SPARK - Part 6 | Meet

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Vhi menurunkan kaca mobilnya seraya memperbaiki kacamata hitamnya. Maniknya menatap sebuah bangunan putih yang sontak membuatnya tertawa.

"Ini tempatmu bekerja? Kenapa kecil sekali? Apa pemiliknya sangat perhitungan?" tanyanya dengan mimik menjengkelkan.

Aileen mendesah. Tidak ingin berdebat, walau sebelumnya mereka melakukan itu karena Vhi yang bersikeras mengantarnya ke tempat kerjanya. Ia sebenarnya tidak masalah, tapi Vhi sangat suka melakukan perbandingan dan itu membuatnya sangat kesal.

"Aku pergi dulu, tidak perlu menjemputku karena aku akan naik bis atau taksi. Tenang saja, waktu kerjaku hanya sampai pukul 4 sore," ucapnya mencoba tenang seraya melepaskan seatbelt yang ia kenakan. Aileen sontak membuka pintu mobil, tetapi sayangnya, Vhi malah menguncinya yang tentu membuatnya terjebak di dalam mobil.

Sialan. Apalagi Vhi malah memperlihatkan tampang polosnya dengan membuat kedua alisnya terangkat. "Kenapa kau belum keluar? Kau akan terlambat dan memberikan kesan buruk sebagai pekerja baru."

Hoh! Aileen tentu tidak habis pikir. Ia sontak menarik napas lalu mengembuskannya pelan-pelan, lantas melirik Vhi yang masih betah dengan wajah tampannya.

"Vhi, buka! Aku akan terlambat. Kau mau menyusahkanku? Kau mau aku mendapat buah bibir? Kau mau aku kehilangan pekerjaan baruku ini?"

Pertanyaan itu membuat Vhi mengangguk. "Itu lebih bagus."

"Vhi..." perkataan itu nyaris membuatnya ingin menangis. Walau nyatanya, Vhi hanya berniat menggoda istrinya.

"Huft, kau membuatku tidak berdaya Nyonya Dickson. Baiklah, tapi satu ciuman aku baru membuka pintunya, bagaimana?" tawarnya yang membuat kedua manik Aileen melotot.

"Kau--"

"Tidak mau? Ya sudah, kita disini saja. Lagipula, tidak ada yang marah jika aku bolos sehari di kantorku sendiri," ucapnya menantang. Vhi memang tahu bahwasanya Aileen tentu tidak bisa menolak permintaannya dan itu benar saja, sebab tidak lama, Aileen langsung mendekatkan wajahnya---menghilangkan ruang yang ada dan memberi kecupan di pipi.

Vhi berdecak, membuat Aileen tidak mengerti. Apalagi saat Vhi belum juga membiarkannya keluar dari sini.

"Kau sangat polos," ujarnya dengan senyum tipis seraya kembali menghapus jarak dan mengajarkan ciuman yang sebenarnya.

Aileen membeku. Tidak mengerti dengan keadaan saat Vhi menempelkan bibir tipisnya ke bibirnya dan memainkan. Ia bahkan masih membeku saat jemari jempol Vhi mengusap bibirnya dengan seringai khasnya.

"Itu baru namanya ciuman."

*****

Maniknya memerhatikan sekitar. Perusahaan tempatnya bekerja tidaklah seburuk yang seperti suaminya deskripsikan.

Apa tadi yang ia katakan? Perusahaan ini kecil? Ini bahkan lebih dari cukup---ya, walau tidak sebanding dengan perusahaan yang pria itu bangun. Aileen mengakuinya.

Itu tidak masalah baginya. Selagi tidak ada hal yang menjanggal, kenapa tidak mencoba dari awal?

"Nona, ruanganmu berada di sana. Nona berada di tim yang sama dengan Ava Rhodes, Killian Ryder dan Milly Istvan." Wanita itu memberikan arahan dengan ramah.

Sontak ia mengarahkan pandangannya pada tiga oknum yang tengah sibuk pada komputer itu. Ia bahkan bisa melihat bagaimana ruang itu dimodifikasi dengan menarik dimana ruangan itu memang memberikan fokus untuk 4 orang saja. Belum lagi warnanya yang netral, membuat pekerja memperoleh semangat.

"Jika nona membutuhkan sesuatu, nona bisa konsultasi langsung dengan saya atau dengan mereka." Wanita tersebut langsung saja pergi setelah mengatakannya. Menyisahkannya dengan seorang wanita dan dua pria.

"Ava, kau perlu mengobser---" kalimat wanita di seberang sana terputus tatkala maniknya tak sengaja teralihkan. Ia menyipitkan maniknya dengan diiringi ekspresi bingung.

Sementara yang ditanya, langsung melirik ke arah wanita itu yang tidak melanjutkan ucapannya. Nyatanya, ada pandangan baru yang membuat ia juga ikut memberikan fokus.

Mendapatkan tatapan itu, membuat Aileen gugup saja---napasnya serasa tercekat dan kedua sudut bibirnya yang sulit membentang senyum.

"Eh, hai, aku Aileen Dickson---maksudnya, Aileen Mercier. Aku---"

"Hoh, kau yang sir katakan. Selamat datang, yah," ucap seorang pria berlesung pipit yang mengalihkan pikiran dua insan yang masih terdiam. "Perkenalkan, aku Killian Ryder, ketua tim bagian Web Desaigner."

Aileen hanya tersenyum, membalas perkenalan itu. "Senang bisa menjadi bagian dari tim ini."

Ia menggigit bibir bawahnya. Kegugupan masih menyelimutinya karena dua insan itu belum mengeluarkan sepatah kata pun. Namun, tidak lama dapat ia lihat saat pria bernama Killian, memberikan intruksi pada Ava dan Milly untuk memperkenalkan diri.

"Iya, tunggu dulu. Aku masih terkejut," ujar wanita bermanik hitam gelam dengan rambut terurai berwarna senada. "Hai juga, selamat datang dan maaf karena membuatmu tidak nyaman. Aku hanya terkejut karena mengingat dimana kau adalah istri dari pemilik saham Next Out."

"Sebenarnya bukan apa-apa, jadi lupakan saja! Aku Milly, Milly Istvan dan pria di sampingku ini namanya Ava Rhodes," tambahnya sembari merangkul pundak pria bernama Ava itu. Bahkan dari sini, dapat dilihat bagaimana tidak nyamannya pria tersebut.

"Hei, lepaskan tangan sialanmu itu!" pekik Ava.

Aileen hanya tersenyum. Entahlah, hanya itu yang bisa ia lakukan. Hingga dimana, Killian memperlihatkan tempat duduknya.

Perkenalan yang singkat. Mungkin karena mereka akan sering bertemu juga, itu pasti akan mengalir begitu saja. Apalagi, Web Desaigner memang harus bekerja layaknya tim.

Setidaknya, Aileen berharap bisa menyukai suasana baru ini. Itu harapannya.

*****

"Aileen, bisakah kau membawa ini ke ruangan sir? Ruangannya ada di lantai atas, saat kau keluar dari lift, belok kanan dan lurus saja! Kau akan menemukannya nanti," pinta Killian. Aileen belum menjawab, lebih kepada melirik sekitar dan nyatanya tidak ada seorang pun selain dirinya dan Killian. Bahkan ia bisa melihat pria itu yang begitu kewalahan.

"Tentu."

Aileen meninggalkan tempat duduknya lantas ke tempat di mana Killian berada. Ia mengambil tiga tumpukan map dengan warna berbeda saat Killian menyedorkannya.

"Ini beberapa rancangan untuk web terbaru yang tentunya harus mendapat konfirmasi dari sir. Sebenarnya aku bisa mengirimnya lewat surel, tapi sir  tidak ingin memberikan konfirmasi jika seperti itu karena dia memiliki ketentuan sendiri yang tidak bisa dipahami. Entahlah, aku juga bingung."

Ia mengangguk mengerti. "Oke, aku akan segera pergi tapi dimana yang lainnya?"

Killian yang ingin melanjutkan pekerjaannya seketika terhenti saat mendengar pertanyaan itu. "Biasanya mereka keluar untuk membeli penjanggal perut. Luvetaria masih sangat baru dan untuk memiliki kantin, itu masih berada di daftar pengajuan dan oh iya, tidak perlu merasa canggung dengan Ava ataupun Milly. Mereka berdua memang seperti itu."

Aileen mengangguk karena ia tidak mempermasalahkannya. Lantas, ia segera menuntun stiletto-nya untuk ke lift .

Itu tidak memerlukan banyak waktu, mungkin hanya 5 menit saja, ia telah berada di lantai atas. Beruntung, Killian menjelaskan letak ruangan pemilik perusahaan ini sehingga ia tidak seperti orang yang kesasar, tapi omong-omong, ia belum pernah bertatap muka dengan pemilik perusahaan ini.

Ia hanya mendapat arahan untuk masuk lalu diberi penjelasan melalui sekretarisnya---hoh, agak aneh juga. Namun, ia mencoba tidak peduli. Apalagi saat papan nama berbahan kayu itu kini berada di depan matanya dan menunjukkan ini adalah ruangannya.

Direktur Laurence.

Jemarinya sontak memberikan ketukan. "Permisi Sir, apa saya bisa masuk?" tanyanya dengan ramah, berupaya menghapus segala kegelisahannya.

"Masuk saja!" Suara alto itu lantas menuntunnya untuk memutar knop pintu dan membukanya. Dari sini, dapat ia lihat seseorang tengah membelakanginya sembari menilik beberapa berkas.

Aileen mendekat dengan kurva bibir yang tersenyum. "Selamat pagi, Sir. Saya Aileen dari bagian Web Desaigner baru. Ada beberapa hal yang harus sir konfirmasi sebelum kami menjalankannya sesuai dengan ketentuan yang ada."

Penjelasannya lumayan juga. Namun, pria itu belum memberikan komentar ataupun intruksi. Ia masih sibuk dengan apa yang dilakukannya.

"Sir..."

"Oh, iya, maaf," ucapnya sembari memutar kursi itu hingga membuat mereka bertatap muka. Bahkan membuat Aileen sedikit terperanjat karena satu hal.

Tunggu, wajah pria dihadapannya ini sungguh tidak asing. Ia seperti pernah bertemu dengan pria itu, tetapi di mana? Ia tiba-tiba melupakannya.

Pria itu tersenyum tipis, seperti paham betul reaksi wanita tersebut. "Hai, Aileen! Bagaimana kabarmu? Lupa denganku, yah?"

Aileen semakin mencoba mengitari ingatannya saat pria itu berkata demikian. Namun, sama saja! Ia tidak mengingat apapun.

"Baiklah, begini saja. Bagaimana kabar Cooky? Apa kau menjaganya dengan baik atau--"

"Tunggu dulu, kau Jean Laurence'kan? Oh God!" ucap Aileen dengan ekspresi terkejut saat ingatan itu akhirnya menghampirinya tetapi pria yang bernama Jean itu hanya tersenyum lantas berdiri sembari menjejalkan kedua tangannya ke dalam saku.

Pria itu kini menyapu poni rambut hitam gelamnya yang cukup panjang ke belakang dan membiarkan manik cokelat pekatnya mengurung presensi Aileen dengan ekspresinya.

"Tebakan yang benar! Aku kira kau benar-benar melupakanku, Nona Aileen."

TBC.

Cooky siapa sih😂

Aku pulang duluan yah Aileen, kamu ati-ati disana☻

Tenang ajah, Jean sudah kujinakkin.

Anjir, gaje amat sih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro