15) Cokelat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE



Akhir-akhir ini Gwen disibukkan dengan rutinitas lain di luar kegiatan cheers-nya. Mamanya yang pemilik salah satu brand fashion ternama baru saja merilis koleksi pakaian baru dalam rangka Valentine Day. Gwen ditunjuk jadi modelnya──karena memang itu pekerjaan sampingannya──untuk mempromosikan koleksi terbaru tersebut. Mama Gwen beranggapan dengan menggunakan putrinya sebagai model sekaligus BA dari brand fashion-nya dinilai mampu memberikan impact yang lumayan untuk menarik perhatian pasar anak-anak muda.

Libur di akhir pekan. Sekarang Gwen baru saja menyelesaikan jadwal pemotretan dan wawancara untuk sebuah majalah remaja. Gwen terlihat lelah. Hal itu tidak dapat ditutupi dengan menebalnya lingkar hitam di bawah matanya. Gadis itu sedang berada di ruang tunggu, berganti pakaian, bersiap untuk pulang.

Drrt ... Drrt ... Drrt ...

Ponsel Gwen bergetar. Ada panggilan masuk dari mamanya. Dengan segera Gwen mengangkat panggilan tersebut.

"Yes, Mom?" tanya Gwen setelah mengangkat panggilan.

"Kamu sudah selesai, Dear?"

"Yeah, baru aja."

"Mom boleh minta tolong?"

"Apa itu?"

"Sebelum kamu pulang mampir dulu ke resepsionis di lobi, ya? Paket milik Mom baru saja tiba dan dititipkan di sana. Itu paket cokelat Belgia pesanan Mom minggu lalu. Mom tidak bisa ambil karena acara fashion show-nya belum selesai."

"Alright, Mom."

"Thank you, Dear. Love you."

Tut!

Panggilan berakhir.

Gwen menghela napas. Setelah selesai berganti pakaian dan memastikan tidak ada yang ketinggalan, gadis itu segera melakukan apa yang diperintahkan mamanya. Gwen pamit pada para staf mamanya yang membantu kelangsungan jadwalnya hari ini. Gwen akhirnya tiba di bagian resepsionis kantor mamanya. Benar saja, ada paket berbentuk persegi besar di sana.

"Makasih, Mba," ujar Gwen sambil tersenyum pada petugas resepsionis yang menyerahkan paket mamanya.

Gwen pulang menggunakan taksi. Di dalam taksi, Gwen terus memperhatikan kotak persegi itu. Gadis itu termenung lama. Terbesit rasa ingin tahu di hatinya.

14 Februari selalu diingat sebagai hari kasih sayang, dan perayaan itu akan berlangsung besok. Paket cokelat ini sengaja dipesan mamanya untuk perayaan tersebut. Nantinya isi paket itu akan dibagi 3──untuk Gwen, papanya, dan mamanya──dan nantinya akan dibagi-bagikan oleh mereka pada orang-orang yang mereka anggap spesial. Itu bisa untuk seorang sahabat, teman kerja, dan sejenisnya.

Ponsel Gwen bergetar lagi. Ada satu pesan masuk dari mamanya.

Mommy
Cokelatnya nanti masing-masing dapat 5, ya, Dear. Mom dan Dad juga. Nanti terserah kamu mau diberikan untuk siapa.

Gwen menghela napas. Begitu membaca pesan dari mamanya tersebut, nama Keira dan Fanya langsung terlintas di kepalanya. Tentu saja, mereka berdua adalah sahabatnya. Mereka jelas punya posisi spesial di dalam hidup Gwen.

Tapi masalahnya, 3 cokelat sisanya nanti akan ia berikan untuk siapa?

Jika mendengar angka 3, dalam benaknya langsung teringat dengan oknum Triple Z. Gwen langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat, bergidik ngeri. Ewh! Sejak kapan mereka masuk ke dalam daftar orang spesial dalam hidup Gwen? Sejak kapan Zen, Zidan, dan Zacky──

Zacky.

Apakah sebaiknya Gwen memberikan salah satu cokelatnya pada Zacky?

"Eh, kok, gue jadi mikirin dia?" gumam Gwen terkejut pada dirinya sendiri.

Gwen sekali lagi menatap paket cokelat yang ada di pangkuannya itu.

Gwen menghela napas panjang. Baiklah. Gadis itu sudah menentukan siapa saja yang akan mendapat cokelat-cokelat ini.


🍀🍀🍀


"Umi."

"Kenapa, Zacky?"

"Zacky mau keluar bentaran, ya, Mi? Diajakin temen main."

"Siapa yang ngajak?"

Zacky terlihat gelagapan. "Eh, anu ... Umi kayaknya belum kenal dia. Dia temen sekelas Zacky."

Umi yang awalnya sedang fokus menonton TV kini memusatkan seluruh atensinya pada sang Putra.

"Cowok apa cewek?"

"Cewek," jawab Zacky setelah susah payah menelan salivanya.

Hening yang cukup lama. Zacky dapat merasakan debaran yang begitu menggila di dalam dadanya. Tangannya berkeringat dingin.

"Boleh," ucap Umi pada akhirnya. "Tapi jangan ke tempat-tempat sepi. Kalian cuma berdua doang."

"Sebenarnya bareng Zen sama Zidan juga, Mi. Mereka juga diajakin sama temen Zacky ini."

"Oh, berarti teman kamu itu perempuan sendiri?"

"Nggak, Mi, dia juga sama dua temennya. Kita berenam."

Umi mengangguk-angguk. "Iya boleh sana. Hati-hati, ya, di jalan!"

Zacky tanpa sadar menghela napas lega. Cowok itu pun menyalimi sang Umi dan mengucapkan terima kasih karena telah diizinkan.

Zacky tiba di ambang pintu rumahnya.

"Zacky!"

Zacky menghentikan langkahnya. Ia berbalik. Cowok itu menatap uminya yang duduk di ruang tengah.

"Kenapa, Mi?"

Umi tersenyum lebar. "Kapan-kapan ajakin temannya main ke rumah coba. Umi mau kenalan."

Dan Zacky langsung bergidik ngeri saat itu juga.

🍀🍀🍀

Entah apa rencana semesta pada sore itu. Di sebuah kafe dekat SMA Antares yang menjadi favorit murid-murid sekolah itu untuk nongkrong, Zacky dan Gwen duduk saling berhadapan di salah satu sudut kafe. Mereka hanya berdua. Tidak ada Keira, Fanya, Zen, dan Zidan.

"Zack."

"Hm?"

"Zack."

"Apaan?"

"Kalo diajak ngobrol liat orangnya!"

Zacky menghela napas. Terpaksa ia mengangkat kepalanya dan kini ia saling pandang dengan Gwen.

Gwen tersenyum lebar. "Gitu, dong."

"Kenapa?" tanya Zacky to the point.

"Lo nggak suka, ya, gue ajakin main?"

Zacky berdecak. "Ya lo pikirlah siapa yang nggak kesel kalo ditipu!"

Gwen tertawa. Gwen tadi mengajak Zacky untuk ketemuan. Gadis itu bilang bahwa ia juga akan mengajak Keira, Fanya, Zen, dan Zidan supaya Zacky tidak sendirian. Namun, namanya juga Gwen. Gadis itu selalu penuh dengan rencana tak terduga. Siapa yang menyangka bahwa itu sebenarnya hanyalah alibi semata agar Gwen bisa berbicara empat mata dengan Zacky?

Jangan tanya alasannya kenapa. Gwen sendiri bahkan tidak mengerti kenapa ia melakukan ini.

Gwen membuka tasnya, mengeduk isinya, lantas mengeluarkan sebuah cokelat batangan yang terbungkus kertas warna emas.

"Buat lo," ujar Gwen setelah menyodorkan cokelat itu ke hadapan Zacky.

Zacky mengangkat satu alisnya. "Sawan lo tiba-tiba ngasih gue cokelat?"

Gwen melotot. "Sawan-sawan! Mulut lo, tuh, yang sawan! Ngomongnya enteng banget."

Zacky menerima sodoran cokelat itu dengan ragu-ragu.

"Nggak ada sianidanya, kan?"

Gwen berdecak. "Terserahlah, capek gue."

Kali ini Zacky yang tertawa. "Canda. Thanks cokelatnya."

Gwen bergumam sebagai balasan. Gadis itu lantas membenarkan posisi duduknya. Ia berdeham sejenak.

"Itu sebenernya cokelat buat perayaan hari Valentin besok. Gue bingung harus ngebagiin cokelatnya ke siapa. Semoga lo suka, deh," tutur Gwen.

"Oh, besok Valentin, ya?"

"Iya."

Zacky mengangguk-angguk. "Selamat ngerayainnya."

"Thanks."

Setelah itu meja mereka tak ada lagi percakapan. Beberapa menit ke depan dihabiskan dengan hening karena Gwen dan Zacky fokus untuk menghabiskan pesanan masing-masing.

"Gue duluan, ya, Zack? Sorry gue ngeganggu waktu lo. Makasih udah mau dateng," pamit Gwen setelah melirik jam dinding kafe yang menunjukkan bahwa hari sudah semakin sore.

"Iya lo ngeganggu banget!" balas Zacky sambil tertawa kecil. "Makasih sekali lagi. Ati-ati lo di jalan!"

Gwen melambaikan tangannya pada Zacky sebelum akhirnya punggung gadis itu hilang di balik pintu kafe yang tertutup.

Zacky menghela napas melihat kepergian Gwen. Cowok itu lalu melirik pada cokelat pemberian Gwen yang tergeletak di atas meja. Ditatapnya bungkusan cantik itu lamat-lamat.

Tak lama kemudian Zacky tersenyum tipis.

Dari awal, dirinya dan Gwen memang sudah berbeda.



🍀🍀🍀



Akhirnya update!

Gimana part ini? Baper? Nyesek? Kesel?

Kata-kata terakhirnya jleb banget, yak :')

Siapa yang ngerasain juga kayak Zacky-Gwen? Semoga hatinya baik-baik aja, ya.

Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini ke teman-teman kalian.


Salam hangat,
All authors.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro