14) D-Day

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE





"Zen, gue nebeng bareng lo, ya, plis." Gadis dengan rambut digerai itu berdiri di depan motor Zen sambil memperlihatkan puppy eyes-nya.

"Lo siapa, hah?"

"Kok lo gitu, sih?"

"Lo tadi ke sini bareng siapa?"

"Bareng abang gojek," jawab Keira polos.

"Ya, harusnya lo pulang sama abang gojek juga dong."

"Ribut, ribut, ribut!" Gwen memprovokasi.

"Udahlah, Zen, anter nih anak sampai rumahnya. Kasihan kalau dia naik ojek malem-malem gini," suruh Zacky melerai perdebatan di antara mereka berdua.

Sekarang mereka berempat berada di area parkir setelah melakukan kerja kelompok di gazebo taman.

"Ya, udah, tapi lo nggak boleh berisik," putus Zen sembari turun dari motor dan membuka joknya untuk mengambil helm berwarna pink milik Zelin yang sekarang digunakan sementara oleh Keira.

"Oke," kata Keira sembari mengangguk.

"Aduh, gue keselek duren, nih." Gwen pura-pura batuk sambil memegang tenggorokannya.

"Amin," ucap Zacky.

"HEH!" Gwen memukul lengan Zacky.

"Salah mulu gue."

"Lo emang selalu salah di mata gue, Zackentuky!"

"HAHAHAHA, NAMA LO KAYAK NAMA AYAM GORENG." Keira tertawa diikuti oleh Zen.

Zacky mendongak menatap langit, lalu berkata, "Apa salah hamba, ya Tuhan, punya temen laknat semua."

"Gue laper, nih, cari makan dulu yuk!" kata Zen sambil melihat Zacky yang sekarang sudah duduk di atas motor dan diikuti Gwen di belakanganya.

"Yuk, ke cafe lo, ya," ucap Keira.

"Nggak!"

"Cari lalapan atau warung pecel lele deket sini aja," usul Zacky.

"Nah, mantep! Tadi gue liat di sana ada warung pecel lele," kata Zen sembari menunjuk arah jalan yang dilewatinya sewaktu berangkat beberapa saat lalu.

"Gwen, lo mau kan mampir nyari makan dulu?" tanya Zacky menoleh ke belakang.

"Ya, udah, gue ikut juga. Tapi nggak bakal lama, kan?" Gwen khawatir bila ia pulang terlalu larut malam akan dimarahi oleh Papa dan Mommy-nya.

"Tergantung, kita makannya lama atau nggak," jawab Zacky.

Gwen menunjuk Zacky dan Zen secara bergantian sambil berkata, "Awas aja lo, lo pada makannya lama."

Gwen pun menyetujui itu, kemudian Zacky dan Zen sudah menghidupkan mesin motornya untuk meninggalkan area taman tersebut.

Zacky yang membonceng Gwen, dan Zen yang membonceng Keira, kini mereka sudah sampai di warung pecel lele yang tempatnya tak jauh dari taman tempat mereka berempat melakukan kerja kelompok tadi.

Setelah sampai dan duduk di kursi, Zen pun langsung memesan makanan untuk dirinya dan untuk ketiga temannya itu.

Sambil menunggu pesanan, mereka mengobrol dari hal yang tidak penting sampai hal yang sangat tidak penting. Namun, di obrolan itu sesekali diisi dengan perdebatan antara Zacky dan Gwen yang memperdebatkan masalah sepele.

Keira yang sudah lelah dari tadi mendengar adu mulut di antara Tom dan Jerry itu hanya bisa bersabar dan beralih membuka aplikasi Instagram dan Twitter nya untuk sekedar melihat update-an biasnya. Ia memicingkan matanya saat tak sengaja melihat sesosok lelaki yang selalu ia kagumi setahun belakangan ini—Revan Wijaya—sedang bersama seorang perempuan di minimarket depan warung ini. Sepertinya mereka baru saja selesai berbelanja dan langsung meninggalkan tempat itu dengan motor yang Revan kendarai.

Keira menebak-nebak siapa perempuan itu. Ya, kali adiknya Revan. Ia tahu betul wajah adiknya Revan, orang sering belajar bareng di rumahnya, kok. Lagi pula, perempuan itu kelihatan sepantaran dengan Revan.

Ada rasa sesak di hatinya, padahal ia bukan siapa-siapa Revan. Gwen yang sedari tadi sudah menyelesaikan perdebatannya dengan Zacky, akhirnya menanyakan apa yang terjadi dengan teman di hadapannya itu. Tidak biasanya wajah Keira ditekuk kalau bukan karena tidak mempunyai kuota.

"WOI, AWAS KESAMBET!"

"Gwen, ini tempat umum, bisa kecilin dikit suara lo?" tegur Zacky.

"Oke, sorry. Habisnya nih anak serem kalau diem gitu." Gwen menujuk Keira dengan dagunya.

"Lo kenapa, sih, Kei?" tanya Gwen kepo.

"Bias lo nikah?" tebak Gwen dengan tampang kaget dibuat-buat.

"Mulut lo sembarangan banget."

"Terus kenapa?" tanya Gwen lagi.

"Bukan apa-apa. Cuma lagi galau nggak bisa beli album," jawab Keira yang tak sepenuhnya berbohong. Sebelumnya, ia memang galau sebab tidak bisa membeli album comeback biasnya. Namun, sekarang galaunya makin bertambah akibat melihat Revan dengan perempuan lain.

"Ngepet aja, lah," saran Gwen dengan entengnya.

"Astagfirullah, Gwen, sesat amat ajaran lo. Dosa." Zacky dan Zen menggelengkan kepalanya.

Keira hanya merespons dengan kekehan kecil candaan dari sahabatnya itu.

"Kei, besok lo jadi tungguin gue gladi bersih buat turnamen, nggak?" Gwen mengubah topik pertanyaannya.

"Sama anak basket juga?"

"Iyalah, ada doi lo yang nyebelin."

"Nggak, deh, males gue."

Gwen membuka mulutnya lebar, kemudian memukul meja. "WAH, KEAJAIBAN DUNIA, NIH! SERIUS LO NGGAK IKUT?"

"ADA REVAN, LOH, INI. PUJAAN HATI LO, KEI!"

"Anjir, mulut lo pengen gue cabein," kesal Zen karena sekarang pengunjung di warung itu melihat ke arah mejanya. Bukannya Gwen yang malu, malah dirinya yang malu sekarang.

"Nih, sini cabein," tantang Gwen sembari memajukan wajahnya ke arah Zen yang duduk di samping Keira.

"Kenapa? Lo udah pindah haluan dari Revan ke Zen?" tanya Gwen lagi sambil melirik Zen yang sudah melotot.

"Nggak! Mana mau gue sama bocah tengil gitu," jawab Keira sembari bergidik ngeri.

"Heh, emang lo pikir gue mau sama lo? Gue sukanya sama cewek jago gambar," jelas Zen.

"Siapa?" tanya Gwen dan Keira bersamaan.

"Gue."

"Yang nanya, HAHAHAHA." Gwen dan Keira tertawa terbahak-bahak dengan jawaban Zen. Zacky pun ikut tertawa mendengar jawaban dari pertanyaan jebakan itu. Lagi pula, Zen mau saja lagi dijawab.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan mereka sudah tersedia di atas meja. Zen yang sudah berbinar-binar melihat makanan itu langsung melahapnya, tetapi tidak lupa berdoa dan mencuci tangannya dahulu di air kobokan yang disediakan.

"Ini mana sendok garpunya?" Gwen melihat-lihat ke arah makanannya, siapa tahu ada sendok yang terselip di sana.

"Pakai tangan, Gwen," jelas Zacky.

"Hah? Seriously?" kaget Gwen.

"Lo nggak pernah makan kayak gini sebelumnya?" Sekarang giliran Zen yang bertanya.

"Ya, nggaklah, mana dikasi sama Mommy gue." Gwen menjeda, "Masak pake tangan, sih."

"Udahlah, suapin aja, Zack," suruh Zen kepada Zacky.

"Idih, najis!"

"Ya, udah buru makan, nanti keburu malem, katanya tadi lo yang nyuruh jangan makan lama-lama."

"Kok, lo bawel sih, Zack?"

Akhirnya Gwen mencoba memakan makanan yang begitu asing baginya. Sebelumnya, ia belum pernah makan tanpa sendok dan di warung pinggir jalan seperti ini. Kendati begitu, ia tidak peduli bila ada yang mengawasi dirinya. Ia hanya ingin bebas dan merasakan kehidupan sederhana seperti teman-temannya ini.



🍀🍀🍀


Setelah latihan berminggu-minggu, akhirnya hari di mana anak basket mewakili sekolahnya di turnamen persahabatan tiba. Sebenarnya pertandingan ini hanya untuk mengakrabkan kedua belah pihak saja. Atau lebih tepatnya, mengakrabkan pertemanan antara SMA Antares dan SMA Centauri.

Banyak siswa-siswi Antares maupun Centauri yang menyaksikan turnamen ini. Namun, tak banyak juga dari mereka yang enggan menyaksikan, karena berbagai alasan. Salah satunya ingin bermalas-malasan di rumah, mengingat sekarang hari Sabtu—hari di mana sekolah mereka sedang libur.

Turnamen kali ini dilaksanakan di GOR yang jaraknya tidak terlalu jauh dari SMA Antares.

Tim cheersleaders dan tim basket SMA Antares sudah bersiap di depan tribun penonton, dengan melakukan streaching ringan sebelum dimulainya pertandingan.

Turnamen persahabatan pun dimulai, bola basket dikuasai oleh tim SMA Centauri, mereka menyebar dan menghalangi tim SMA Antares untuk merebut bola basket yang sekarang tengah di-dribble oleh cowok bertubuh jangkung dari SMA Centauri. Revan yang dihadang oleh lawan untuk mengambil bola langsung memikirkan strategi. Revan menyuruh Rey—rekan satu timnya—untuk merebut bola yang masih dikuasai oleh lawan. Rey berhasil merebut bola dan langsung men-dribble-nya ke arah ring lawan. Di sana sudah ada Revan yang menunggu, Rey langsung mengoper bola ke Revan. Namun, alih-alih Revan yang menerima, tim lawanlah yang berhasil menangkapnya.

"ANTARES, ANTARES! THE SPIRIT OF ANTARES!"

Di tribun penonton terlihat ada Keira, Fanya, Aina, Verissa, Sora, Andromeda, Bagas, Satriya, Alvero, dan Triple Z duduk sejajar di bagian tribun paling depan. Yang di mana anak cheers yang berdiri di bawah tribun itu menyemangati tim basket Antares.

Triple Z, Bagas, Aina, dan Verissa tampak berteriak menyemangati tim basket Antares yang sekarang tengah menguasai bola. Sementara yang lainnya hanya diam menyaksikan dan sesekali bertepuk tangan saat tim basket Antares berhasil memasukkan bola ke ring lawan.

Pertandingan itu sudah berakhir dengan tim basket SMA Antares yang memenangkan turnamen kali ini. Para penonton pun keluar dari lapangan indoor itu. Sama hal dengan Keira dan lainnya yang kini sedang menunggu Gwen di pintu masuk.

Gwen akhirnya keluar bersama anak cheersleaders lainnya. Mereka akan kembali ke sekolah untuk berganti pakaian.

"Cie, nungguin gue, ya? Kertas sama pulpennya mana? Sini gue kasih tanda tangan."

"Dih, mending gue minta tanda tangan ke Taehyung daripada ke elo," kata Keira sambil memutar bola matanya.

"Halah, Taehyung mulu hidup lo," cibir Gwen kepada Keira.

Pandangan Gwen beralih menatap Verissa, Sora, dan Andromeda, kemudian bertanya, "Eh, iya, kalian ikut ke sekolah, kan?"

Sebenarnya Gwen menatap Verissa dan Andromeda saja, sih, karena Gwen masih sedikit kesal akibat kejadian di lapangan basket beberapa waktu lalu.

Mereka yang ditanya pun mengangguk, kecuali Andromeda.

"Gue nggak bisa, soalnya harus jaga toko bunga, nih. Gue balik dulu ya," kata Andromeda sembari berpamitan.

"Oh, ya, udah. Hati-hati, Da." Gwen, Keira, Fanya, Verissa, dan Sora melambaikan tangan kepada Andromeda.

"Lo nggak mau balik juga, Ra?" tanya Gwen kepada Sora yang sekarang menampilkan ekspresi bingung.

"Eh?"

Keira, Fanya, dan Verissa sedikit terkejut mendengar itu.

"Nggak, kok, bercanda gue. Ya, kali," kata Gwen dengan senyum yang dipaksakan, sementara Sora pun membalasnya dengan anggukan beserta senyuman tulus.

"Oke, karena kalian ke sekolah juga, berarti nanti pulangnya sekalian nongki-nongki, skuy!"

"Gaskeun, Gwen!" jawab Verissa dengan mengepalkan tangannya di udara.

"Eh, iya, gue nebeng dong bareng kalian. Males gue bareng anak cheers naik mobil."

"Lah, gue udah sama Fanya naik motor," jawab Keira.

"Gue udah sama Sora."

Karena tidak ada tumpangan yang kosong, Gwen merasa kesal dan berkata, "Oke, fine."

Namun, saat itu arah pandang Gwen langsung tertuju pada seorang lelaki yang sekarang tengah memakai helmnya di parkiran sana.

Tanpa berpikir dua kali, Gwen langsung meninggalkan teman-temannya. Gwen berlari menuju tempat lelaki itu dan langsung duduk di jok belakang motor. Kelakuannya tentu saja langsung membuat lelaki bernama Zacky Fernando itu terkejut sambil memegang dadanya. Hampir saja jantungnya copot.

Oke lebay, lupakan.

Zacky memutar badannya dan melotot setelah melihat Gwen dengan tampang tidak bersalah memperlihatkan senyumnya kepada lelaki itu.

"Yuk, berangkat!" Gwen menepuk kedua pundak Zacky.

"Kok, lo di sini?" tanya Zacky sambil membuka kaca helmnya.

"Udah, nggak usah bacot. Gue ikut lo ke sekolah, males gue bareng anak cheers di mobil, sesek," jelas Gwen.

"Lo naik motor pake pakaian gini?" Zacky melihat Gwen yang masih mengenakan pakaian cheersleaders-nya.

"Iyalah, emang kenapa?"

Zacky berdecak sambil membuka jaketnya yang kemudian ia berikan kepada Gwen. "Nih, pake. Iket di pinggang lo, buat nutupin paha."

Gwen membuka mulutnya sedikit. Ia sedang tidak mimpi, kan? Kenapa Zacky sangat peduli dan begitu manis kali ini?

Setelah mengikat jaket yang diberikan oleh Zacky untuk menutup pahanya, Gwen pun menyuruh Zacky untuk melajukan motornya. Sepasang teman sebangku itu sekarang tengah menikmati perjalanan menuju sekolah dengan ditemani kebisingan knalpot motor yang saling bersahut-sahutan mengawal mobil tim basket Antares di depan sana.

Tiba-tiba terlintas ide jahil di kepala Zacky. Dia berniat mengerjai Gwen yang sekarang tengah melambai-lambai seperti seorang model di atas motor.

Karena tadi Gwen sudah membuatnya kaget dengan tanpa permisi duduk di motornya, sekarang giliran Zacky yang akan membuat cewek itu kaget dengan apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Dengan diawali bismillah di dalam hati, Zacky menambah kecepatan motornya, harap-harap perempuan yang ia bonceng sekarang akan memarahinya atau bahkan refleks memeluk pinggangnya.

Astaga berdosa banget yang opsi terakhir, Zack.

Mumpung di depan sedang lenggang, ia menambah lagi laju kecepatannya. Tahu apa reaksi Gwen sekarang?

"WOOO! NGEBUT LAGI, ZACK! SELIP MOTOR YANG DI DEPAN!" heboh Gwen sambil menepuk pundak Zacky.

Zacky tercengang mendengarnya. Serius nggak marah, nih, singa garong?

Gwen berdiri dengan memegang pundak Zacky agar tidak jatuh dari motornya itu.

"HALO, PARA FANSKU." Gwen melambaikan tangannya kepada orang-orang di pinggir jalan.

"Cewek barbar mah, beda," gumam Zacky yang suaranya dimakan oleh angin.




🍀🍀🍀







Taraaa! Gimana ni? Seru nggak?

Gemes, kan, sama Zacky-Gwen? Cewek barbar emang beda, ya.

Ada couple baru juga tu, Zen-Keira. Sama-sama lola awowkwowk.

Eh, tapi kasihan si Repan entar😭

Jangan lupa vote, comment, dan share juga ke teman-teman kalian.

Kalau ada kritik atau saran, silakan tulis di kolom komentar.

Makasih banyak~





Salam manis,
All authors.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro