antara keduanya tidak mengeluarkan suara. Gwen yang merasa tubuhnya sangat capek alhasil ketiduran dengan bersandar pada punggung Zacky.

"Umi, maafin Zacky. Ini gak sengaja kok," gumam Zacky resah.

Zacky yang merasakan tangan Gwen lunglai terlepas dari genggaman kaosnya, membuat Zacky merapatkan tangan Gwen pada lingkaran perutnya.

"Gue bukannya modus ke lo ya, Gwen. Kalo lo gak diginiin yang ada ntar lo jatoh," bisik Zacky sambil tetap melajukan motornya.

Langit sore yang membuat Zacky panas dingin merasakan ini semua. Ah, andai Gwen sadar pasti ia sudah dilempar helm.


🍀🍀🍀



G

imana, gimana? Dah uwu, belom? ❤😭

Pasti uwu dong, ya! Awowkwok ...

Special tag buat Kak Ismisbrin yang udah sempatin bikin chapter ini di masa-masa PAS! Huha!

Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan comment kami tunggu selalu~



Salam hangat,
All authors.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro