34. Obligation 💐

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


🔱Καλή ανάγνωση🔱

.

.

.

Ada satu hal yang baru Hades sadari setelah menikahi Persephone. Peran sebagai seorang istri sekaligus ratu. Tidak. Hades bukan ingin membagi beban kepada Persephone. Demi Tartaros, Hades memerintah Dunia Bawah selama ribuan tahun tanpa bantuan siapapun. Persephone cukup duduk di sebelahnya dan itu akan membuat hatinya berbunga sepanjang waktu.

Akan tetapi, Hades cukup peka untuk membaca isi hati Persephone. Dewi kesayangannya itu sangat bersemangat ketika melakukan sesuatu untuk domainnya. Bahkan saat Hades iseng bertanya tentang tumbuhan yang cocok untuk menyamarkan sesar pada tebing menuju Erebos, Persephone dengan sungguh-sungguh memikirkan hal tersebut sampai membuat beberapa gambar di atas kertas.

Berbagai spesies tumbuhan paku, genus araceae, dan beragam jenis vegetasi lain yang tidak Hades simak lagi sebab ia terpaku pada wajah Persephone yang menggemaskan saat sedang serius berpikir. Maka selagi sang istri berbicara sambil sesekali mengerutkan dahi saat menyertakan pertimbangan, Hades hanya menatapnya sambil mengulum senyum. Sampai kemudian mereka memilih salah-satu tumbuhan rambat yang toleran terhadap cahaya rendah­­­—Hades tidak ingat apa namanya.

Di luar dari itu, antusiasme Persephone tersebut menyadarkan Hades bila ia tidak seharusnya menempatkan sang dewi hanya sebagai objek pelengkap kekuasaannya sebagai seorang raja. Hades tidak ingin Persephone merasa tidak berguna di sisinya, walau sejatinya kehadirannya saja sudah sangat berarti.

"Hades," panggil Persephone di sebelah hades. Pandangannya menyapu panorama padang Elysian sebelum ia melanjutkan dengan pelan, "Bagaimana kalau aku membuat kebun bunga? Roh penghuni padang ini pasti akan senang. Mereka bisa menikmati keindahan alam seperti saat mereka hidup di bumi."

Hades menyentuh kepala Persephone dan tersenyum tipis. Beberapa saat yang lalu, Minos bersaudara menghadap padanya dengan resah. Menurut laporan dari ketiga hakim Dunia Bawah tersebut, roh di padang Elysian mulai merasa bosan dengan keadaan sekitar dan beramai-ramai mengajukan permohonan reinkarnasi sehingga mengganggu kesetimbangan populasi manusia dan arwah. Kesempatan tersebut dipergunakan Hades untuk menunjukkan peran Persephone dalam regulasi kerajaannya.

"Itu adalah ide yang sangat bijaksana, Persephone." Hades menggenggam tangan Persephone. Keceriaan di wajahnya membuat Hades tersentuh. "Kau bisa memulainya di sini. Katakan padaku bila kau membutuhkan sesuatu."

Persephone menjawab dengan anggukan senang. Padang Elysian memang indah, Persephone mengakui itu. Namun setelah terpenjara sekian lama di Sisilia, Persephone tahu sesuatu yang indah kadang kala terasa membosankan. Hanya saja, pemakluman tersebut tidak bisa berlaku sepenuhnya untuk para arwah. Seperti kata Hades, ketidakseimbangan populasi akan mengganggu stabilitas Dunia Bawah. Persephone ingin melakukan sesuatu yang membantu Hades untuk menahan para arwah tetap di sana.

"Aliran air!" Persephone menjentikkan jari. "Hades, bukankah ada air terjun di balik tebing itu?"

Hades menoleh sedikit, mengikuti telunjuk Persephone. "Ya, air terjun tempat kita bermain di hari itu. Kau ingin bermain di sana lagi, hm?"

"Tidak. Maksudku bukan begitu." Persephone tertawa kecil lalu mendorong pelan tubuh Hades yang merapat padanya. "Aku pikir akan lebih bagus bila kita menciptakan anak sungai di sini. Bunga-bunga akan lebih terpelihara. Para arwah juga bisa berkumpul sambil menyaksikan pemandangan."

"Baiklah. Kalau begitu aku akan membuatkan alur sungai di sini," kata Hades seraya mengangkat tangan guna menggerakkan bebatuan di sekitar tebing. Tanah di sekitarnya perlahan membelah, bersamaan dengan air yang mengalir mengisi tiap bukaan baru. Dalam sekejap, mereka dikelilingi oleh kanal yang saling terhubung membentuk pola rumit di permukaan tanah.

Persephone menatap kagum delta yang diciptakan Hades. Ia bisa merasakan aliran airnya yang meresap ke setiap celah di bawah tanah. Dengan semangat, Persephone pun mulai menumbuhkan bunga beragam warna di sana.

Dibantu oleh Hades yang meratakan beberapa tebing curam menjadi serpihan bebatuan sebagai fondasi, Persephone selanjutnya merangkai semak membentuk sebuah labirin berliku. Sepanjang koridornya dihiasi dengan kembang indah yang sekaligus menjadi petunjuk arah. Tanaman di beberapa jalur sengaja dibuat bergerak, menjadi tantangan sekaligus sebagai hiburan tersendiri bagi pengunjung yang ingin menyusuri labirin tersebut.

"Para arwah akan senang bermain di labirin ini," ujar Persephone pada Hades yang menggenggam tangannya.

"Tentu saja." Hades melirik Persephone dengan sebelah mata berkedip singkat. "Siapa dulu yang menciptakannya."

"Ah, bi-biasa saja! Memang sudah tugasku, kan?"

Menyembunyikan rona malu di wajahnya, Persephone berjalan di sebelah Hades hingga tiba di di pusat labirin. Taman di sana masih kosong dan Persephone masih belum memikirkan tanaman apa yang cocok. Sejenak ia berbalik, mengamati semak belukar yang meliuk menutup jalan. Hanya mereka yang punya tekad kuat yang bisa sampai ke sana. Para arwah yang berhasil menemukan jalan sampai ke tengah labirin tersebut harus mendapatkan sesuatu yang Istimewa.

"Persephone."

Panggilan Hades menyentakkan Persephone. Belum sempurna ia berbalik, Hades sudah lebih dulu memeluk pinggangnya dari belakang. "Hades? Ja-jangan di sini!"

"Kenapa?" Hades mendaratkan satu kecupan di pipi Persephone saat sang dewi menoleh. "Di sini tidak ada siapa pun selain kita."

Persephone mengerjap cepat. "Tapi ini tempat terbuka!"

"Ya, lalu?" Hades mengangkat alis. Menyadari maksud perkataan Persephone, ia lantas terkekeh. "Persephone, bukankah aku telah berjanji tidak akan melakukannya tanpa seizinmu? Mengapa kau sangat mengkhawatirkan itu?"

Persephone membuang napas dengan wajah memerah. Hades memang telah berjanji padanya tidak akan bersikap egois untuk bercinta, tetapi pelukannya yang tiba-tiba ini tetap saja membuat ia khawatir. Persephone masih terlalu malu untuk melakukan hal-hal intim di tempat yang terbuka.

"Aku tidak bermaksud tidak percaya." Persephone mengerutkan bibir. "Tapi kau tiba-tiba bersikap aneh begini."

"Apa memeluk dan mencium istri adalah hal yang aneh?" Hades Kembali tertawa. Lengannya memeluk Persephone semakin erat. "Aku melakukan ini sebab aku merasa semakin mencintaimu."

Persephone terdiam, masih berusaha memaknai kata-kata Hades saat raja alam kematian tersebut duduk bersila di atas rumput dan menariknya ke pangkuan.

"Terima kasih, Persephone," bisik Hades memainkan jemarinya di wajah Persephone. "Kau adalah ratu yang sangat hebat."

Persephone menutup mata ketika bibir Hades mendarat di keningnya. "Tapi ini bukan apa-apa."

"Tidak. Jangan meragukan dirimu." Telunjuk Hades menyentuh bibir Persephone. "Ketahuilah dewi, ketidakseimbangan arwah adalah hal yang serius. Namun berkatmu, sekarang masalah itu dapat teratasi."

Persephone menatap Hades lekat-lekat. Hatinya menjadi begitu tersentuh. Hades benar-benar tahu bagaimana harus menghargainya. Saat ia tidak menemukan kepercayaan diri, Hades selalu bisa membuatnya merasa berguna. Persephone jadi ingin melakukan lebih banyak hal lagi untuknya.

"Sekarang aku tahu harus menumbuhkan apa di sini." Persephone bangkit. Telapak tangannya yang terbuka direntangkan ke depan. Untuk menjaga keseimbangan arwah, menghias pada Elysian tidak cukup. Harus ada sesuatu yang dapat menahan mereka di Dunia Bawah. Sesuatu yang sangat indah sehingga mereka enggan kembali ke bumi sampai waktu yang sangat lama. Bila perlu, sesuatu yang bisa mengikat mereka.

Persephone berusaha memusatkan pikiran, mengingat segala kenangan indah selama ia berada di Dunia bawah untuk mengumpulkan energi positif. Persephone belum pernah melakukan ini sebelumnya, tetapi ia akan mencoba menumbuhkan sebuah pohon.

"Aku pasti bisa! Aku bisa merasakan kekuatan dalam diriku!" Dahi Persephone berkerut ketika serabut akar pohon mulai menembus tanah dan menjalar ke permukaan. Meski mampu memulihkan batang kayu yang mati, menghidupkan satu pohon utuh adalah hal yang sangat sulit baginya. Persephone sering kali berlatih dibantu Demeter, tetapi ia belum pernah berhasil melakukannya.

Demi nama Sungai Styx, dalam kedamaian maupun dalam kehancuran, dalam kebahagiaan maupun dalam kesulitan, aku bersumpah akan terus mencintai dan melindungi Persephone.

Persephone menutup mata begitu mengingat sumpah pernikahan yang diikrarkan Hades. Bila para arwah memutuskan bereinkarnasi kembali ke bumi, Persephone justru tidak menemukan celah yang dapat mengingkari keputusannya untuk menetap di Dunia Bawah. Segala sesuatu yang ia butuhkan ada di sana. Cinta, penghormatan, pengakuan, semua diberikan Hades untuknya. Perasaan tersebut menciptakan luapan energi besar dalam diri Persephone sampai sekujur tubuhnya bergetar.

"Persephone!" Hades menahan pundak Persephone yang terhuyung dan jatuh terlelap di pelukannya. Hades tahu Persephone telah mengerahkan banyak tenaga, tetapi apa yang ia saksikan membuatnya bergeming.

Tunas pohon yang mencuat di tanah semakin tumbuh tinggi, mengeras dan membentuk batang yang kokoh. Daun-daun hijau muncul dari jalinan ranting yang menyebar dengan sangat cepat. Yang paling menyita Perhatian Hades adalah buah berwarna merah menyala di antara tangkainya.

"Pohon delima?"

Dengan membawa Persephone dalam dekapannya, Hades mendekat. Batang pohon delima tersebut memancarkan cahaya di balik setiap guratannya. Tidak butuh waktu lama bagi Hades untuk menyadari bila ada kekuatan magis yang mengalir di dalamnya—entah apa. Sesuatu yang misterius, tetapi terasa kuat dan mengikat.

Hades memandang Persephone yang terlelap. Mengalirkan kekuatan magis pada suatu objek tidak bisa dilakukan sembarangan. Hanya dewa-dewi Olympia yang memiliki kekuatan dewata tinggi bisa melalukan transfer energi pada barang-barang sakti mereka. Ia mampu mengalirkan energi masif pada dwisulanya saat bertarung. Demikian juga dengan Zeus dan petirnya, juga Poseidon dan trisulanya.

Tunggu! Hades terhenyak di tempat. Ia teringat pada surat yang diberikan Zeus secara diam-diam ketika terakhir kali mereka bertemu. Di sebuah baris, lewat tulisan tangannya yang nyaris tidak terbaca, Zeus menyebutkan bahwa perasaan cinta yang besar akan melepas Persephone dari kutukan Demeter.

Bila demikian .... Hades mengusap wajah Persephone dengan tangan bergetar. Persephone berhasil mendapatkan kekuatannya kembali!

💐💐💐

Aula Dewan yang biasanya kosong, kali ini terasa sesak. Zeus tiba-tiba mengumumkan rapat darurat dan meminta para Olympia meninggalkan tugas mereka untuk hadir di Aula Dewan. Selain Hepaethus yang sibuk dengan inovasi barunya untuk menciptakan alat yang bisa membantu manusia di tengah badai salju, juga Ares yang keabsenannya tidak perlu dipertanyakan, hadir di sana Athena, Hermes, juga si kembar Apollo dan Artemis.

Zeus menatap wajah putra-putrinya dari atas singgasana. Kekhawatiran Zeus akan hawa kebangkitan Gaia akhirnya terbukti. Akibat badai salju yang berkecamuk tiada henti, para manusia semakin giat menyembah Gaia dan membuat para monster yang semula lemah dan bersembunyi kembali menunjukkan taringnya.

"Para raksasa terkutuk itu," celetuk Hermes, "baru berani muncul saat-saat begini!"

Apollo menahan kepalanya untuk tidak mengangguk. Raksasa pengecut yang mereka kalahkan di waktu lampau baru muncul saat merasakan hawa kebangkitan Gaia yang memihak mereka. Apollo tidak sebenarnya tidak gentar, justru mengalahkan monster bisa menjadi ajang unjuk kekuatan baginya. Namun menyadari keadaan di bumi yang berselimut salju, Apollo tahu tidak boleh gegabah.

"Ini adalah kesempatan kalian untuk membuktikan kekuatan dan menegaskan kepemimpinan Olympia."

Zeus berujar dengan suara berat. Putra-putrinya yang tangguh bisa mengurus para monster yang memberontak selagi ia berbicara dengan Hades untuk mengembalikan Persephone. Zeus tidak menginginkan perpisahan di antara Hades dan Persephone, sungguh. Ia tidak menyatukan mereka untuk berpisah.

Akan tetapi dibanding Demeter yang keras kepala, Hades paling tidak masih bisa diajak berunding. Persoalan hubungannya dengan Persephone, Zeus akan memikirkan caranya nanti. Hal yang paling mendesak saat ini adalah menenangkan Demeter untuk mencegah Gaia bangkit dan merebut pemerintahan mereka atas dunia.

"Kurang tegas apa lagi coba," komentar Artemis yang kemudian memutar mata saat mendapat tilikan dari Athena. Ia memandang ke arah Zeus dengan wajah cemberut. "Ayah, ini jelas-jelas ulah Demeter. Kenapa kami semua harus bertanggungjawab!"

"Bumi dan segala isinya adalah tanggungjawab semua dewa, Artemis," tegur Athena.

"Hah, lucu sekali! Lalu kenapa kau tidak mengatakan itu pada Demeter yang telah mengacaukan bumi?" Artemis bersedekap lalu kembali menatap Zeus. "Aku tahu ini tanggungjawab kami sebagai dewa-dewi Olympia. Lantas Demeter? Mengapa ayah hanya berdiam diri dengan sikapnya!"

Apollo hampir saja bertepuk tangan untuk Artemis. Saudari kembarnya itu benar. Zeus tega menghukum mereka saat berbuat kesalahan, tetapi seolah tidak bisa melakukan apa-apa untuk memaksa Demeter berhenti melampiaskan amarahnya pada bumi. Namun jika seandainya argumen tadi keluar dari mulutnya, yakin saja Zeus akan mendepaknya dengan sepenuh hati, bukan memasang wajah bijak seperti yang ditunjukkannya pada Artemis sekarang.

"Ayah sudah mengatur rencana untuk itu, Artemis. Sebab itu pula ayah membutuhkan kalian untuk menaklukkan para raksasa sampai masalah dengan Demeter selesai." Zeus berdeham beberapa kali. "Lagipula kalian pernah melawan raksasa itu sebelumnya."

"Bukankah itu berarti mereka harus lebih berhati-hati lagi? Para raksasa itu telah mengetahui siasat tempur mereka." Hera menginterupsi. Hera tidak bermaksud membela Artemis. Namun, ia merasakan kegusaran yang sama dengan putri manja Zeus tersebut. Tidak di masa lalu maupun sekarang, Zeus selalu saja menuruti kehendak Demeter. Hal tersebut membuat Hera muak.

"Jangan khawatir, Hera. Mereka telah berlatih selama bertahun-tahun." Zeus memandang para Olympia muda di singgasananya masing-masing. "Ini bukan hanya kewajiban, melainkan juga harga diri kalian. Buktikan itu."

Athena melenggut patuh kemudian berdiri guna mengajarkan siasat perang baru kepada Hermes, Apollo, dan Artemis. Meski masih menunjukkan ekspresi kurang suka, Artemis tetap menyimak. Di mulai dari Hermes, mereka kemudian meninggalkan Aula Dewan satu per satu.

"Hei, tukang pos modal nyali!" seru Apollo pada Hermes yang berjalan paling depan. Ia merongoh saku kemudian melemparkan pada Hermes sebuah botol kaca. "Itu ramuan yang bisa menyembuhkan luka dalam sekejap mata."

Hermes dengan sigap menangkap botol yang dilemparkan Apollo. Cairan berwarna hijau keruh tersebut lebih menyerupai racun disbanding obat. Hermes bertaruh rasanya pasti sangat pahit, tetapi kepedulian Apollo membuat hatinya cukup tersentuh. Ya, dalam kondisi tertentu, obat dan racun memang tidak ada bedanya. Bahkan ichor yang mengalir dalam tubuh mereka justru mematikan bagi manusia.

"Kembalilah dengan selamat jika kau ingin berterima kasih." Sudut bibir Apollo membentuk senyum pongah. "Aku tidak punya banyak waktu sekarang."

Hermes mendengkus kesal pada Apollo yang beranjak lebih dulu. "Kalau begitu pastikan kau pulang ke sini dan jangan lagi berubah jadi gagak!" teriaknya sembari menjulurkan lidah.

Zeus yang memperhatikan itu dari ambang pintu hanya menghela napas. Meski pikirannya luar biasa kacau, ada sedikit perasaan senang dalam hatinya. Kedua putranya yang senantiasa beradu mulut itu kini tampak "akur", walau dengan cara yang tidak biasa. Belum pulih dari rasa terkejut, Zeus kembali dibuat terpaku saat Hera tiba-tiba menyela Langkah Artemis dan memberikan pada putrinya sebuah mantel tebal berbahan kulit.

"Lokasi tempatmu melawan monster berada di dekat kutub. Situasi di sana lebih dingin daripada yang lain." Hera menyerahkan mantelnya pada Artemis. "Pakailah mantel ini."

Artemis mengerutkan kening. Lebih mudah baginya menganggap hal tersebut sebagai tipu muslihat Hera dibanding bentuk perhatian orang tua pada anaknya. Lagi pula, Hera tidak pernah memperlakukannya sebagai seorang anak. Namun menyadari di belakang sana Zeus mengangguk pelan, Artemis akhirnya menurut. Hera tidak mungkin berniat buruk padanya secara terang-terangan di hadapan ayahnya.

"Terima kasih." Artemis menahan napas sejenak saat bertatapan dengan Hera yang untuk sekali ini tampak tulus padanya. "Ibunda ratu."

Sepeninggal Artemis, Hera pun berbalik. Ia hanya melirik Zeus dengan senyum kecil sebelum masuk kembali ke Aula Dewan. Hanya Athena satu-satunya Olympia yang berdiri di hadapan Zeus sekarang.

"Athena," panggil Zeus lembut tetapi terdengar tegas. "Pergilah ke Istana Timur."

Athena memutar badan. Ia tahu benar maksud dari perintah Zeus. "Mengapa aku harus melakukan hal itu, Ayah?"

"Kau melawan raksasa yang terkuat yang memimpin sekelompok pasukan."

"Aku tidak butuh bantuan Ares!" bantah Athena. "Aku bisa melawan dengan kekuatanku sendiri!"

"Ayah tidak meminta Ares turun ke medan perang untuk membantumu," kata Zeus masih dengan suara yang tenang. "Ayah hanya memerintahkannya agar dia memenuhi kewajibannya sebagai seorang dewa Olympia."

Athena memasang gestur tegap, berusaha mengendalikan diri. "Lalu mengapa aku yang harus menghubunginya?"

"Sebab dia hanya mendengar kata-katamu." Zeus tersenyum seraya menepuk pundak putri kebanggaannya. "Kalau tidak percaya, coba saja buktikan sendiri."

💐💐💐

Ruang kerja Hades hanya diterangi sinar temaran dari beberapa lentera yang dibiarkan menyala. Penguasa alam kematian tersebut berkutat seorang diri sambil memandangi langit-langit. Persephone masih beristirahat dan ia tidak ingin mengganggu tidur sang dewi. Hades sebenarnya betah menemani Persephone, memberi istrinya dekapan erar agar tetap hangat dan nyaman. Akan tetapi begitu kembali ke istana, para Morai telah menunggunya untuk menyampaikan sesuatu yang penting.

Pada dasarnya, Hades memang beristirahat seperlunya saja. Sebagian besar waktu ia habiskan untuk bekerja. Baru ketika Persephone tinggal bersamanya, Hades mulai membagi waktu dengan benar. Sayang sekali, Hades pun tidak bisa mengabaikan ketiga Dewi Takdir tersebut.

"Apa ada sesuatu yang terjadi di Dunia Atas?" Hades bergumam. Morai mengatakan bahwa dalam waktu dekat, akan ada kematian dalam jumlah besar. Besar kemungkinan itu disebabkan oleh bencana atau mungkin peperangan.

Sebelah tangan Hades menyanggah kepala, memikirkan Dunia Atas kembali membuatnya teringat pada kekuatan Persephone yang belum sepenuhnya ia pahami. Persephone menciptakan buah delima dengan kekuatan magis, dan segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh dengan energi tersebut sepatutnya dapat mengikat seseorang. Seperti air yang diminum dari sungai Styx.

Hades beranjak dari balkon istana. Dari kejauhan, padang Elysian tampak seperti hamparan permadani penuh warna. Sesuai dugaannya, para arwah di sana menyambut perubahan yang diciptakan Persephone dengan gembira. Mereka juga beramai-ramai memasuki labirin dan berusaha memecahkan teka-teki di dalamnya.

Apa yang akan terjadi bila para arwah memakan buah delima yang diciptakan Persephone? Hades belum bisa menerka itu. Barangkali Persephone akan menjelaskan padanya saat terjaga nanti. Sekarang ia akan meminta Thanatos mencari tahu keadaan di bumi untuk menegaskan ketetapan yang diputuskan Morai.

"Aku harus memanggil Thanatos," Hades membatin. Begitu hendak kembali ke dalam ruangan, Dewa Kematian itu tahu-tahu sudah menampakkan diri lebih dulu. Hades ingin memuji kesigapan Thanatos yang muncul seiring kehendaknya. Akan tetapi, air muka tegang berikut laporan yang diberikan oleh dewa yang ia percayai sebagai tangan kanann tersebut membuat Hades mengurungkan niat.

"Yang Mulia Hades, badai salju sedang melanda hampir semua wilayah di bumi."

Thanatos meneguk sebentar, membasahi kerongkannya yang kering. Ia tahu berita yang disampaikannya tidak akan kabar baik bagi Hades maupun Persephone.

"Zeus memanggil Anda untuk bertemu di istana Olympus sesegera mungkin."

🔱🔱🔱
TBC

Halo, Loyal Readers tersayang. Aku kembali setelah mengurus banyak hal di dunia nyata. Maaf karena membuat kalian menunggu sangat-sangat lama.

Di chapter selanjutnya kita akan memasuki bagian yang lebih serius, yang pastinya semakin seru. Kira-kira Hades bersedia mengembalikan Persephone atau tidak?
🥺👉🏻👈🏻🥺

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro