ARC MOVIE(Terjebak Di Dalam Permainan)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Sambutan Dari Laki - Laki Misterius]


Perlahan aku buka kedua mataku dan mendapati diriku tengah berdiri sendirian di sebuah ruangan yang serba putih, angin bertiup dari arah belakang punggungku. Dengan cepat aku balikkan badanku dan mendapati sebuah gerbang putih polos dengan huruf - huruf kapital disetiap gerbang itu, membentuk sebuah langit - langit taman yang berbentuk bulan sabit atau bundar.

Semua huruf itu di mulai dari A yang berada di ujung sisi kiri gerbang putih itu sampai ke huruf Z yang ada di ujung sisi kanan gerbang. Pada saat aku melangkahkan kaki kananku mendekati gerbang itu, seketika itu juga setengah atau 13 dari 26 huruf kapital itu bersinar terang. Merah, kuning, hijau, biru, orange, hitam, putih, ungu, abu - abu, pekat, cerah dan gelap.

Aku tidak tahu apa maksudnya itu semua.

Kenapa setengah dari huruf kapital itu bersinar terang pada saat aku melangkahkan kakiku?

Pada saat aku ingin lebih dekat lagi dan ingin menyentuh gerbang putih itu dengan tangan, kaki, dan tubuhku sendiri. Tiba - tiba semuanya menjadi gelap, tidak ada penerangan cahaya sedikitpun. Di tengah kegelapan itu keluar cahaya putih di depanku, cahaya itu membentuk huruf kapital yang menunjukkan huruf A. Huruf A tidak cuma satu melainkan banyak sekali, semua warna menempel pada huruf A itu dan mereka semua mengelilingi.

Sang Penyelamat?

Bocah ini?

Itu tidak mungkin!

Ataukah Sang Pembawa Kehancuran?

Anak ini?

Tidak mungkin!

Semua huruf A itu mulai berbicara tentang diriku, setiap kata - kata yang keluar dari suara mereka, tidak ku mengerti semuanya.

Sang Penyelamat?

Sang Pembawa Kehancuran?

Siapa?

Aku?

<SKIP POV>

Perlahan aku buka kedua mataku (lagi) dan pandangan pertamaku adalah sebuah langit - langit ruangan yang memiliki gambar awan putih, dinding sama seperti langit - langit yaitu memiliki gambar awan putih.

"Nii - san..." panggil seorang gadis bersurai hitam yang ada di sisi kanan ranjangku.

Aku segera bangkit dari tidurku dan menatap datar gadis itu.

"Ohh~~~ Rena. Selamat pagi..." sapaku malas karena ingin kembali tidur.

"Nii - san, ayo cepat bangun. Matahari sudah naik tuh.." pinta Rena seraya mencoba menarik selimut hangat yang terlihat menyatu dengan tubuhku.

"Ayolah Rena~~....memangnya ini sudah jam berapa??" balasku malas.

"INI SUDAH JAM 9 PAGI!!" teriak Rena sambil melempar selimut hangatku ke sudut ruangan.

"Jam sembilan?? Aku seperti tidur mati saja.." gumamku seraya mengucek kedua bola mataku.

"Nii - san, cuci muka setelah itu sarapan pagi..." perintah Rena.

Sekarang aku baru sadar jika Rena tengah mengenakan celemek hitam dengan gambar anak kucing putih di perutnya.

"K - Kenapa Nii - san menatapku seperti itu??" tanyanya menatapku sinis bercampur malu.

"Tidak. Hanya saja kau seperti seorang ibu saja.." candaku berhasil membuat kedua pipi Rena menyemburkan warna merah muda.

"B - B - BODOH!!!!" teriak Rena lalu berlari keluar dari kamar.

"Sekali - kali jahil tidak apakan, hehehe.." kataku bicara sendiri.

Aku keluar dari singgasana surgaku (ranjang) dan mengambil selimut yang berada di sudut ruangan lalu melipatnya dengan rapi kemudian aku letakkan selimut itu di dekat kaki ranjang. Aku goyangkan pinggulku membentuk lingkaran, lalu mengangkat tangan dan merenggangkan kedua otot tanganku.

"Ahhh~~~" desahku setelah selesai olahraga pagi yang singkat.

Kedua mataku ini tertuju ke sebuah bingkai foto, dimana tiga laki - laki dan dua gadis perempuan sedang tersenyum lebar. Aku ikut tersenyum melihat bingkai foto itu, lalu aku beranjak dari tempatku menuju pintu kamar. Sekali lagi aku tatap bingkai foto itu yang memiliki tulisan kecil di bawah bingkai foto itu walaupun kecil aku dapat membacanya....

Tim Virus

<Author POV>

Alfharizy duduk santai di kursi kayu kecilnya yang setinggi 25cm itu, di tangan kanannya terdapat alat memancing ikan. Alfharizy berada di sebuah danau yang besar dan luas, tujuan Alfharizy cuma satu di danau ini yaitu memancing.

Kail pancing yang ada di depan Alfharizy tiba - tiba bergerak sedikit, tangan kirinya sudah bersedia di tempatnya. Ketika kail pancing itu tenggelam, tangan kiri Alfharizy memutar roll kawat pancing dan menarik ke atas alat pancingannya. Seekor ikan terbang dari dalam air dan bagian mulut ikan itu tertempel di kail mancing.

"BERHASIL!!" seru Alfharizy kegirangan lalu melepas ikan itu dari kail pancingnya dan melempar ikan itu ke sebuah ember besi yang penuh dengan ikan yang sama.

"Jika kau terus melakukan itu maka populasi ikan di danau ini akan punah.." kata seorang laki - laki yang tiba - tiba ada di belakang Alfharizy.

Alfharizy membalikkan badannya dan menatap laki - laki itu dingin.

"Salahkan ikannya yang hidup di air..." balas Alfharizy menatap dingin laki - laki itu lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Jika hidup di darat maka bukan ikan namanya.." seru pria itu sambil menghela nafas.

<Asia, Yuki & Zakuro POV>

Asia, Yuki dan Zakuro berjalan beriringan seraya membawa satu kantong plastik masing - masing di tangan mereka, Asia terlihat membawa beberapa buah - buahan yang segar, Yuki membawa bumhu - bumbu yang akan menjadi pelengkap makan malam mereka dan Zakuro membawa alat masak seperti pisau dapur dan lainnya, entah untuk apa pisau dapur itu.

"Asia - chan, Za - chan, aku tidak sabar membuat makan malam untuk kita semua, termasuk untuk Riza - nii.. " kata Yuki senang sambil menatap bumbu - bumbu yang nantinya akan Yuki gunakan.

"Hmm~~~aku juga, Yuki - chan.." tambah Asia.

"Aku juga.." lanjut Zakuro.

Bruk?!

"Auwh?!!"

Yuki tiba - tiba terjatuh setelah bertabrakan dengan seseorang.

"Yuki - chan, apa kau baik - baik saja??!!" tanya Asia seraya mencoba membantu Yuki berdiri.

"A - Aku baik - baik saja, yang lebih penting apa bumbunya masih utuh?" tanya Yuki berpura - pura tidak kesakitan.

"Bumbunya tidak apa.." jawab Zakuro datar kemudian menatap dingin laki - laki berambut biru muda yang memiliki warna mata merah itu.

"Kuro.." geram Zakuro.

"Zaku.." geram Kuroko.

"APA YANG KAU LAKUKAN???" teriak Zakuro keras.

"Sudahlah kalian berdua, kalian berdua bukan anak kecil lagi..." kata seorang laki - laki berambut biru tua yang memiliki manik merah darah di kedua bola matanya itu.

Mata Zakuro membulat setelah melihat kehadiran laki - laki itu, tanpa berkata Zakuro melompat ke depan laki - laki berambut biru tua itu.

"Onii - san!!"

<Riza POV>

Sekarang aku berada di dapur sedang mencuci piring kotor yang baru saja aku pakai, di sampingku ikut membantu Rena.

"Maaf ya, Rena. Kami selalu meminta bantuanmu.." lirihku.

"Tidak apa. Rena malahan senang dapat membantu semuanya..." balas Rena sambil tersenyum kecil, karena tidak akan kerjaan aku pun ikut tersenyum kecil.

"Hwahahahaha...." tawa keras seseorang dari arah belakangku membuat piring yang sedang aku cuci terlepas dari tanganku dan terjun bebas ke danau busa yang ada di depanku.

"Ahh??!" pekik Rena setelah terkena semburan air yang melompat ke arahnya, tidak Rena saja bahkan aku juga terkena semburan air itu.

Kami berdua membalikkan badan kami bersamaan menatap dingin sosok gadis loli yang sedang tertawa lepas diruang tamu.

""HANA!!!""

<Author POV>

Seorang laki - laki berambut hitam gelap yang mengenakan kemeja jaket hitam yang bagian depannya di tutup rapat, di belakang laki - laki itu ada dua laki - laki lain, yang satu berambut merah darah seperti rambut tokoh anime Naruto dan satunya lagi berambut coklat jabrik dengan masker hitam bermotif tanda detak jantung yang berwarna putih, dia mengenakan kaos hitam berlapis jaket hitam lengan pendek, sependek pundak dan celana jeans abu - abu kehitaman.

Aura biru keluar di tangan laki - laki berambut hitam, tepat di depannya ada sebuah layar hitam yang besar tengah memperlihatkan video anime yang sangat populer saat ini yaitu SAO.

"Mari kita mulai permainannya..."

<SKIP POV>

Alfharizy berjalan pelan beriringan dengan laki - laki berambut hitam kebiruan yang mengenakan kaos biru tua lengan panjang itu seraya membawa dua buah ember besi di masing - masing tangan Alfharizy.

"Hari ini aku akan makan banyak.." kata Alfharizy tersenyum lebar melihat tumpukan ikan segar di kedua ember besi yang dia bawa.

"Aku turut berduka cita atas mereka yang kehilangan anggota keluarga mereka.." kata laki - laki itu datar seraya menatap tumpukan ikan yang di bawa oleh Alfharizy.

"Diamlah. Lebih baik kau membantuku membawa semua ikan ini.." seru Al kesal.

"Aku di minta Riza untuk mengawasimu, bukan untuk menerima perintah darimu.." balas laki - laki itu.

"Tcih..."

Alfharizy dan pria itu berhenti di sebuah mobil van berwarna putih polos dengan sedikit warna merah dan biru di sisi kanan dan kiri van itu, Alfharizy membuka bagasi belakang van dan meletakkan dua ember besi itu kemudian menutup bagasi van. Alfahurxy berjalan masuk ke dalam mobilnya, dimana laki - laki tadi telah menunggunya di kemudi mobil.

"Kita jalan.." bersamaan dengan itu mobil van itu berjalan pelan setelah di gas oleh pria itu.

"Sepi sekali..." kata Alfharizy seraya menarik layar hitam kecil yang terselip di bawah radio mobil.

Alfharizy menyalakan layar kecil itu dan melihat sebuah channel yang rusak.

"Apa ini???"

Alfharizy mencoba mengganti channel itu tapi semua channel yang ingin di lihat oleh ia sama seperti channel pertama, pada saat Alfharizy ingin mematikan layar hitam itu.....

"Heh? Tidak bisa mati???" kata Alfharizy bingung melihat layar hitam kecil itu masih menyala.

"Apa kau merusaknya?" tanya laki - laki itu yang ada di samping Alfharizy.

"MANA MUNGKIN AKU MERUSAKNYA!!!"

"Tapi Kenapa tidak mau mati?" tanya laki - laki itu lagi.

"Mana aku tahu.."

Alfharizy terus mencoba untuk mematikan layar hitam kecil itu tapi hasilnya nihil, tidak mau mati.

Bbbbbbbbbzzzzzzzzzz.......

Suara yang sangat bising tiba - tiba keluar dari dalam layar hitam itu membuat mobil van berhenti mendadak.

"A - Apa ini???" tanya Alfharizy seraya menutupi kedua lubang telinga.

<SKIP POV>

"Ugh..." pekik Zakuro sakit sambil menutup kedua lubang telinganya setelah mendengar suara bising yang keluar dari layar hitam panjang yang terpajang di dalam toko di samping kanannya.

"Telingaku sakit.." cetus Yuki.

"Apa - apaan ini???" tanya Kuroko seraya menutupi telinga mengikuti Zakuro dan lainnya sementara laki - laki berambut biru tua yang ada di samping kanan Kuroko, matanya terfokus ke arah layar hitam yang menampilkan channel yang rusak.

"Aku merasakan firasat yang buruk..."

<Riza POV>

"AAAAAAAAAA" teriak Hana dan Rena bersamaan di depanku, aku ambil remote tv dan tekan tombol 'off' tapi layar tv yang menampilkan channel rusak itu tetap menyala.

"Urgh..." pekikku mulai merasakan sakit di kedua telingaku.

"Sial!!!!"

Aku lepas kedua tanganku yang melindungi kedua lubang telingaku dari serangan dari suara super bising.

"AAARRGH!!!!!" jeritku kesakitan di bagian telinga, aku melihat Rena tengah mengatakan sesuatu kepadaku tapi aku tidak bisa mendengarnya, mungkin kedua gendang telingaku telah pecah. Buktinya aku dapat merasakan sesuatu yang hangat sekaligus kental di kedua lubang telingaku.

Aku ambil note yang tersimpan disaku kiri belakangku dan mulai menulis.

Buatkan dua pasang penutup telinga pada Hana dan Rena

Pada waktu bersamaan sepasang penutup telinga seperti headsheet terlihat di kedua telinga Hana dan Rena, aku cuma tersenyum tipis melihat itu.

<Rena POV>

"Penutup Telinga? Bagaimana dengan Nii - san???" batinku khawatir.

Kekhawatiranku bertambah setelah melihat cairan merah menjalar keluar dari kedua lubang Nii - san.

"KAK RIZA!!!" teriakku berlari ke tempat Kak Riza.

Aku pegang wajah Kak Riza dan memutarnya sedikit ke samping, wajahku menjadi pucat setelah melihat lubang telinga Kak Riza berwarna ungu gelap.

"Kenapa?" tanyaku pelan.

"APA KAU BILANG SESUATU, RENA???" tanya Kak Riza dengan cara berteriak.

"Kenapa? Kenapa Kakak melak-----" pertanyaanku terpotong oleh suara seseorang yang keluar dari dalam tv.

Aku palingkan pandanganku dan menatap tv yang ada disisi kiriku, seorang laki - laki berambut hitam berjaket hitam rapi tengah berada di dalam tv.

Halo semuanya...

Kalian pasti bingung 'kenapa aku bisa ada di dalam sini?'...

Pertanyaan itu akan segera terjawab pada saat aku menyelesaikan pidatoku...

Panggil saja aku dengan sebutan Kailyas. Aku adalah salah satu dari pengguna kekuatan dan kode namaku adalah 'G' yang artinya Game (Permainan).....

"Penggunaan kekuatan? Entah kenapa aku merasakan hal buruk?!!!" batinku.

Dengan kekuatan ini, aku dapat membuat siapa pun termasuk ke dalam suatu permainan. Kekuatanku ini dikhususkan untuk semua orang termasuk kalian para pengguna kekuatan....

Tubuhku tiba - tiba bergetar sedikit setelah melihat tatapan dan senyuman laki - laki yang bernama Kailyas itu.

Jadi kepada semua penduduk Indonesia.... Selamat bermain!!!!

Seketika itu juga cahaya biru menarik tubuhku masuk ke dalam layar tv dan menghilang ketika itu juga.

<Riza POV>

"Sial. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Apa yang baru saja di sampaikan oleh laki - laki berambut hitam itu? Kenapa tubuhku tiba - tiba tertarik dan masuk ke dalam layar tv?"

Beberapa pertanyaan tertempel di dalam kepalaku, tubuhku menembus suatu lubang dimensi. Tubuhku terbang bebas, aku sekarang berada di atas langit bersama para awan - awan. Aku baru sadar bahkan sekarang aku dalam bahaya, dengan cepat ku keluarkan noteku tapi tanganku terasa sangat licin dan membuat note yang ada di tangan kiriku terlepas dan jatuh ke bawah mendahului diriku.

Jarakku dengan pohon besar yang ada di bawahku sangat dekat, aku angkat kedua tanganku membentuk tanda silang. Dahan - dahan pohon itu menghantam tubuhku dengan kuat dan cepat, salah satu dahan pohon itu menghantam kedua tanganku dengan sangat keras membuat kedua tanganku terangkat tinggi ke atas. Tepat di depanku telah ada dahan pohon yang tebal, aku tidak bisa menghindar dengan keadaanku seperti ini. Dahan tebal itu menghantam tepat di bagian perutku, aku berputar cepat ke bawah, daun - daun hijau menghantam kasar wajahku dan terakhir punggungku menghantam tanah yang di penuhi rerumputan hijau yang banyak.

Braaaak......

Bagian belakang tubuhku menghantam keras tanah, darah mulai keluar dari mulutku, kedua tanganku lemas tapi kakiku masih kuat untuk berdiri dan berjalan.

Tujuanku saat ini adalah mencari Rena dan meminta kepadanya untuk menyembuhkanku. Tiba - tiba kaki kiriku menghantam batu kecil yang berduri di sana dan membuatku jatuh ke depan dengan dagu terlebih dulu menghantam tanah yang di penuhi rerumputan hijau, kaki kiriku tidak bisa aku gerakkan sekarang, sial sekali.

Imajinasiku saja atau tanah yang aku tempati ini sedang bergetar cukup kuat, langkah kaki berat terdengar dibelakangku, pohon hijau yang ada dibelakangku tumbang. Seekor makhluk berkulit hijau tanpa pakaian, cuma bagian bawahnya saja yang terlindungi oleh kulit harimau, makhluk itu membawa sebuah kapak besar ditangan kirinya.

"O - Ogre??"

Aku berpikir aku sedang berimajinasi sekarang di karenakan kelelahan yang luarbiasa tapi langkah kaki beratnya membuatku berpikiran sebaliknya. Ogre itu semakin mendekat ke tempatku yang sedang terkapar tanpa ada perlindungan.

"Aku harus segera mengaktifkan 'Awakening Mode' jika tidak aku akan mati..." batinku seraya menggerakkan tubuhku.

Aku putar tubuhku menghadap ke Ogre yang telah siap menjatuhkan kapak besarnya ke arahku, dengan sedikit tenaga tersisa ku gerakkan tanganku ke dada kiriku, dimana kode nama Author milikku berada.

Graaaaa......

Ogre itu menjatuhkan kapaknya setelah melihatku menyentuh dada kiriku.

Awakening Mode

Aku genggam kuat dada kiriku dan bersiap untuk mengucapkan satu kata terakhir bagi Ogre itu.

Tombak Kematian Dewa Kegelapan

Tiba - tiba tombak hitam raksasa melesat di tengah tubuh Ogre itu dan memotongnya menjadi dua belah bagian.

Seorang laki - laki berambut hitam kebiruan menerjang Ogre itu dari atas, tanpa basa - basi laki - laki itu menebaskan katananya vertikal lurus ke bawah, membelah tubuh Ogre itu menjadi empat bagian. Laki - laki itu mendarat dengan sangat mulus di depanku, suara panggilan terdengar di samping kiriku. Aku paksakan kepalaku menengok ke asal suara itu dan mendapati Al dan Rena tengah berlari ke arahku.

"Kalian lama sekali.." bisikku kembali menatap laki - laki yang ada di depanku ini.

"Terimakasih Rey, kau telah menyelamatkanku..."

[Pergerakan]

<Riza POV>

Aku duduk manis menunggu Rena selesai menyembuhkan semua luka yang aku terima pada saat aku jatuh dari atas langit, aku lirik Al dan Rey, mereka berdua sedang berpatroli. Tidak terasa Rena telah menyembuhkan semua luka yang aku dapatkan.

"Apa sudah baikkan, Nii - san?" tanya Rena.

"Hmm... Ini lebih baik.." jawabku mencoba menggerakkan beberapa anggota tubuhku.

"Hutan ini di penuhi para goblin dan ogre, kita harus segera mencari tempat persembunyian yang aman.." kata Rey yang melompat turun dari atas pohon.

"Kenapa ada goblin dan Ogre di dalam hutan??" tanyaku bingung.

"Itu karena kita ada di dalam game sekarang, Riza.." jawab Al yang ikut melompat turun dari atas pohon.

"Heh?"

"Jadi begini Nii - san..."

Rena menjelaskan semuanya kepadaku, siapa laki - laki berambut hitam itu? apa tujuannya? dimana kita sekarang?

Aku terdiam membisu mendengarkan penjelasan Rena yang dibantu oleh Al dan Rey.

"Kita harus bagaimana sekarang?" tanya Rey.

Aku berpikir sejenak sambil melipat kedua kakiku menyilang, Rena duduk manis, Rey berdiri menunggu dan Al tengah memainkan hp.

"Ah! Tidak ada jaringan.." cetus Al yang terlihat kesal itu kemudian menyimpan hp ke dalam sakunya.

".........."

".........."

".........."

"Apa?" tanya Al bingung melihat aku, Rena dan Rey menatapnya.

"Baiklah... Pertama kita harus keluar dari hutan ini dan mencari yang lainnya..."

Aku berdiri di ikuti Rena, baru bangkit dari duduk manisku tiba - tiba pohon besar yang ada di depanku tumbang. Sesosok bayangan raksasa keluar dari belakang pohon tumbang itu, makhluk itu memiliki kulit hijau yang kekuningan, sebuah kapak besar di tangan kanannya dan perisai bulat di tangan kirinya. Di belakang makhluk besar itu ada delapan goblin yang membawa senjata yang sama seperti goblin besar, dan mereka menatap kami semua dengan nafsu membunuh.

"Aaarghhh..."

Goblin besar itu berteriak keras membuat burung - burung yang ada disekitar kami terbang menjauh.

"Hati - hati, Rena baru saja merasakan sesuatu yang aneh dari goblin itu.." seru Rena seraya menatap cemas ke goblin besar itu.

"Tenanglah Rena, kami akan mengatasinya.." kataku mencoba menenangkan Rena.

Aku ambil noteku dan aku munculkan Gloves Hand Elementor di kedua tanganku.

"Al, Rey, aku serahkan kepada kalian..."

<Author POV>

Terlihat sebuah desa yang tenang tanpa ada keributan atau suara gaduh sedikit pun, tiba - tiba lubang dimensi muncul di atas desa itu dan menjatuhkan tiga perempuan dan dua laki - laki.

"AAAAAA...." teriak Asia dan Zakuro keras.

"Kalian berisik..." cetus Kuroko seraya menutup satu telinga.

"Yuki, apa kau bisa membuat sesuatu di bawah kita??" tanya laki - laki berambut biru tua, Ichiro.

"Baik Ichiro - san.." balas Yuki mantap.

Yuki merentangkan tangan kirinya ke bawah tubuhnya dan munculnya lingkaran sihir biru muda di telapak tangan kiri Yuki.

"Jawablah panggilanku wahai roh angin, Garuda..."

Angin bertiup pelan di bawah Yuki, angin itu berputar membentuk pusaran kemudian berubah menjadi seekor burung bersayap putih bermata biru muda, seperti burung garuda.

Ichiro dan Yuki mendarat terlebih dulu, di susul Asia, Kuroko dan Zakuro.

"Kalian semua baik - baik saja?" tanya Ichiro.

"Kami baik - baik saja, Onii - san.." jawab Zakuro.

Garuda yang di kendarai oleh Yuki dan lainya terbang pelan di atas desa yang tenang itu, terlihat beberapa penduduk desa menatap mereka dengan tatapan terkejut.

"Kenapa kita bisa ada disini?" tanya Kuroko sambil melirik ke kanan dan kiri.

"Itu mungkin ulah dari laki - laki yang bernama Kailyas itu, dia memasukkan kita semua ke dalam sini menggunakan kekuatan Kode Namanya.." terka Ichiro.

"M - Maksud Ichiro - nii d - di dalam game?" tanya Kuroko terkejut.

"Hmm.. Dan juga kita tidak tahu untuk apa dia mengirim kita ke dalam game ini.." lanjut Ichiro.

"Ichiro - san, aku melihat sesuatu.." panggil Yuki sambil menunjuk asap putih yang keluar dari dalam hutan.

"Mungkin ada seseorang di sana..." cetus Asia.

Ichiro, Kuroko, Yuki dan Zakuro mengangguk paham.

"Ayo kita ke sana!"

<Riza POV>

Al dan Rey berjalan terlebih dulu ke depan dengan santainya, Al membuka telapak tangan kanannya dan terciptalah sebuah tombak hitam tanpa mata sedangkan Rey mengangkat tangan kanannya ke depan seraya mengucapkan manteranya.

Mode Pedang : Katana Celestial

Cahaya biru muncul di tangan kanan Rey kemudian berubah menjadi pecahan - pecahan cahaya yang membentuk sebuah katana celestial putih mulus sepanjang hampir 2meter.

"Rizy - nii, Rey - san, Nii - san, selamat bersenang - senang..." sorak Rena dari belakang.

"Terimakasih atas dukungannya..." bersamaan dengan itu Al dan Rey menghilang di depanku, aku berlari sendiri menerjang semua goblin itu.

Elemen Tanah : Pukulan Penghancur

Aku pukul tangan kananku ke depan tanah para goblin itu, tanah yang ada di depanku mulai retak dan memperlihatkan tanah membuka mulutnya. Dua goblin jatuh ke dalam sana, pada saat beberapa goblin ingin melompat ke tanah yang tidak retak, tiba - tiba tombak hitam keluar dari dalam tanah dan menusuk mati tiga goblin yang ingin melompat itu. Dua goblin terakhir memilih untuk melarikan diri karena mereka sadar, mereka tidak dapat melawan kami tapi sayangnya Rey telah menunggu mereka di belakang dengan katana celestialnya. Rey melompat cepat ke depan dan mengayunkan katananya horizontal lurus yang memotong kedua kepala goblin itu, sekarang tersisa goblin yang besar. Goblin besar itu berlari ke arahku bersiap menyerangku dengan kapaknya.

"Al, Rey,... Seperti biasa..." seruku, secara otomatis Rey mengangguk kecil tanda dia paham sementara Al aku tidak mengetahui keberadaannya.

"Aaargh?!!"

Goblin besar itu tiba - tiba melompat ke atasku dan menghantamkan kapak besarnya.

Elemen Besi : Kulit Besi

Aku angkat kedua tanganku membentuk tanda silang, siap menahan datangnya kapak itu.

Bang...

Suara dentuman yang memekakkan telinga terdengar di depanku setelah kedua tanganku berhasil menahan jatuhnya kapak besar itu.

"SEKARANG!!!!"

Entah dari mana tiba - tiba dua buah tombak hitam raksasa menusuk tubuh goblin itu di dua arah berbeda, kapak yang beradu dengan tanganku secara otomatis terangkat mundur, hal itu aku manfaatkan untuk melompat mundur ke belakang. Sebuah bayangan kecil terlihat di atas goblin besar itu, dan bayangan itu adalah milik Rey yang terjun cepat ke atas Goblin.

Mode Pedang : Pedang Api

Katana Celestial Rey tiba - tiba mengeluarkan api yang panas, api itu menyatu dengan katana celestial dan merubah menjadi sebuah katana merah yang bagian bawahnya berwarna hitam gelap dan genggaman sedikit memiliki duri.

"Rena, mendekatlah ke tempatku.." perintahku, tanpa banyak tanya Rena langsung melaksanakan perintahku seperti biasanya.

Elemen Tanah : Dinding Pelindung

Dinding tanah muncul di depanku pada saat aku menyentuhkan kedua telapak tanganku di atas tanah.

Pada waktu bersamaan Rey telah melakukan tebasan vertikal lurus memotong rapi tubuh goblin besar itu, semburan api keluar dari bawah goblin itu dan membakarnya. Seluruh tubuh goblin itu dilahap oleh si jago merah dan cuma meninggalkan debu serta asap putih.

"Kerja bagus.." ucapku seraya menghilangkan dinding tanah yang ada di depanku.

Rey mengembalikan pedang apinya kembali ke wujud katana putih mulusnya, pada waktu bersamaan Al keluar dari dalam kegelapan hutan.

"Kerjasama yang bagus, Rey - san, Rizy - nii, Nii - san..." puji Rena.

""Terimakasih"" jawab kami serentak kompak, Rena cuma tersenyum manis melihat kami bertiga.

"Riza - nii..." panggil seseorang.

Aku angkat kepalaku dan mataku bergerak cepat ke arah suara itu berasal, aku lambaikan tanganku kepada Yuki dan lainnya yang tengah terbang ke arah kami menggunakan garuda milik Yuki.

<Author POV>

Seorang laki - laki yang bernama Kailyas itu berdiri tegak menghadap sebuah batu yang memilik tulisan kuno di sana, Kailyas terlihat sangat fokus memperhatikan tulisan itu.

"Hoi Kailyas memangnya apa yang kau baca sedari tadi??" tanya laki - laki berambut merah darah jabrik yang mengenakan pakaian kulit macan atau harimau itu.

"Aku juga tidak tahu, Diasember..." jawab Kailyas pelan lalu berjalan menjauh dari batu itu.

"Kageito, apa mereka telah berada di dalam sini?" tanya Kailyas seraya berdiri memandangi lebatnya daun - daun pohon dari ketinggian.

"Mereka telah ada disni... Baru saja..." jawab laki - laki berambut coklat yang mengenakan masker hitam berbentuk mulut.

"Begitu ya..."

Kailyas tiba - tiba duduk di ujung jembatan batu yang hampir hancur itu, Kailyas mengambil hp yang tersimpan disakunya dan membuka layar hp.

"Masih pagi, ya.." gumam Kailyas seraya menatap jam 10.13 yang tertera di layar.

"Diasember, Kageito,.... Ayo kita mulai permainan!!!"

<Riza POV>

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Riza?" tanya Ichiro.

"Heh? Kenapa Kak Ichiro bertanya kepadaku? B - Bukankah Kak Ichiro memiliki ide???" pekikku terkejut, Kak Ichiro cuma menggelengkan kepalanya pelan kemudian menatapku kembali.

"Kekuatanmu lah yang sangat berguna saat ini ketimbang kekuatanku.." jawab Kak Ichiro menbuatku terkejut, bukan aku saja bahkan Al dan lainnya ikut terkejut juga.

Kenapa tidak? Karena Kak Ichiro dapat membuat Riisycho kewalahan pada saat melawannya. Ini sungguh sebuah kejutan yang besar bagiku.

"Aku ingin kau---" permintaan Kak Ichiro terpotong oleh Hana yang tiba - tiba keluar dari semak belukar dengan penampilan kotor yaitu tanah menempel di baju tidurnya, sangat manis untuk seorang loli.

"Hana - chan, apa yang terjadi padamu?" tanya Yuki memasang ekspresi cemas.

"Tadi Hana jatuh di atas danau yang luas lalu tiba - tiba saja seekor monster besar, panjang, lebar dan berduri (buaya) menyerang Hana dari dalam air..." jawab Hana seperti sedang pidato.

"T - Terus?"

"Hana bunuh aja tuh monster.." jawab Hana datar.

"Baju yang kotor itu, bagaimana?" tanya Rena.

"Soal baju kotor ini Hana dapatkan pada saat sekumpulan monster kecil terbang yang memiliki jarum di ekornya (lebah) menyerang Hana. Mereka curang, menyerang dengan berkeroyok..." jawab Hana sambil menggembungkan satu pipinya.

Aku cuma terdiam di tempatku sambil memikirkan penjelasan Hana khas suara lolinya.

"Oh iya Kak Ichiro, tadi kakak mau bilang apa?" tanyaku.

"Oh aku hampir lupa.... Begini Riza, aku ingin kau menulis sebuah kalimat di notemu. Isinya adalah tujuan kita untuk keluar dari tempat ini.." cetus Kak Ichiro.

"Maksud Kak Ichiro, aku harus menulis kalimat yang membuat kita semua keluar dari tempat ini??" tanyaku menyakinkan.

"Benar tapi---"

"----Kemampuan Riza cuma berguna pada orang yang dia tulis saja di note itu.." potong Rey dengan nada serius, Kak Ichiro cuma mengangguk kecil.

"Rey benar sementara kita tidak tau nama - nama siapa saja yang telah Kailyas masukkan ke tempat ini.." lanjut Kak Ichiro memasang pose gaya detektif.

Keheningan melanda kami semua yang berusaha untuk memikirkan cara untuk membuat semua orang yang termasuk ke dalam tempat ini keluar dengan selamat.

"Aku punya ide.." kata Al membuat kami semua menatapnya.

"Apa itu, Rizy?" tanya Kak Ichiro penasaran.

"Kenapa kita tidak mengalahkan atau memaksa orang yang memasukkan kita ke dalam sini..." usul Al.

"Rizy ada benarnya juga, di tambah Kailyas adalah GM (Game Master) disini..." tambah Rey.

Kami semua saling bertukar pandang kemudian mengangguk tanda paham.

"Sudah di putuskan. Kita akan mencari Kailyas dan memaksanya untuk mengeluarkan kita dan semua orang yang ada disini.." jelas Kak Ichiro.

"Rena, Rey, Riza, Rizy dan Zakuro akan ikut aku ke tempat Kalilyas.." perintah Kak Ichiro.

"Asia, Hana, Kuroko, dan Yuki akan menjaga desa yang kita tinggalkan tadi jika ada monster ataupun penggunaan kekuatan yang menyerang..."

"LAKSANAKAN!!!!" bersamaan dengan itu kami semua terbagi menjadi dua kelompok.

Asia, Hana, Kuroko dan Yuki naik ke atas punggung garuda kemudian terbang ke arah desa semantara aku dan sisanya berlari masuk ke dalam hutan atau tepatnya berlari ke reruntuhan kuno yang ada di belakang kami. Reruntuhan itu berwarna kuning cerah, hampir seperti emas, reruntuhan itu menjulang naik ke atas langit seperti sebuah lantai.

"Kalian semua bersiaplah.." kata Kak Ichiro, pada waktu bersamaan tiba - tiba lima babi hutan, tujuh serigala keluar dari dalam semak - semak dan menghalangi jalan kami.

"Mereka seperti di dalam anime saja.." batinku sambil berpikir menatap semua babi hutan dan serigala itu.

Babi hutan gemuk berkulit keunguan, dua tanduk runcing semantara serigala memiliki kulit yang sama bedanya di mata serigala yang memancarkan cahaya merah yang terang.

"Aku, Rizy dan Rey akan maju ke depan melawan mereka sedangkan Rena dan Riza dukung dari belakang.." perintah Kak Ichiro.

"BAIK!!!"

Aku dan Rena menghentikan langkah kami, Rena telah bersiap di posisinya untuk menyerap kekuatan alam sementara tugasku menjaganya dari terjangan para serigala.

Elemen Es : Kuburan Duri Es

Aku letakkan kedua telapak tanganku ke atas tanah, seketika itu juga keluar duri - duri es yang tajam menusuk dua babi dan serigala.

Kak Ichiro berlari bersama Rey dan Al di dalam kuburan es itu, mereka berlari dengan sangat lihai terutama Rey. Rey adalah yang paling cepat di antara mereka bertiga, Kak Ichiro kedua dan Al terakhir, walaupun terakhir tapi serangan Al lah yang paling mematikan dari mereka bertiga.

Mode Pedang : Pedang Air

Katana Celestial Rey mengeluarkan titik - titik air kemudian pecah seperti sebuah bom, katana Rey berubah bentuk menjadi sebuah pedang biru laut yang panjang, di bagian atasnya sedikit ada warna putih dan di genggamannya ada motif seperti rumput laut.

"Aku duluan.." setelah mengatakan itu Rey menghilang dari tempatnya, berlari cepat ke kawanan babi.

Rey menyerang ketiga babi hutan itu dengan kecepatan yang laurbiasa, Rey berhenti di belakang ketiga babi hutan yang telah mengambang ke atas. Titik - titik air keluar dari dalam tubuh Ketiga babi Hutan dan menciptakan ledakan air yang kuat membuat ketiga babi hutan itu jatuh tidak bergerak lagi (mati).

Kak Ichiro melompat tinggi ke atas dan mendarat dibelakang kelima serigala seraya meletakkan tangan kanannya di atas tanah.

Red Jail

Sesuatu yang berwarna merah darah keluar dari dalam tanah membentuk sebuah penjara bundar yang bagian atasnya di biarkan terbuka.

Tombak Dewa Kegelapan

Sebuah tombak hitam raksasa jatuh di atas penjara merah itu, tombak itu menancap di tengah - tengah kawanan serigala itu. Pada waktu bersamaan tombak itu meleleh dan menelan kelima serigala itu tanpa ada sisa.

Kak Ichiro menghilangkan penjara merah yang dia buat dan mengangkat tangan kanannya kembali sementara Rey dan Al telah bergabung kembali.

"Rena, aku rasa kau tidak perlu ikut ambil bag---" kata - kataku terhenti setelah menyadari Rena tidak ada ditempatnya.

"Rena mana? Apa kalian melih---" pertanyaanku terhenti setelah melihat Kak Ichiro, Rey dan Al tidak ada di tempatnya juga.

"S - Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku bingung.

Sekarang aku berada di dalam reruntuhan, tapi di sini sangatlah gelap membuatku terpaksa mencari cahaya dan juga aku tidak melihat Zakuro di antara kami sedari tadi. Tapi Aku yakin mereka semua pasti akan baik - baik saja karena mereka kuat dan juga mereka adalah teman - temanku.

"Tunggu aku. Aku pasti akan mencari kalian semua!!"

[Pertarungan]

<Riza POV>

Aku berjalan melewati pintu yang di selimuti cahaya yang menyilaukan kedua mataku ini, cahaya itu menghilang setelah aku berhasil melewati pintu itu. Sebuah tempat yang bekas menjadi tempat tinggal seseorang, aku menyebutnya dengan sebutan reruntuhan. Tempat ini memiliki lantai - lantai beton yang telah hancur, begitu juga dinding yang ada di sisi kiriku sedangkan di sisi kananku terdapat sebuah tempat pandang, aku berjalan mendekat ke sana secara perlahan. Angin menyambutku pelan setelah aku berada di tempat itu, damai, tenang dan tidak ada suara sedikit....

Trak?!!

Suara retak lantai beton tiba - tiba terdengar di belakangku di ikuti suara geraman seekor makhluk yang tidak aku kenal, makhluk itu menghembuskan nafasnya ke belakang punggung leherku, sekarang aku tahu bahwa makhluk yang ada di belakangku sangatlah besar, buktinya bayangan tubuhku lenyap di gantikan bayangan super besar.

"Graaaaa....."

Makhluk itu meraung keras dari belakangku, tanpa menengok ke belakang, dengan cepat aku melompat ke kiriku pada saat bersamaan sebuah pedang ungu yang besar menghantam dan menghancurkan tempatku sebelumnya.

Aku memperbaiki cara berdiriku dan melihat makhluk atau monster itu, monster itu berkulit ungu tua mengenakan celana layaknya manusia, kepalanya berbentuk seperti kambing yang memiliki dua tanduk kuning dan pedang besar di tangan kanannya. Ciri - ciri monster itu mengingatkanku kepada satu monster yang terdapat di dalam anime dan nama monster itu adalah....

"B - Bukankah itu Gleam Eyes..." kataku tidak percaya.

Gleam kembali meraung dan mulai berlari ke tempatku, dengan sigap aku menciptakan dinding tanah di depanku tapi di hancurkan dengan mudah oleh Gleam cuma dengan menghantamkannya dengan tubuhnya. Gleam berhasil menerobos dan secara mendadak langsung menusukkan pedang besar ke arahku.

Elemen Besi : Kulit Besi

Duag??!

Aku terlempar ke belakang setelah terkena tusukan dari pedang Gleam, tanganku memang tidak sakit tapi punggung belakangku sangat sakit akibat berhantaman dengan tiang beton kuning yang ada di belakangku.

"Beri aku wak---" permintaanku terhenti setelah melihat Gleam membuka mulutnya, cahaya ungu yang kecil - kecil berkumpul di mulutnya.

"Kau pasti bercanda.."

Aku rentangkan kedua tanganku ke kanan dan kiri, percikan api mulai terlihat di kedua tanganku. Gleam memakan bola cahaya yang kecil itu lalu menembakkannya dengan kecepatan yang luarbiasa, aku juga telah selesai mengumpulkan kekuatanku. Aku hantaman kedua tanganku ke depan menjadi satu, seketika itu juga muncul dinding api yang melindungiku dari bola jet ungu itu.

"Jangan pernah kau meremehkan kemampuanku.." kataku seraya bangkit berdiri tegak, dan menghilangkan dinding api yang ada di depanku, dapat aku lihat tatapan tidak suka yang berasal dari mata Gleam.

"Waktunya serius..."

Aku hentakkan kaki kananku ke lantai, pada waktu bersamaan keluar pedang yang terbuat dari tanah. Aku ambil pedang itu dengan tangan kananku, aku fokuskan elemen besi di pedang itu dan pedang tanah itu berubah menjadi pedang besi yang kuat, aku tersenyum lalu mengangkat pedang besi itu ke arah Gleam.

"Majulah kambing.."

Mungkin karena dia mengerti apa yang aku katakan barusan tadi, Gleam berlari ke tempatku dengan tatapan tajam dan tangan kanannya telah mengangkat tinggi ke atas.

"Graaaaa....."

Trang....

Pedang ungu itu tertahan oleh pedang besi yang aku akan horizontal lurus dengan ujung mata pedangnya menumpu di tangan kiriku yang telah berubah menjadi besi, aku akui memang sakit pada saat menahan datangnya ayunan pedang besar itu tapi tujuanku telah tercapai.

Elemen Tanah : Meriam Tanah

Lantai yang aku pijak bergetar hebat, tidak lama kemudian dua meriam tanah keluar dari bawah lantai dan mulutnya mengarah pada tubuh Gleam.

Peluru Api

Daaar....

Kedua meriam itu mengeluarkan suara yang keras cukup memekakkan kedua telingaku, bola api keluar dari mulut meriam itu dan mengenai tubuh Gleam. Gleam terpental ke belakang dan menghantam ke tempat dimana pintu ruangan ini berada atau tepatnya darimana aku berasal tadi.

"A - Apa dia sudah mati?"

Aku tatap tajam Gleam selama beberapa detik melebihi menit tapi dia tidak bergerak lagi, aku langsung mengeluarkan nafas tanda keadaan.sudah aman dan pada saat aku ingin duduk di lantai tapi tiba - tiba terdengar suara dua langkah kaki di belakangku, dengan berat hati aku membalikkan tubuh dan kepalaku.

"Kali ini siapa lagi??" tanyaku murung.

Dua laki - laki berambut hitam yang mengenakan warna pakaian yang sama yaitu hitam. Di sebelah kiri mengenakan koas kusut putih dan jubah hitam, di kepalanya terdapat topeng tengkorak burung sedangkan di sebelah kanan mengenakan kemeja putih dan setelan hitam yang dibiarkan terbuka, laki - laki satu ini sedikit cukup aneh, pasalnya di telinganya terdapat tiga ekor telinga yang berwarna putih.

"Apa cuma satu???" tanya laki - laki telinga aneh dengan nada kecewa.

"Biarlah Rahman, yang penting kita mendapatkan satu.." sahut temannya.

"Baiklah.." kata laki - laki telinga aneh itu sedikit jengkel.

Angin yang berhembus di sekitarku tiba - tiba menghilang, pergi entah kemana, pada waktu bersamaan sesuatu yang hitam keluar dari belakang punggung kedua laki - laki misterius di depanku. Benda berwarna hitam dan lebat seperti..... Bulu. Setelah aku perhatikan lebih teliti lagi itu adalah sepasang sayap yang berwarna hitam.

"S - Siapa kalian???" tanyaku terkejut.

"Kau tidak perlu tahu siapa kami.." jawab laki - laki telinga aneh dengan kasar.

"Karena kau akan mati.." lanjut temannya.

Bulu hitam terbang di depanku, seketika itu juga kedua laki - laki misterius yang ada di depanku menghilang. Sesuatu yang tajam dan dingin dapat aku rasakan di sisi kanan perutku, aku lihat ke sana dan mendapati sisi kanan perutku telah terpotong, dan mengeluarkan darah yang banyak. Bukan cuma itu, aku dapat sedikit mencium sesuatu yang tidak enak di sana dan bau itu seperti obat - obatan atau bisa aku sebut dengan racun. Pada saat bersamaan aku memuntahkan darah dari mulutku dan jatuh berlutut ke depan, tangan kananku menumpu diriku sedangkan tangan kiriku menutupi sisi kanan perutku yang mengeluarkan banyak darah.

"Lumayan juga.." kata teman laki - laki bernama Rahman itu.

Mataku terbelalak setelah melihat teman Rahman tengah memakan sesuatu yang kenyal berwarna merah muda yang dilapisi cairan merah, itu adalah organ perutku.

"S - Sebenarnya s - siapa k - kalian?" tanyaku susah payah.

"Oh~~ternyata kau masih sadarkan diri..." kata Rahman memandangku remeh. "Baiklah akan aku beritahu nama kami.." lanjutnya.

"Nama Id Wattpadku adalah Rahman16 dan Kode Namaku adalah S yaitu Samael..." kata Rahman dengan sombongnya.

"Sedangkan Nama Id Wattpadku adalah Quindalin dan Kode Namaku adalah SB yaitu Samfalia Bird yang artinya Burung Samfalia..." lanjut teman Rahman.

"Dan kami akan membunuhmu.." kata mereka berdua kompak.

Quindalin dan Rahman terbang ke arahku, tangan mereka telah siap untuk menyerangku.

Sssss...

Pada waktu bersamaan muncul lingkaran sihir merah muda di belakangku, lingkaran sihir itu mengeluarkan petir ungu yang menyambar Quindalin dan Rahman, mereka berdua terlempar ke belakang dan menghantam dinding.

Seorang gadis bersurai hitam sepanjang dada yang mengenakan koas merah jaket kucing berwarna merah muda, rok pendek dan stocking hitam warna merah, di belakang punggung perutnya ada tas coklat kecil.

Gadis itu berjongkok di depanku dan mengangkat tangan kirinya ke sisi perut kananku, gadis itu mengucapkan sebuah mantra yang tidak aku mengerti. Tiba - tiba cahaya merah muda keluar dari telapak tangan kirinya, sisi kanan perutku terasa dingin seperti di dalam kulkas.

"Haaaah... Sudah selesai.."

"Hah?"

Aku tidak mengerti apa yang di katakan oleh gadis itu, aku tatap sisi kanan perutku dan luka yang aku terima telah tertutup oleh segumpalan daging yaitu kulitku sendiri. Aku ingin berterimakasih kepada gadis itu tapi mulutku terhenti setelah menatap kedua bola matanya yang berwarna merah darah, ketidak kenyamanan bercampur satu dengan rasa damai pada saat aku menatap mata gadis itu seperti dua kepribadian di dalam satu tubuh.

"Beraninya kau melakukan hal ini kepadaku.." kata Rahman kesal, Rahman keluar dari himpitan dinding bersama Quindalin. Tangan kanan Rahman mengeluarkan aura hijau yang bercampur hitam.

"Matilah di dalam kesengsaraan.."

Rahman melempar aura hijau dan hitam itu ke arahku, pada saat aku ingin menciptakan dinding tanah tiba - tiba sesosok bayangan raksasa melindungi bagian belakangku dan bayangan besar itu adalah Gleam.

"K - Kenapa ka---"

"---Aku yang melakukannya!" potong suara seorang perempuan.

Aku kembali menatap ke depan dan mendapati seorang gadis bersurai? hitam cerah yang mengenakan blazer hitam dan putih khas jepang, rok pendek warna hitam, stocking coklat sampai ke atas paha dan bando putih di atas kepalanya.

"Kalian siapa?"

<Rena POV>

"Berjuanglah Za - chan, kau pasti bisa.." dukung Rena semangat kepada Zakuro yang tengah melawan lima ekor serigala.

Zakuro menembakkan dua bola api dari masing - masing tangannya tapi cuma dua ekor serigala saja yang kena semantara tiga sisanya menghindar dan menyerang Zakuro pada saat lengah. Ketiga ekor serigala itu tiba - tiba terpeleset dan jatuh berlutut di depan Zakuro, tiga akar pohon melilit erat satu kaki dari masing - masing serigala itu.

"Kerja bagus, Rena - chan.." puji Zakuro kepada Rena yang menggerakan ketiga akar pohon itu.

Zakuro mendekat dan berhenti di depan ketiga serigala itu, kobaran api terlihat di tangan kanan Zakuro dan Zakuro tersenyum lebar menatap sadis ketiga serigala itu.

"Waktunya membakar..."

Zakuro membakar ketiga ekor serigala itu tanpa belas kasihan kemudian Zakuro tertawa seperti orang jahat, Rena yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecut.

"Z - Za - chan, kau sangat berlebihan..." kata Rena masih tersenyum kecut.

Srek.. Srek...

Tiba - tiba satu ekor serigala melompat keluar dari dalam semak belukar dan menerjang Rena cepat, Rena sangat terkejut melihat kehadiran serigala itu pasalnya Rena telah menggunakan mata alam untuk melihat keberadaan musuhnya tapi Kenapa satu serigala ini tidak. Zakuro ingin sekali menolong Rena tapi serigala itu telah di kalahkan, serigala itu terpental jauh ke samping kanan Rena akibat terkena pukulan keras dari seorang perempuan berambut hitam panjang seperut.

"T - Terimakasih..." kata Rena gugup.

Perempuan itu berdiri tegak, Rena dan Zakuro sekarang dapat melihat kedua bola mata merah yang memberikan kenyamanan dari tatapan perempuan itu.

"C - Cantik sekali.."

Rena dan Zakuro tidak sadar bila mereka berdua baru saja mengucapkan kalimat itu, perempuan yang ada di depan mereka cuma tertawa kecil mendengar kalimat Rena dan Zakuro sementara mereka berdua cuma menunduk wajah mereka karena malu.

"N - Nama onee - san siapa?" tanya Rena malu.

"Nauta..." jawab perempuan itu sambil tersenyum manis kepada Rena dan Zakuro.

"Nama yang bagus.."

<Alfharizy & Rey POV>

Alfharizy mendengus kesal sambil berjalan beriringan dengan partnernya ini.

"Kenapa setiap kali kita berpisah, aku harus berpasangan denganmu??" tanya Alfharizy kesal sambil menatap Rey tajam yang ada di samping kanannya itu.

"Hmph.. Seharusnya aku yang bilang begitu.." jawab Rey kesal, dan tidak mau kalah menatap tajam Alfharizy.

Sebuah percikan petir muncul di tengah - tengah Alfharizy dan Rey, mereka saling membalas tatapan tajam dan kedua mata mereka memunculkan api yang kuat.

"Menjauhlah dariku.." kata Alfharizy dan Rey bersamaan sambil membuang muka.

"Jangan mengikutiku.." lagi - lagi serentak.

"Siapa yang mengikutimu???" lagi.

"Terserah..."

<Asia, Kuroko & Yuki POV>

Asia, Kuroko dan Yuki tengah sibuk melawan para babi hutan, goblin, ogre dan beberapa ekor serigala yang berlari masuk ke dalam hutan. Yuki dan lainnya tidak sendirian, ada sekelompok orang yang mengenakan jubah hitam menutupi wajah meraka dan mereka memiliki kekuatan yang sama seperti Yuki dan lainnya.

"Mereka siapa??" tanya Asia penasaran.

"Fokuslah Asia. Tugas kita adalah menjaga penduduk dan desa ini..." cetus Kuroko sambil mengalahkan dua goblin, lima serigala, tiga ogre dan seekor babu hutan dalam sekali serang.

Kuroko menghentakkan kaki kanannya ke tanah seketika itu juga muncul ombak api biru yang menyeret semua babi Hutan yang ada di depan Kuroko, berpindah ke tempat Yuki, Yuki tengah mengeluarkan seekor kumbang merah raksasa, kulit kumbang itu mengeluarkan hawa yang panas, siapapun yang terkena kulit keras kumbang itu akar terbakar seperti lima goblin dan satu ogre yang dihantam oleh kumbang merah itu. Semantara Asia menciptakan es yang berbentuk burung itu dalam jumlah yang sangat banyak, burung - burung es itu terbang menyerang tiga babi hutan dan lima serigala sampai mati.

Rajawali Es

Es yang ada di bawah kaki Asia terbang ke atas dan berubah menjadi seekor burung rajawali yang besar, rajawali es itu terbang tinggi ke atas lalu tiba - tiba terjun ke bawah dalam kecepatan yang hebat. Rajawali es itu menghantam tanah keras dan menjadi gelombang es yang besar, yang membekukan delapan goblin, tiga babi hutan, sepuluh serigala dan lima ogre raksasa.

"Pertunjukan selesai.." kata Asia pelan seraya menjentikkan jari jempol dan telunjuk secara bersamaan, seketika itu juga gelombang es yang membekukan itu hancur menjadi pecahan - pecahan es yang indah.

"Ehhhhh???? Kenapa bertambah banyak???" pekik Yuki bingung melihat segerombolan babi hutan, serigala, ogre dan goblin yang keluar dari dalam hutan.

"Kau pasti bercanda, bukan.." kata Asia tidak percaya melihat gelombang kedua dadakan itu.

"Siapa itu???" tanya Kuroko sambil menatap tajam ke arah depan, dimana seorang pria berjaket putih yang memiliki badan kekar berjalan santai menghampiri gelombang kedua musuh.

"Apa yang ingin dia lakukan?"

<Author POV>

Ichiro menghela nafasnya, air keringat jatuh menuruni pelipis kirinya.

"Ini takdir atau kesialan..." kata Ichiro pasrah sambil menatap Diasember, Kailyas dan Kageito berdiri tegak di depannya.

"Siapa kau?" tanya Diasember menatap sinis Ichiro.

".........." Kageito cuma diam tidak mengatakan ataupun melakukan apapun.

"Aku juga tidak tahu bagaimana orang ini sampai ke tempat kita.." seru Kailyas yang berdiri paling depan. "Berhubungan karena kau susah payah telah sampai ke sini. Kenapa kau tidak istirahat atau melakukan hiburan sementara waktu?" lanjut Kailyas.

Aura biru keluar di tangan kanannya, aura merah juga ikut keluar di tangan kanan Diasember dan aura ungu kemerah mudaan keluar dari belakang punggung Kageito.

"Sial..."

<Alfharizy & Rey POV>

Rey mengayunkan katana yang bermotif ekor naga emas itu ke depan, tiga tebasan cahaya keluar dari katana putih itu dan membelah tiga ogre. Di belakang Rey ada Alfharizy yang sedang membantai beberapa serigala dan babi menggunakan tombak dan sabit hitamnya, suara pohon tumbang terdengar di samping kiri dan kanan Alfharizy dan Rey, ternyata itu adalah perbuatan dari dua ogre yang membawa sebuah Talwar besar berwarna hitam yang memilki motif gelombang merah.

"Korban bertambah dua..." kata Alfharizy pelan tersenyum ke arah kedua ogre itu.

"Aku ambil yang kiri..." kata Rey yang langsung berlari ke kanan Alfharizy.

"HOI REY, DIA ADALAH MANGSAKU!!!" teriak Alfharizy tapi tidak di dengarkan oleh Rey.

Rey maju ke depan ogre itu sambil mengganti katana putihnya menjadi pedang merah berduri yang memiliki percikan api. Rey menerjang ke depan dan mengangkat pedangnya ke atas di sebelah kanan pundaknya, percikan api keluar cepat di setiap mata pedang.

Tebasan Api Penyiksa

Ogre itu terbelah menjadi dua setelah terkena ayunan pedang merah Rey yang di selimuti api, tebasan api itu menembus tubuh ogre dan terbang ke belakang membuat pepohonan yang ada di belakang ogre itu ikut terbelah dan tentu saja terbakar.

Rey bangkit dari posisinya lalu menatap Alfharizy.

"Bila kau lambat maka ogre itu akan menjadi milikku.." kata Rey dingin.

Dengan cepat - cepat Alfharizy membalikkan badannya dan melempar tombak hitam ke kepala ogre itu, kepala ogre itu lenyap di makan oleh kegelapan Alfharizy dan jatuh mati.

"Enak saja.." kata Alfharizy membalas tatapan dingin Rey.

Dhuar??!

Tiba - tiba terdengar ledakan di atas menara atau reruntuhan kuning ada di depan Alfharizy dan Rey.

"Apa itu?" tanya Rey seraya melihat sesosok bayangan yang terlempar dari dalam reruntuhan menara itu sementara Alfharizy, wajahnya menjadi pucat melihat bayangan itu.

"B - Bukankah itu Kak I - Ichiro.."

<Author POV>

Ichiro terpental keluar membentur dinding reruntuhan setelah Diasember, Kageito dan Kailyas menyerangnya bersamaan.

Ichiro mencoba menyeimbangkan tubuhnya, Ichiro merentangkan kedua tangan ke dua sisi berbeda pada saat bersamaan aura merah darah keluar dari kedua tangan Ichiro membentuk sebuah tangan raksasa. Tangan itu mendekat ke dinding reruntuhan yang ada di depan Ichiro, tangan merah darah itu berhasil berpegangan dengan erat disana dan menarik Ichiro mendekat.

Daar...

Ichiro menghantam dinding keras berwarna kuning yang ada di depannya tapi dia baik - baik saja.

<SKIP POV>

Kuroko terdiam melihat kekuatan seorang pria berjaket putih yang berhasil mengalahkan semua gelombang kedua monster dengan seorang diri saja. Asia dan Yuki yang melihat itu juga ikut terdiam kagum sama seperti Kuroko, salah satu orang yang mengenakan jubah hitam berlari ke arah pria berjaket putih itu.

"Ketua Erlangga, semuanya telah di kalahkan..." lapor orang berjubah hitam itu kepada pria berjaket putih yang merupakan ketua mereka.

"Perintahkan kepada anggota lain untuk tetap siaga, kirim beberapa kelompok masuk ke dalam hutan. Sisanya tinggal di desa bersamaku, kita akan pergi setelah Juwita dan Laras kembali..." perintah Erlangga.

"Baik Ketua Erlangga!!!"

<Riza POV>

Aku bangkit dari jongkokku berbaris rapi dengan dua gadis yang tidak aku kenal di depan dan belakangku.

"Boleh aku bertanya? Sebenarnya kalian siapa?" tanyaku tanpa menurunkan kewaspadaanku.

"Baiklah bila kau sangat penasaran, akan aku beritahu..." kata gadis bersurai hitam panjang yang mengenakan bando putih. ".Namaku Juwita, Id Wattpadku adalah SweetDiamondJuwita. Kode Namaku adalah SW yang artinya Soul Wizard (Jiwa Penyihir)..." lanjutnya.

"Lalu yang di belakangmu itu namanya Laras..." kata Juwita sambil menujuk gadis bermata merah yang ada dibelakangku.

Pada saat aku lirik dia, Laras cuma mengangguk kecil.

"Dan kalian dari?"

"Head Dragon..." setelah Juwita mengucapkan kalimat itu pada waktu bersamaan sebuah buku coklat yang tebal jatuh di atas kepalanya.

"Apa yang kau lakukan, Laras?" tanya Juwita seraya menahan sakitnya.

"Itu hukuman karena kau telah membocorkan identitas kita.." jawab Laras dingin.

"Identitas? Sebenarnya apa tujuan dari Head Dragon?" tanyaku menatap tajam mereka berdua, Juwita maupun Laras cuma diam tanpa menjawab pertanyaanku.

"Itu adal---" pada saat Laras ingin menjawab pertanyaanku, kalimatnya terpotong oleh sebuah bulu hitam yang menggores pipi kanannya.

Aku segera membalikkan badanku dan melihat Quindalin melebarkan sayapnya, dan Rahman mengeluarkan banyak aura hijau dan hitam di kedua tangannya.

"Apa kalian sudah selesai berbincangnya karena aku sudah tidak sabar lagi untuk membunuh kalian..." kata Rahman kesal menatap kami bertiga tajam.

"Sial. Bila pertarungan ini terus berlanjut maka tempat ini akan hancur..." batinku.

Aku dapat merasakan tekanan aura yang besar yang di keluarkan oleh kedua laki - laki berambut hitam yang ada di depanku, mereka adalah Quindalin dan Rahman. Tapi....

"Tekanan aura mereka sangatlah besar.." kataku dalam hati sambil melirik kedua gadis ini, yang lain bukan adalah Juwita dan Laras.

Tekanan aura mereka sama seperti milik Fister, Fister berasal dari Dunia Paralel. Apa mereka berdua juga?

"Bersiap - siaplah.." kata Laras yang tiba - tiba mengangkat tangan kirinya ke atas, seketika itu juga keluar lingkaran sihir berwarna merah muda yang sangat besar.

"A - Apa yang ingin kau lakukan?" tanyaku cemas menatap lingkaran sihir itu.

"Aku akan membuat kita semua pergi..." jawab Laras melanjutkan merapalkan manteranya.

"Pergi? Kemana?"

Pada saat bersamaan lantai yang aku pijak bergetar hebat, langit - langit mulai berjatuhan dan tidak lama kemudian terdengar suara ledakan yang besar di atasku. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi padaku selanjutnya?

<Nauta, Rena & Zakuro POV>

Nauta, Rena dan Zakuro berlari menjauh dari reruntuhan yang jatuh itu, beberapa puing - puing reruntuhan itu terbang dan jatuh di sekitar Rena dan lainnya. Tiga ekor rusa bertanduk tengah berlari cukup cepat di depan mereka bertiga dan itu membuat Zakuro memiliki sebuah ide.

"Rena, apa kau bisa memanggil mereka dan memberikan kita tumpangan?" tanya Zakuro, Rena mengangguk paham.

Rena membuat suara seekor burung dan membuat ketiga rusa bertanduk itu berhenti, kesempatan itu di manfaatkan mereka bertiga untuk naik ke punggung rusa bertanduk itu dan berlari bersama mereka.

"Rena, bukankah tadi suara seekor burung tapi kenapa mereka mengerti bahasamu?" heran Nauta.

"Nauta - san, mereka hidup di satu lingkungan yang sama. Jadi wajar saja rusa itu mengerti apa yang aku katakan karena alam itu luas..." jawab Rena tersenyum kecil.

<Riza POV>

Riza..

Rizani..

"Siapa itu?"

"Riza..ni.." panggil Al dan Rey yang berhasil membangunkanku dari pingsanku.

"A - Aku ada dimana?" tanyaku.

"Kita ada di rumah sekarang.." jawab Rey.

"Lebih tepatnya di kamar kita.." lanjut Al.

Aku bangun, mataku menatap tembok rumah yang bermotif awan biru, langitnya juga begitu.

"B - Bagaimana kita bisa kembali?" heranku.

"Sebaiknya kau tanyakan pada mereka..."

Rey mengalihkan pandangannya ke pintu kamar, begitu juga denganku dan Al. Di depan pintu kamar ada Juwita, Laras dan seorang pria berjaket putih, di belakang pria ada beberapa orang yang mengenakan jubah hitam.

"Oh iya Rena dan Yuki mana?" tanyaku tiba - tiba, membuat Al dan Rey terkejut lalu memutar kepala mereka ke samping kanan dan kiri.

"Mungkin mereka masih di dalam sana..." kata Laras seraya melihat tv yang terpajang di atas.

"Kembalikan..." gumamku pelan membuat Laras menatapku.

"Kembalikan aku ke dalam sana..."

<Author POV>

Nauta, Rena dan Zakuro pergi ke desa dan cuma bertemu dengan Asia, Kuroko dan Yuki disana. Rena dan lainnya turun dari punggung rusa kemudian mengucapkan terimakasih kepada ketiga rusa itu.

"Mana lainnya? Maksud Rena, mana semua orang?" tanya Rena bingung melihat suasana desa sepi.

"Entahlah. Tiba - tiba saja mereka semua menghilang setelah cahaya ungu muda itu muncul..." jawab Kuroko lirih.

"Apa mungkin mereka telah keluar dari tempat ini?" cetus Zakuro.

"Mungkin..." balas Kuroko tidak pasti.

"Rena, onee - san ini siapa?" tanya Yuki sambil menunjuk Nauta menggunakan matanya.

"Rena hampir lupa. Perkenalkan nama onee - san ini adalah Nauta - san.." jawab Rena seraya menambahkan kata 'san' di depan nama Nauta, Nauta yang mendengar itu cuma tersenyum kecil.

"Nama yang indah..." kata Asia dan Yuki bersamaan kemudian mereka berdua menjabat tangan Nauta.

"Salam kenal ya onee - san..." seru Asia dan Yuki.

"S - Salam Kenal..." kata Nauta tersenyum kecut.

"Haaaah.... Apa kami ketinggalan sesuatu?" tanya Kailyas yang tiba - tiba saja telah berada di belakang Rena bersama Diasember dan Kageito.

Tangan kiri Kuroko refleks membuat pasak es yang besar, pasak es itu terbang cepat ke arah Kailyas tapi sebelum mengenai Kailyas, sebuah aura ungu muda berbentuk ekor rubah menghancurkan pasak es itu dengan mudahnya. Kuroko terkejut melihat pasak esnya hancur dengan begitu mudahnya sementara ekor rubah ungu muda itu kembali ke belakang Kageito. Sekarang giliran Asia yang menyerang, Asia membuat menara es yang cukup tinggi, di atas menara itu ada sebuah meriam es yang menembaki Kailyas dan lainnya menggunakan peluru es. Diasember maju melewati Kailyas tanpa peringatan, sebauh pedang merah darah yang memiliki duri - duri di dekat pegangannya itu muncul di tangan kanan Diasember setelah aura merah darah keluar dari tangannya. Diasember menebaskan pedangnya ringan ke depan, hempasan angin yang kuat membuat peluru es itu berbelok arah, bukan itu saja menara yang ada di belakang Asia terbelah menjadi dua setelah terkena hantaman gelombang angin.

Husssh...

Tiba - tiba saja angin menghantam Diasember, Kageito dan Kailyas dengan sangat keras membuat mereka bertiga terseret ke belakang, ternyata itu adalah perbuatan Rena yang mengendalikan angin di sekitarnya, berhasil membuat Kuroko dan lainnya melompat mundur menjaga jarak.

"Kerja bagus, Rena.." puji Ichiro yang tiba - tiba saja telah berada di sisi kiri Kailyas dan lainnya.

Tail's Blood God of Nobless

Ichiro memutar tubuhnya 90', aura merah keluar dari belakang punggung Ichiro membentuk sebuah ekor binatang. Ekor merah itu menghantam Kailyas berserta dengan kedua temannya jauh ke belakang.

"Ichiro - san.." panggil Rena senang.

"Maaf membuat kalian semua menunggu.." kata Ichiro tersenyum kecil.

Kailyas keluar debu asap di ikuti Diasember dan Kageito di belakang, mereka berdua terlihat baik - baik saja.

"Sudah aku duga serangan kecil seperti itu tidak akan mempan terhadap mereka bertiga.." kata Ichiro kesal.

"Onii - san..."

"Baiklah pemain..... Sekarang giliran kami..."

Seketika itu juga tanah yang di pijak oleh Ichiro berubah menjadi semacam data file kemudian berubah menjadi rantai baja yang mengikat seluruh tubuh Ichiro.

"Sial aku lengah.." cetus Ichiro kesal.

"ONII - SAN!!!" teriak Zakuro keras, tepat di depan Ichiro telah ada Diasember yang sudah telah siap dengan pedang besarnya.

Kuroko membuat pasak es dan menembakkannya ke depan tapi terlambat, pedang merah darah itu telah di ayunkan ke depan wajah Ichiro.

Elemen Besi : Duri Es

Tiba - tiba duri - duri es muncul di tanah sebelah kanan Diasember dan menusuknya.

Diasember terdorong ke kiri, angin berhembus kencang dari belakang Diasember. Dengan cepat Diasember mengayunkan pedangnya ke belakang menangkis tusukan katana Rey.

Elemen Es : Rantai Es

Rantai es tiba - tiba keluar dari bawah kaki Rey, rantai itu mengikat leher Diasember membuat dorongannya terhadap pedangnya melemah. Rey mendorong kuat katana-nya dan memutus rantai es yang ada di bawah kakinya, Rey menangkap putusan rantai es itu dan menariknya ke belakang tapi Diasember melawan membuat tarikan Rey berhenti. Pada waktu bersamaan Asia melompat melewati kepala Diasember dan mendarat di depannya, Asia menciptakan rantai yang sama seperti yang di tarik oleh Rey.

"Akan aku bantu, Rey - san.." seru Asia dan di balas anggukan kecil dari Rey.

Asia dan Rey menarik rantai es itu pada waktu bersamaan dan menyeret Diasember menjauh.

"Kami akan membawa pria besar ini, sisanya aku serahkan kepadamu, Riza..." kata Rey yang menarik Diasember bersama Asia ke arah danau.

"Heh? Nii - san?"

"Kena kau.." kata Riza yang tiba - tiba saja telah berada di depan Kailyas, tangan kanannya di selimuti api yang sangat panas.

Elemen Api : Pukulan Peledak

DHUAR!!

Ledakkan yang sangat keras terdengar di depan Riza, Kailyas terpental jauh ke belakang masuk ke dalam hutan.

Seutas bayangan melompat ke depan Riza, dan bayangan itu adalah Kageito yang telah mengeluarkan ekor ungu mudanya. Riza tiba - tiba tersenyum kecil, matanya memberi isyarat kepada Kageito untuk melirik ke sisi kirinya. Mata Kageito melebar setelah melihat Alfharizy telah berada di samping kirinya, Alfharizy membuat balok hitam yang cukup tebal dan panjang lalu di hantamankannya ke tubuh Kageito. Kageito terlempar seperti sebuah bola dan masuk ke dalam salah satu rumah.

"Al, bisakah kau melepaskan Kak Ichiro?" pinta Riza, tanpa banyak bertanya Alfharizy langsung melenyapkan rantai baja yang melilit tubuh Ichiro menggunakan kegelapannya.

"Riiizzyyy..."

"N - NAUTA..." pekik Algajrixyy terkejut melihat Nauta tiba - tiba saja berlari ke tempatnya dan memeluknya.

"N - Nauta, apa yang kau lakukan disini?" tanya Alfharizy, dan wajahnya berubah menjadi merah.

Nauta melepaskan pelukannya lalu.menatap Alfharizy.

"Nanti akan aku beritahu.." jawab Nauta seraya mengedipkan satu matanya.

"Al, aku serahkan Pengguna Kekuatan yang menggunakan masker itu kepadamu dan Nauta.." pinta Riza sambil berjalan ke arah hutan, di ikuti Ichiro, Rena dan Zakuro.

Alfharizy dan Nauta tersenyum kecil lalu membuka mulut mereka...

""Serahkan kepada kami""

[Kegelapan Yang Hebat]

<Alfharizy & Nauta POV>

Alfharizy menerjang ke depan Kageito seraya melancarkan tendangan sabit vertikal ke atas, refleks Kageito yang lambat membuat dirinya terpental ke belakang masuk ke salah satu bangunan desa yaitu perpustakaan. Alfharizy berlari masuk ke dalam perpustakaan itu di ikuti Nauta di belakangnya, sesampainya di dalam mereka berdua langsung di kejutkan oleh dua ekor ungu merah muda. Beruntung Alfharizy dan Nauta menghindar di waktu yang sangat tepat, Alfharizy di sisi kiri pintu semantara Nauta di kanan. Darah menetes di ujung ekor itu membuat Alfharizy berpikir 'darimana asal darah itu?', pada saat Alfharizy melirik Nauta, matanya melebar melihat tangan kiri Nauta yang hampir putus.

"Aku baik - baik saja, Rizy. Nanti sembuh sendiri.." kata Nauta mencoba untuk menenangkan emosi Alfharizy, terlihat asap putih keluar dari luka yang terbuka itu.

Luka itu lama - kelamaan menutup membentuk kulit yang putih yang lembut.

"Benarkan?" seru Nauta sambil tersenyum kecil tapi tidak berhasil membuat Alfharizy tenang.

Alfharizy menggenggam tangan kanannya kuat - kuat kemudian menatap Kageito tajam.

"Beritahu namamu sebelum aku membunuh, sialan??" tanya Alfharizy menatap tajam Kageito.

"Nama Id Wattpadku adalah Kageito dan kode namaku adalah DT yaitu Demon Tail yang artinya Ekor Iblis..." jawab Kageito dengan nada datar.

"Senang mengetahuinya..." kata Alfharizy pelan.

Dalam kedipan mata, Alfharizy telah berada di depan Kageito seraya mengarahkan tinju kegelapannya ke muka Kageito.

Desss...

Angin bertiup kencang pada saat tinju Alfharizy dan dua ekor Kageito saling berhantaman. Alfharizy dan Kageito saling dorong dan di menangkan oleh Kageito, Alfharizy terlempar ke udara tapi itu tidak menbuat Alfharizy kalah. Alfharizy memutar tubuhnya ke belakang dan menciptakan tombak hitam yang sangat tipis tapi panjang, Alfharizy melempar tombak itu ke tempat Kageito seketika itu juga tombak itu terbakar oleh api hitam yang sangat gelap. Kageito menggerakkan kedua ekor ungu merah mudanya ke depan menahan tusukan tombak itu, hasilnya Kageito terpental ke belakang tapi dengan cepat - cepat Kageito menggerakkan ekornya menahan tubuhnya dengan menancapkannya ke lantai perpustakaan.

"Cih..." Kageito mendecih kesal.

Alfharizy berdiri tegak tidak jauh di depan Kageito, matanya menatap tajam Kageito.

"Aku akan mengalahkanmu sekarang jug---"

Plak????!

Kalimat Alfharizy terhenti setelah Nauta menamparnya keras di pipi kanannya, Alfharizy tidak menduga hal itu begitu juga Kageito, dia diam tidak percaya. Pada Alfharizy menatap Nauta...

"BODOH!!"

Satu kalimat itu yang keluar dari bibir manis Nauta, Alffharizy yang mendengar itu terdiam melongo.

"Rizy kau BODOH. Aku sudah bilang bukan, aku baik - baik saja, aku tidak memintamu untuk membunuh ataupun mengalahkan dia. Berhentilah menjadi seseorang yang keras kepala, Rizy. Aku... Aku tidak ingin melihatmu seperti itu. AKU TIDAK INGIN MELIHAT ORANG YANG AKU SAYANGI TERLUKA!!!" teriak Nauta.

Alfharizy diam seribu bahasa, dia tidak bisa berkata apa - apa lagi membalas kalimat Nauta yang tengah menangis dihadapannya itu.

{Ah~~~kau membuatnya menangis, Alfharizy~~}

"Berisik. Diamlah. Aku tidak ingin mendengarmu!!!"

{Baiklah, Raja Hitam~~}

Alfharizy mendekatkan tubuhnya dan memeluk Nauta.

"Maafkan aku..."

<Asia & Rey POV>

Asia dan Rey terus menyeret Diasember ke dekat danau sementara Diasember yang sedari tadi dipaksa mengikuti mereka mencoba untuk melepaskan rantai es yang melilit lehernya tapi tidak berhasil.

"Kita sampai, sobat.." seru Rey.

Rey menancapkan katana-nya ke tanah dan memegang rantai es menggunakan kedua tangannya seperti Asia, mata Rey memberi isyarat kepada Asia, Asia mengangguk paham.

"SEKARANG ASIA!!!"

Asia dan Rey berhenti dan menarik rantai es itu secara bersamaan membuat Diasember terbang di atas mereka dan menghantam keras air yang ada di dalam danau. Rey kembali memanggil Asia sepertinya mereka berdua memiliki rencana lanjutan, Rey menciptakan katana kedua di tangan kirinya lalu merubahnya menjadi pedang es, mata pedang berwarna putih polos dan di genggamannya terdapat satu lubang.

Tebasan Pembeku

Rey mengayunkan pedangnya ke depan vertikal lurus membuat jalur es yang memiliki duri - duri yang tajam, jalur es itu berjalan di dalam air dan berhenti di tempat Diasember.

Asia yang ada di samping kiri Rey, dia tengah merentangkan kedua telapak tangannya ke depan membuat pasak es yang cukup besar. Tidak butuh waktu lama untuk Asia membuat pasak es raksasa tanpa berlama - lama lagi Asia menembakkan pasak es itu tepat di samping jalur es Rey seketika itu juga danau membeku, di selimuti hawa dingin bahkan Rey di buatnya bersin.

"D - Dingin sekali..." kata Rey menggigil.

"Benarkah?" tanya Asia yang tidak merasakan hawa dingin disekitarnya.

"B - B - B- Benar"

<Alfharizy & Nauta POV>

Alfharizy melepaskan pelukannya dan mengusap airmata yang keluar dari mata Nauta.

"Berhentilah menangis, Nauta.." pinta Alfharizy.

"Aku akan berhenti asalkan kau juga berhenti menjadi orang yang keras kepala..." seru Nauta.

"Baiklah.."

"Janji?"

"Janji!"

Nauta kembali tersenyum untuk Alfharizy pada waktu bersamaan sebuah rak buku setinggi 3meter terbang ke arah Nauta, beruntung Alfharizy menarik tubuh Nauta mendekat dan kembali ke dalam pelukannya. Alfharizy kembali menatap tajam Kageito yang baru saja menghancurkan suasana romantis mereka.

"Rizzyyyy...." panggil Nauta seraya menatap Alfharizy.

"I - Iya..." sahut Alfharizy takut.

{Hahahahahha.... Kau baru saja mengingkari janjimu, Al. Hahahahaha.....}

Alfharizy hanya bisa mengucurkan keringat pada saat mendengar kalimat itu.

"Jika kalian mau bermesraan aku sarankan jangan melakukannya sekarang, lakukan setelah kalian masuk surga..."

Dalam sekejab mata Kageito telah berada di depan Alfharizy dan Nauta, Alfharizy mendorong tubuh Nauta membuatnya tersungkur ke bawah pada waktu bersamaan Alfharizy terkena hantaman keras di perut kanannya, Alfharizy terpental menghantam beberapa rak buku yang berjajar rapi. Nauta bangkit dari jatuhnya langsung melancarkan tendangan sabit ke kepala Kageito tapi Kageito menghindarinya dengan sangat muda, ekor ungu merah muda yang ada di kiri Kageito menyerang Nauta dengan cara menusuk, Nauta memutar tubuhnya seperti sedang menari, ekor yang tengah menusuk seperti tombak itu hanya melewati bagian belakang punggung Nauta. Nauta mengangkat kaki kirinya ke atas dan tanpa ampun menendang perut Kageito, Kageito terbang ke arah rak - rak buku yang berjajar rapi di belakangnya dan menghantamnya.

Nauta berlari ke tempat Alfharizy sambil memanggil namanya, setelah sampai di ujung kehancuran Nauta mendapati Alfharizy yang tengah terjepit di tengah para buku yang bisa di bilang tebal itu.

"Rizy, kau baik - baik saja?" tanya Nauta cemas, Nauta duduk di dekat Alfharizy dan membantunya bangun.

"Aku baik - baik saj---- Ugh!!!" pekik Alfharizy.

Dengan cepat Nauta membuka kaos hitam Alfharizy dan mendapati luka memar yang berwarna ungu di perut kanan Alfharizy.

"Aku baik - baik saja..." kata Alfharizy seraya menutup kembali kaosnya.

"T - Tapi lukamu???"

"Aku sudah bilang'kan, aku baik - baik saja..." kata Alfharizy mencoba menyakinkan Nauta.

Nauta tertunduk di hadapan Alffharizy, Nauta merasa bersalah.

"Maaf. Gara - gara aku kau terluka, Rizy..." kata Nauta sedih.

Alfharizy bangkit dan menyentuh lembut surai Nauta.

"Aku ingin kau diam di sini, biar aku yang menghadapinya..." pinta Alfharizy kemudian berjalan pergi.

"Aku tidak ingin kau terluka, Nauta.."

<Author POV>

Juwita, Laras dan semua anggota Head Dragon tengah duduk di sebuah ruangan yang gelap, mereka tengah menatap ke depan dimana Riza dan semuanya tengah bertarung di dalam tv. Tiba - tiba pintu yang ada di depan mereka terbuka dan menampakkan seorang laki - laki berambut putih, laki - laki itu mengenakan seragam praktek yang bertuliskan O di dada kanannya, di belakang laki - laki berbaris dengan rapi beberapa orang yang mengenakan pakaian yang sama.

"Kalian terlambat, Ortodoks..."

<SKIP POV>

Alfharizy berjalan ke tempat Kageito seraya menahan rasa sakit yang dia terima, sesampainya di sana Kageito telah berubah maksudnya penampilan Kageito telah berubah. Enam ekor ungu merah muda terlihat di belakang Kageito, kedua lengan Kageito berubah menjadi sebuah otot besar yang menyatu dengan ekor ketujuh dan kedepan, begitu juga dengan kedua kakinya. Asap putih keluar dari mulut Kageito, sekarang Kageito seperti hewan buas saja.

{{Apa kau perlu bantuanku, Al??}

"Aku saja sudah cukup melawannya, kau diam saja..." balas Alfharizy dingin.

{Baiklah Raja Hitam(huuuuuh)!}

Kageito menerjang Alfharizy dengan kecepatan hebat, Alffharizy melompat ke kanan dan membiarkan Kageito menghancurkan buku - buku perpustakaan.

"Hampir saja..."

Alfharizy bangkit seraya mengeluarkan aura hitam di tangan kanannya. Aura hitam itu membentuk sebuah tangan naga yang memiliki sayap berduri, semua duri itu seperti mata tombak hitam yang biasa Alfharizy keluarkan.

"Aaaaaaargh....."

Kageito berteriak keras membuat Nauta menutup kedua telinganya. Alfharizy dan Kageito saling berlari dan menyerang satu sama lain, semua ekor Kageito bertarung seimbang dengan sayap Alfharizy.

Alfharizy menyerang Kageito dengan sayap naganya, tombak hitam terbang keluar dari sayap naga Alfharizy dan menyerang Kageito. Kageito membuat perisai bulat menggunakan keenam ekornya, Al terus mengeluarkan tombak hitamnya tapi berhasil di tahan Kageito semuanya.

{Kau buang - buang tenaga saja, kawan. Waktumu hampir habis!}

"Aku tahu itu. Berisik!"

Alfharizy menghilangkan sayap naganya kemudian berlari ke perisai bulat yang ada di depannya. Aura hitam keluar dari punggung Alfharizy membentuk tangan raksasa, Alfharizy berhenti 1meter di depan perisai bulat itu dan langsung memukul perisai bulat itu dengan tangan raksasanya. Perisai bulat itu tidak hancur melainkan terdorong ke belakang bersama Kageito, dinding perpustakaan hancur pada saat bersamaan perisai bulat yang dibuat oleh Kageito menghilang.

Kageito menatap Alfharizy dengan mata merah darah menyalanya, otot - otot yang ada di kedua tangan Kageito terlepas dan berubah menjadi ekor - ekor ungu merah muda yang sangat kecil.

"Menyerahlah. Aku tidak memiliki banyak waktu lagi..." gumam Alfharizy.

"Aaaaaaargh...."

Kageito kembali berteriak keras, kali ini sangat berbeda yang awalnya langsung menyerang tanpa pikir panjang, sekarang Kageito berlindung di salah satu rak buku yang ada di depan Alfharizy.

"Kau pasti bercanda..." kata Alfharizy yang melihat aksi Kageito.

{Sepertinya dia memintamu untuk ikut dalam permainan tangkap tikus, Al?!}

Alfharizy berjalan santai mendekati tumpukan rak - rak buku yang baru saja terjatuh akibat angin kencang yang datang pada saat Kageito masuk ke dalam sana, dan itu juga merupakan petunjuk untuk menemukan Kageito.

"Dia ada dimana???" pikir Alfharizy.

Di depan Alfharizy ada dua rak buku yang tertata rapi tanpa ada satu buku pun yang jatuh, Alfharizy menatap kedua rak buku itu bergantian. Salah satu rak buku itu bergerak kecil seketika itu juga Alfharizy menyerang rak buku itu dengan kegelapannya, hasilnya rak buku itu hilang tersapu angin tapi tidak ada tanda- tanda Kageito. Lalu rak satunya bergerak tiba - tiba, sekali lagi Alfharizy menyerang rak buku itu tapi Kageito juga tidak ada di sana. Pada waktu bersamaan debu jatuh di atas Alfharizy, seketika itu juga insting Alfharizy aktif, Alfharizy menundukkan kepalanya ke bawah membiarkan ekor ungu merah muda itu melewati bagian atas kepalanya. Tiga ekor Kageito menusuk Alfharizy dari atas, Alffharizy dengan sigap melompat ke depan lalu meletakkan telapak tangan kanannya ke lantai pada saat bersamaan lantai itu telah berubah menjadi lubang yang besar, Alfharizy terjun masuk ke dalam lubang itu di ikuti dua ekor Kageito.

"..........."

"..........."

Hening. Tidak terjadi apa - apa. Kageito memutuskan untuk ikut terjun ke lubang itu tapi bukan Alfharizy yang dia dapatkan melainkan seekor naga hitam yang tengah membuka mulutnya. Kageito terperangkap di mulut naga hitam itu, naga itu menyeret Kageito ke setiap sudut sampai melemparnya keras menghantam lantai. Darah keluar dari mulut Kageito, mata merah Kageito kembali menjadi semula sepertinya kesadarannya telah kembali.

Alfharizy melompat keluar dari lubang besar itu seraya memegangi perut bagian kanannya.

"Woi! Aku tidak memiliki banyak waktu lagi maka dari itu mari kita selesaikan..." kata Alfharizy datar.

" 'Mari kita selesaikan' kau bilang?!!! Jangan bercanda. Kau pikir ini adalah permainan..." bentak Kageito marah.

"Akan aku bunuh kau..." kata Kageito menatap Alfharizy tajam.

Semua ekor Kageito bergerak ke tangan kanannya kemudian menyatu menjadi satu membuat tangan besar berkulit ungu merah muda.

"Itu juga boleh..." seru Alffharizy.

{Apa yang ingin kau lakukan, Al?}

"Ayo kita lakukan itu!"

{I - itu? Yang mana?}

"Dasar bodoh. Dengan kekuatan sendiri saja lupa..."

{Oh~~yang itu. Tapi yang mana?}

Alfharizy menepuk jidatnya sendiri mendengar perkataan itu, tidak ada pilihan lain selain bergantung pada dirinya sendiri.

Alfharizy merentangkan tangan kanannya ke samping kanan tubuhnya, aura hitam dan merah keluar dari sana membentuk kobaran api.

{Oh~~yang ini! Bilang dong!}

Sekarang Alfharizy mencoba menahan emosinya terhadap seseorang yang ada di dalam tubuhnya ini. Alfharizy kembali menatap ke depan dengan tatapan serius, dimana Kageito bersiap menyerangnya.

"MATI KAU!!!" teriak Kageito sambil menerjang ke depan.

Alfharizy cuma diam di tempatnya menunggu kedatangan Kageito, merasa telah dekat Alfharizy mencodongkan badannya ke depan dengan tangan kanan di belakang punggungnya.

"HAAAAAA...."

Kageito melancarkan pukulan mematikannya di depan Alfharizy. Alfharizy menggenggam tangan kanannya seketika itu juga kobaran api itu membesar, Alfharizy menarik ke depan tangannya dan memukul lurus ke depan.

Tinju Kematian Raja Hitam

Blaaar....

Kena atau tidak kena yang pastinya saja, Kageito terkena telak. Semburan api hitam dan merah keluar di depan Alffharizy setelah Alfharizy memukul ke depan, Alfharizy tidak tahu serangannya kena atau meleset.

Api hitam itu terbang kemana - mana, membakar semua perabotan yang ada di dalam perpustakaan. Alfharizy mendapatkan pemandangan yang hebat yaitu sebuah jalur yang besar dengan beberapa kobaran api di sisi kanan dan kirinya, tepat di depan Alfharizy terdapat lubang besar, di dekat lubang besar itu terkapar Kageito dengan pakaian yang robek - robek.

Alfharizy menghembuskan nafas lega melihat lawannya tidak sadarkan diri, Alfharizy terjatuh dan di sambut halus oleh Nauta. Nauta meletakkan kepala Alfharizy di atas bantal paha buatannya dan membiarkan Alfharizy tertidur sana.

"Dasar keras kepala..." kata Nauta pelan sambil mengelus rambut putih kehitaman Alfahrizy.

"Bodoh!"

[Pengendali Dan Penghancur]

<Asia & Rey POV>

Trak???

"...???"

"...!!!"

DAAR!!

Danau es yang ada di hadapan Asia dan Rey hancur seketika kembali seperti semula, di tengah danau berdiri Diasember dengan pedang merah darahnya.

"T - Tidak mungkin. Seharusnya dia telah membeku bersama danau ini.." kata Asia tidak percaya.

"Asia mundurlah. Kau sudah berjuang dengan hebat, sisanya serahkan padaku..." pinta Rey yang mengambil katana celestial yang tertancap di tanah kemudian menghilangkan katana yang ada di tangan kirinya.

"A - Apa yang kau katakan, Rey - san? Mana mungki---"

"---PERGILAH ASIA!!!!" potong Rey dengan cara membentak.

Asia terkejut mendengar perkataan Rey, Asia membalikkan badannya dan berlari menjauhi Rey dengan raut muka sedih.

Byur... Byur...

"Pilihan yang bagus, sobat. Aku tidak ingin gadis itu menjadi penghalang pertarungan kita, aku benar bukan?!!" cetus Diasember yang berjalan santai digenangan air.

"Kau salah. Aku tidak ingin dia terluka. Itu saja!" balas Rey.

Rey mengangkat katana celestial-nya ke samping kanan kepalanya, Diasember terlihat juga telah siap mulai bertarung pada saat tetesan air yang turun dari tangan Diasember seketika itu juga Diasember dan Rey berlari ke tempat musuh mereka masing - masing.

Rey mengganti katana-nya menjadi sebuah katana biru yang memiliki rumput laut biru didekat genggamannya. Air yang Rey terobos terhisap mendekat ke katana Rey dan membentuk titik - titik formasi. Diasember mengangkat pedangnya tinggi ke atas sedangkan Rey mengayunkan katana birunya horizontal ke kiri, aduan kedua senjata itu mengakibatkan gelombang kejut yang kuat menbuat air yang ada di sekitar mereka menjauh serta ada juga yang menjadi bintik - bintik air.

"Kena kau.." kata Rey seraya mengubah katana birunya menjadi pedang biru muda yang sangat dingin.

Rey menghentakkan kaki kirinya seketika itu juga bintik - bintik air yang ada di sekitar mereka berubah menjadi pasak es. Pasak es itu terbang menusuk ke arah Diasember dan.....hancur. Semua pasak es itu hancur setelah menyentuh kulit Diasember, Rey terkejut melihat semua pasak esnya hancur sementara Diasember...

"Kau yang kena..." kata Diasember tersenyum penuh kemenangan.

Tanpa peringatan Diasember mengait kaki kanan Rey yang membuat Rey kehilangan keseimbangannya, hal itu di manfaatkan Diasember untuk menyerang Rey. Diasember melepaskan pegangannya pada pedang merah darahnya kemudian dengan cepat mencengkeram kepala Rey dan menghantamkannya ke bawah. Tempat yang di pijak oleh Diasember hancur seketika pada saat Diasember menghantamkan kepala Rey ke sana, Diasember melompat jauh ke depan dan meninggalkan Rey yang tenggelam.

Air yang menjauh tadi kembali ke tempat mereka dan menenggelamkan Rey sedangkan Diasember, dia berdiri tegak di tanah yang dekat dengan danau. Tidak lama kemudian Rey keluar dari air, bagian atas kepalanya mengalirkan darah seperti air terjun. Rey menyentuh darah yang mengalir ke kepalanya seraya menatap pantulan bayangan di air. Rey menghela nafasnya, tatapan kosong kini terlihat dikedua mata Rey dan menatap Diasember dingin.

"Hoi, Hoi, Hoi... Apa kau sedang marah?" tanya Diasember tapi tidak di jawab oleh Rey.

"Aku anggap itu 'iya'..." seru Diasember seraya membuat gelombang angin kuat vertikal.

Rey mengayunkan katana-nya ke kanan dengan santai dan membuat gelombang angin itu berpindah jalur ke sisi kanannya, membuat jalur panjang di atas danau sampai ke seberang danau dan menumbangkan pepohonan yang ada disana.

"Oh~~kau boleh juga..." puji Diasember.

"Bagaimana dengan ini?!"

Diasember menciptakan gelombang angin yang sangat kuat di depan Rey, kali ini horizontal lurus. Rey mengangkat katana-nya ke atas dengan santai dan menurunkan katana-nya dengan santai juga. Gelombang angin itu terbelah menjadi dua bagian dan kembali menumbangkan pepohonan yang ada di belakang Rey, pada saat bersamaan Rey mengubah katana-nya menjadi pedang air.

Tebasan Air

Rey mengayunkan katana birunya vertikal ke atas dan menciptakan tebasan air yang besar mengarah ke tempat Diasember.

Diasember mengayunkan pedangnya kuat ke samping kiri dan berhasil menghancurkan tebasan air Rey. Pada saat Diasember ingin menyerang Rey dengan gelombang anginnya, Diasember mendapati Rey telah tiada di tempatnya. Suasana sangat tenang saat itu membuat Diasember tidak curiga, tiba - tiba katana biru Rey membuat luka tebasan ditangan kiri Diasember sontak saja membuat Diasember menyerang ke bagian kiri tempatnya tapi serangan Diasember terhenti setelah mendapatkan luka tusuk di paha kanannya.

Hal itu membuat Diasember melompat jauh ke belakang, kedua matanya mencari keberadaan Rey tapi cuma titik - titik hujan saja yang ada di sana, tidak ada keberadaan Rey. Mata Diasember terbelalak terkejut, dia tidak percaya apa yang dia lihat. Rey keluar dari titik - titik hujan yang sangat kecil itu tepat di depan Diasember, Diasember cuma bisa terdiam melihat Rey menebaskan katana-nya.

Tebasan Air Penghancur

Titik - titik air hujan terbang dan masuk ke dalam tubuh Diasember, tidak lama kemudian titik - titik air itu meledak di dalam tubuh Diasember.

Seketika itu juga tubuh Diasember menjadi goyah, Rey berdiri dari tempatnya dan...

Duag???!

Darah keluar banyak dari mulut Rey setelah lengan kiri Diasember menghantam lehernya.

Rey terpental jauh ke belakang dan menghantam keras tanah. Rey bangkit dengan sedikit susah payah, Rey terkejut melihat aura merah yang sangat kuat keluar dari tubuh Diasember.

"Kode Namaku adalah B yaitu Berserker yang artinya Pengamuk..." cetus Diasember. "Dengan kekuatan ini aku dapat menghancurkan apapun dengan begitu mudah terutama dirimu..."

Dalam sekejap mata Diasember telah berada di depan Rey seraya mengayunkan pedang besarnya ke tempat Rey, pada saat itu juga keluar duri - duri es di kaki Diasember dan membekukannya. Semua duri - duri es itu seketika hancur pada saat Diasember menggerakkan tubuhnya tapi serangan es tidak berhenti sampai di situ, sebuah tangan es raksasa muncul di belekang Diasember dan menangkapnya. Diasember meronta keras dan berhasil menghancurkan empat jari tangan es itu, Diasember terkejut melihat Rey tepat berada di depannya seraya mengayunkan pedang sabit yang di selimuti api yang panas.

Tebasan Api Penyiksa

Tebasan api itu menyeret Diasember sampai masuk kembali ke dalam kolam, dan sebagai akhirannya danau itu mengeluarkan uap yang sangat panas.

"Kenapa kau kembali, Asia?" tanya Rey kepada sesosok Asia yang ada di belakangnya.

"Sudah jelas, bukan. Aku akan membantu Rey - san..." jawab Asia dengan tatapan percaya diri, Rey tersenyum kecil melihat tatapan itu mengingatkannya kepada seseorang yang sangat dia sayangi, Gina.

"Maaf Gina. Aku harus mengingkari janjiku kepadamu.." batin Rey.

Rey menatap serius ke depan, dimana Diasember beranjak keluar dari danau dengan luka bakar di dada kanannya.

"Aku harus melakukannya, jika tidak... Asia akan terluka!"

Pedang sabit merah Rey mengeluarkan aura yang tak kasat mata atau tidak terlihat cuma asap putih yang tipis saja yang keluar.

"Asia, kesempatan kita cuma satu kali saja. Pastikan kau membekukan seluruh bagian bawahnya.." seru Rey.

"Baik..."

Hawa dingin keluar dari kedua tangan Asia, Asia menjatuhkan kedua tangannya ke bawah pada saat bersamaan di tempat Diasember muncul duri - duri es yang memerangkapkan dan membekukan seluruh bagian bawahnya. Air keringat keluar banyak dari pelipis Asia padahal Asia baru saja menggunakan kekuatannya, itu membuktikan bahwa kekuatan Diasember sangatlah luarbiasa.

"R - Rey - san, aku tidak kuat lagi..." kata Asia mencoba untuk bertahan lebih lama lagi sementara Rey memfokuskan tenaganya ke pedang sabit apinya.

Mode Pedang : Pedang Dimensi

Seketika itu juga pedang sabit api Rey berubah menjadi sebuah katana hitam yang memiliki motif kaca pecah yang mengeluarkan cahaya putih di setiap jalur mata katana.

"Ugh.." pekik Rey menahan sakit yang dia terima.

"Seharusnya aku mendengarkan perkataan Pembimbing Virus untuk tidak menggunakan sebuah pedang yang belum bisa aku kuasai..." gerutu Rey kesal di dalam hatinya.

"R - Rey - san..." panggil Asia pelan, pada waktu bersamaan es yang ada di bawah kaki Diasember hancur menjadi kepingan yang indah.

Berserker Mode

Tato merah terlihat menjalar di tangan kanan Diasember, bukan itu saja tekanan aura miliknya semakin meningkat pesat.

"Asia..." panggil Rey.

"A - Apa?" tanya Asia gugup.

"Kau telah berjuang keras. Terimakasih!!!"

"E - Eeeeehhhh????"

Muka Asia menjadi merah dan dia berteriak tidak karuan, Rey cuma tersenyum kecil melihat itu kemudian menerjang maju ke depan.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku karena aku adalah yang TERKUAT!!!!" kata Diasember penuh percaya diri.

"Diamlah..."

Diasember mengayunkan pedangnya sangat tinggi ke atas dan mengeluarkan aura merah yang sangat besar, Rey mengangkat katana-nya ke samping kanan dan melakukan tebasan horizontal ke kanan.

Tebasan Pembelah Ruang

Sssstttt....

Tebasan horizontal Rey berhasil menembus tubuh Diasember dan memotong semua pepohonan yang ada di depan Rey.

"Aku yan---"

"---MATI KAU!!" teriak Diasember keras yang memotong kalimat Rey.

Diasember menghantamkan pedangnya ke tempat Rey dan menghancurkannya, bayangan hitam melompat tinggi ke atas dan menghalangi cahaya matahari. Rey menyatukan kedua telapak tangannya dan tengah memfokuskan seluruh tenaganya ke telapak tangan yang menyatu itu.

Hukum Pedang II : Jiwa Para Pedang

Enam cahaya muncul di belekang Rey, keenam cahaya itu adalah keenam pedang Rey dengan elemen mereka masing - masing yaitu api (merah), air (biru), es (biru muda), cahaya (putih), netral (abu - abu), dimensi (hitam).

Rey mengambil katana celestial di tangan kirinya dan pedang katana dimensi di tangan kanannya, katana celestial yang ada di tangan kiri Rey berubah menjadi katana dimensi.

"Ini untukku..."

Rey menebaskan kedua katana dimensi itu membentuk huruf X pada waktu bersamaan tanah yang di pijak oleh Diasember hancur dan kedua katana dimensi itu menghilang.

Rey mendarat di belakang Diasember dengan mulus. Karena tidak mau di remehkan Diasember memutar badannya dan menyerang Rey tiba - tiba, beruntung Rey menundukkan tubuhnya ke bawah dan membiarkan pedang Diasember melewatinya.

"Ini untuk Asia..."

Rey menggenggam erat pedang sabit api di tangan kirinya dan pedang es di tangan kanannya. Rey menebaskan kedua senjata itu ke atas membentuk huruf X lagi, bagian depan tubuh Diasember terbakar sekaligus membeku membuat Diasember terdorong mundur ke belakang dan melepaskan pedangnya.

"A - Aku.... AKU TIDAK AKAN KALAH!!!!" teriak Diasember seraya melancarkan tinju tangan kanannya ke wajah Rey.

Kilatan cahaya putih lewat di depan Diasember dan memotong tangan kanannya.

"Aku juga tidak ingin kalah.." bisik Rey yang kini memegangi pedang putih bergaris emas itu.

"Ugh..."

"Haaaaaa...."

Slash.....

Rey berhasil melakukan tebasan terakhirnya, cahaya putih menempel di depan dada Diasember. Tidak lama kemudian Diasember jatuh dan...kalah.

Pedang putih bergaris emas yang ada di tangan Rey tiba - tiba menghilang di ikuti Rey yang jatuh berlutut.

"Rey - san!!" panggil Asia sembari berlari ke tempat Rey.

"Sudah aku bilang, bukan. Aku yang menang!"

<Quindalin & Rahman POV>

Quindalin dan Rahman berdiri di atas pohon yang sangat tinggi, mereka baru saja melihat pertarungan Diasember melawan Rey yang dimenangkan oleh Rey.

"Mereka boleh juga.." kata Rahman dengan nada meremehkan.

"Setidaknya orang yang bernama Rey itu setara dengan Raja Hitam..." lanjut Quindalin.

"Ya.. Kau benar!"

Quindalin dan Rahman saling membalas pandangan kemudian mereka melompat ke pohon yang ada di depan mereka, pada saat bersamaan kedua pohon yang mereka tempati tadi membeku.

"Rahman awas..." seru Quindalin melihat sebuah bunga matahari terbang berputar ke arah Rahman.

Rahman terlambat menghindar dan mendapatkan luka gores di pipi kirinya.

"Sial.." geram Rahman menatap dua sosok di depan mereka.

"Kau pikir kami berdua akan tinggal diam saja. Kalian salah!" cetus Kuroko.

"Kami berdua akan menjadi lawan kalian.." sambung Hana.

"Quindalin, kita mundur!!"

"Huh???"

Kuroko tidak percaya apa yang baru dia dengar.

"Kita akan bertemu lagi di Dunia Pararel, bocah.."

Seketika itu juga Quindalin dan Rahman berubah menjadi bulu - bulu hitam.

"Cih... Mereka melarikan diri!"

<Author POV>

Kailyas membuat pasak besi menggunakan tanah yang ada di sekitarnya yang sebelumnya dia ubah menjadi sekumpulan data - data. Ichiro, Rena, Riza dan Zakuro melompat ke belakang menghindari serangan pasak besi yanh besar itu.

"Kak Ichiro, kakak buat beberapa Blood untuk menahan semua serangan itu. Zakuro, usahakan untuk memukul mundur dia walaupun hanya sedikit saja. Dan Rena, bantu aku mengumpulkan kekuatan alam.." perintah Riza.

"BAIK!!!"

Ichiro dan Zakuro maju pada saat bersamaan, Ichiro mengeluarkan Blood-nya (aura merah darah) di tangan kanan dan kiri dan membentuk dinding darah yang menahan semua serangan pasak besi itu. Zakuro melompat tinggi ke atas seraya menciptakan bola api raksasa di atasnya.

Bola Api Raksasa

Zakuro melempar bola api raksasa itu ke tempat Kalilyas, Kailyas terdorong ke belakang. Kailyas berhasil selamat dari ledakan bola api itu setelah menciptakan perisai air di depannya.

Kekuatan Alam

Cahaya biru keluar dari telapak tangan Rena dan terbang ke tubuh Riza, aura biru itu kemudian berubah menjadi merah terang.

"Terimakasih Rena..." kata Riza sebelum menerjang maju, di kedua tangannya keluar hawa dingin dan panas.

Ichiro membuka dinding di bagian tengah dan menampilkan tempat Kailyas. Riza berhenti di depan dinding yang berlubang itu lalu menyatukan kedua elemen yang berbeda itu.

Semburan Naga Kembar I

Semburan api dan es terbang cepat ke tempat Kailyas, Kailyas menciptakan dinding air dan tanah menggunakan kekuatannya tapi itu tidak berhasil mulus.

Blaaar...

Ledakan yang cukup besar terjadi di depan Kailyas membuatnya terdorong ke belakang.

Angin kencang menghantam Kailyas keras ke bawah, Kailyas jatuh keras mencium tanah akibat angin yang seperti gravitasi bumi itu.

"Rencana yang sangat bagus, Rena.." puji Ichiro yang menerjang ke sisi kanan Kailyas dan Zakuro di sisi kanan.

Api Peledak

Api yang sangat panas keluar di tangan kiri Zakuro dan siap membakar.

Red Blood Nobless's Claws

Aura merah darah menerjang cepat ke wajah Kailyas yang tidak bergerak.

Kedua mata Riza membulat setelah melihat seringai-an lebar di mulut Kailyas. Riza ingin menghentikan Ichiro dan Zakuro tapi sudah terlambat, Kailyas tiba - tiba berubah menjadi pecahan data - data lalu pecahan data - data itu terbang cepat ke atas Ichiro dan Zakuro kemudian berubah menjadi bentuk semulanya yaitu Kailyas. Ichiro dan Zakuro sama - sama terkejut berusaha untuk menjauh tapi terlambat, Kailyas telah menendang masing - masing kepala mereka dengan kaki cahaya di kaki kanan dan kaki es di kaki kiri. Ichiro maupun Zakuro, mereka berdua sama - sama menghantam tanah dan mengeluarkan darah.

Kailyas mendarat mulus di atas tanah lalu dia mengangkat tubuh Ichiro dan Zakuro dengan mudahnya, Kailyas mencengkeram kepala Ichiro dan Zakuro membuat mereka berdua menjerit kesakitan.

Cahaya biru keluar dari tubuh Ichiro dan Zakuro masuk ke telapak tangan Kailyas, pada saat cahaya biru itu menghilang saat itu juga Ichiro dan Zakuro menjadi pecahan cahaya dan menghilang.

Melihat itu Riza dengan cepat - cepat mengambil note dan pulpennya.

Selamatkan Kak Ichiro dan Zakuro dari kekuatan Kailyas

Pada waktu bersamaan Riza merasakan api terbakar di dada kirinya, itu artinya kekuatannya berhasil. Riza mencoba mengatur nafasnya, Riza seperti baru saja keluar dari kematian. Rena mendekat dan melakukan 'Penyembuhan Alam' pada Riza, Riza memberikan senyuman terimakasih kepada Rena tapi Rena tidak membalas senyuman Riza, Rena lebih berfokus pada penyembuhan Riza.

"Sungguh kekuatan yang luarbiasa, itu membuatku ingin mengambil kekuatanmu..." seru Kailyas seraya tersenyum iblis.

"Jangan harap kau bisa menggunakannya, apalagi mengambilnya. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA!!!" kata Riza marah.

Riza melirik Rena sepertinya Riza memberikan sebuah pesan menggunakan matanya, buktinya Rena menggelengkan kepala kuat - kuat.

"Tenanglah Rena ini cuma sebentar saja kok..." kata Riza mencoba meyakinkan Rena.

"Tapi Nii. Jika Nii - san menggunakannya maka Nii akan h---" kata - kata Rena terhenti setelah Riza mengelus lembut surai hitamnya.

"---Renanglah Rena. Aku pasti akan baik - baik saja..." seru Riza yang menghentikan kata - kata Rena.

Rena yang mendengar itu menundukkan kepala ke bawah, setetes air jatuh dari sana. Riza berjalan pelan ke depan Kailyas.

"Nii - san!!" panggil Rena keras.

"Berjanjilah. BERJANJILAH NII - SAN AKAN MENANG!!!" pinta Rena sambil meneteskan airmata.

Riza yang mendengar perkataan Rena, dia hanya bisa tersenyum kecil kemudian membalikkan badannya.

"Iya. Aku berjanji..." setelah mendengar perkataan Riza, Rena berlari menjauh seraya masih meneteskan airmata.

"Sekarang tinggal kau dan aku, Kailyas..." kata Riza menatap tajam Kailyas.

"Bagus. Dengan ini aku dapat mengeluarkan kekuatan penuhku.." kata Kailyas seraya mengeluarkan aura biru di seluruh bagian tubuhnya.

"Aku juga..." lanjut Riza yang juga mengeluarkan aura pelangi diseluruh bagian tubuhnya.

Riza menghirup nafasnya dalam - dalam lalu di hembuskannya, seketika itu juga aura yang menyelimuti Riza menghilang. Riza mencengkeram kuat dada kanannya yang terdapat kode nama miliknya itu.

Awakening Mode : Allmighty Word

[Permainan Berakhir]

<Riza POV>

"Hah, Hah, Hah..."

Dadaku terasa sesak sekali, kurasa kakiku tidak bisa menahan tubuhku lebih lama lagi. Sedangkan garis - garis hitam atau yang bisa aku bilang tato itu tengah mengecil dan kembali ke tempatnya.

Aku tatap ke depan menggunakan satu mata saja karena mata satunya tidak bisa aku buka, mungkin habis terkena serangan Kailyas barusan.

"Apa aku menang?" tanyaku pada diriku sendiri seraya menatap ke depan dimana Kailyas terkapar tidak bergerak lagi.

15menit lalu aku menggunakan 'Awakening Mode' dan bertarung habis - habisan melawan Kailyas, menggunakan 'Awakening Mode' sangat menguras seluruh tenagaku bahkan untuk berdiri saja pun susah. Aku kembali menatap ke tempat Kailyas, terlihat aura biru kecil sedikit demi sedikit keluar dari tubuhnya, tanah yang ada di bawah kakinya bergetar hebat.

"Uhuk, uhuk,..." pada saat bersamaan Kailyas bangun sambil muntah darah, darah yang sangat banyak.

"Aku rasa serangan terakhir tadi kurang kuat, ya??"

Kailyas memperbaiki cara duduknya dan menatapku kesal.

"Dasar monster..." maki Kailyas.

"Bukankah itu 'kau'. Pengguna Kekuatan pada umumnya bila terkena seranganku barusan tadi mungkin mereka akan... Mati!" balasku tidak terima mendapatkan makian dari Kailyas.

Beberapa saat lalu di belakang Kailyas di huni beberapa pepohonan yang besar tapi setelah terkena seranganku barusan semua pepohonan itu hancur tak tersisa, beruntung salah satu temanku tidak ada disana(aman).

<Kailyas POV>

"Tadi hampir saja bila terlambat sedikit saja aku bakalan mati terkena serangan orang ini.."

Entah kenapa tangan kananku bergetar pada saat melihat tatapan Riza saat pertama kali melihatnya menggunakan teknik aneh tadi.

Dia itu adalah monster!

<Riza POV>

"Sepertinya dia ketakutan melihat seranganku tadi tapi ah~~~~ sial..... Seandainya aku bisa menggunakan ''Awakening Mode' sebanyak satu kali lebih, tiga kali kek aku sudah sangat berterimakasih..." gerutuku dalam hati.

Ingat Riza! Kau hanya bisa menggunakan 'Awakening Mode' cuma sebanyak satu kali saja jika lebih kau akan mendapatkan rasa sakit yang luarbiasa. Bila kau menggunakannya lebih dari dua kali.... Kau akan mati!

Aku tersenyum kecut mengingat kembali perkataan Pembimbing tidak bertanggung jawab itu (Cry). Yah~~mau bagaimana lagi, dia satu - satunya tujuanku mengikuti Tournament konyol yang mempertaruhkan ini.

String...

Suara bising besi terdengar di depanku, sontak saja aku menatap ke depan dan mendapati beberapa meriam hitam yang memilki laras panjang tengah mengarah fokus kepadaku.

"Hehehehe.... Untuk apa itu?" tanyaku pura - pura bodoh.

"Tentu saja untuk membunuhmu, monster. Dan juga kelihatannya kau tidak sanggup lagi untuk kembali menggunakan teknik aneh tadi..." jawab Kailyas berhasil membuatku tersenyum kecut.

"Hahahahahha.... Ketahuan, ya?!!!"

"Matilah..."

Dengan tenaga tersisa aku melompat ke belakang sebelum timah panas raksasa itu melubangi tubuhku. Ledakkan besar terjadi di depan, api menyambar liar ke wajahku, angin mementalkanku jauh ke belakang sampai menghantam tanah kasar. Aku bangkit berdiri dengan sendirinya, bersiap menerima serangan selanjutnya dan tinggal menunggu Kailyas menembakkan semua timah panas itu.

"Aku harap mereka ada disini.."

Daar...

Suara letupan meriam terdengar keras di depanku, semua peluru timah panas itu menari di angin dan menerjangku tepat.

DAAAR....

Semua timah panas itu meledak cepat, tepat di depanku berdiri dua laki - laki yang sangat aku kenal.

"Kau baik - baik saja, Riza?" tanya Rey yang ada di kiri.

"Kau terlihat jelek sekali, Riza.." ejek Al tang ada di kanan.

"Kalia---" aku tidak bisa berkata apa - apa lagi, secara otomatis tubuhku jatuh ke belakang.

Sebelum jatuh ada seseorang yang menangkap tubuhku, orang itu adalah Rena. Cahaya terang terbang lewat di atasku, cahaya yang sangat panas. Aku dapat melihat cahaya itu sebelum kesadaranku hilang, cahaya itu adalah seekor burung phoenix.

<Author POV>

Burung phoenix itu mendarat dengan mulus di atas tanah, Yuki melompat turun dari burung mitos itu.

"B - Bagaimana keadaan Riza - nii?" tanya Yuki cemas.

"Nii - san cuma pingsan, kita harus menyembuhkannya. Apa kau mau membantuku, Yuki?" seru Rena.

Yuki terdiam sejenak kemudian menatap Alfharizy dan Rey.

"Lakukanlah. Biar kami yang melawannya.." kata Alfharizy yang seperti baru saja membaca pikiran Yuki.

Yuki tersenyum senang kemudian berlari ke tempat Rena, burung phoenix miliknya tiba - tiba menghilang. Cahaya hijau terlihat di samping kanan Yuki, di dalam cahaya itu keluar seorang wanita berambut hijau muda panjang dan dia adalah seorang elf.

"Elaine, bantu Rena menyembuhkan Riza - nii..." pinta Yuki.

Wanita bernama Elaine itu mengeluarkan sihir hijaunya dan menyembuhkan luka luar Riza semantara Rena menyembuhkan luka dalam.

Berpindah ke tempat duo penghancur ini...

"Kau siap Rey?" tanya Alfharizy yang memberi senyum kepada Kailyas.

"Ya.."

"Dua lawan satu. Boleh juga, mari kita mulai..." tantang Kailyas memasang posisi menyerang.

Alfharizy menciptakan dua tombak hitam di kedua tangannya, begitu juga dengan Rey, Rey menciptakan dua katana celestial di masing - masing tanganya sedangkan Kailyas. Dia merentangkan kedua tangannya ke samping kanan dan kiri lebar - lebar, pada saat bersamaan kumpulan data - data berterbangan kemana - mana membentuk macam - macam monster. Alfharizy dan Rey melihat itu mendecih kesal, Kailyas memerintahkan semua monsternya untuk menyerang mereka.

Pada waktu bersamaan beberapa pasak es muncul dan membunuh serta membekukan semua monster itu diikuti serbuan prajurit bunga matahari yang mencincang semua monster itu tapi tidak lama kemudian semua monster itu kembali hidup dan mengepung kembali.

"Kami bertiga akan mengatasi monsternya, kalian berdua atasi GM itu.." cetus Kuroko yang tiba - tiba sudah ada di lokasi di ikuti Asia, Hana dan Nauta.

"Mohon bantuannya..."

Alfharizy dan Rey melakukan dash cepat ke depan Kailyas sambil melancarkan serangan masing - masing, Kailyas mendecih kesal kemudian melompat ke belakang menghindari serangan Alfharizy dan Rey.

"Mau kemana kau???!" seru Alfharizy seraya menciptakan tangan hitam raksasa yang siap memukul Kailyas.

Kailyas mengibaskan tangan kirinya ke depan seketika itu juga muncul lubang dimensi yang menghisap tangan hitam Alfharizy, pada waktu bersamaan lubang dimensi muncul di samping kiri Alfharizy dan mengeluarkan tangan hitamnya.

Senjata makan Tuan. Itulah yang tengah terjadi pada Alfharizy. Tangan hitam raksasanya memukul keras dirinya sendiri dan membuat Alfharizy terpental jauh ke samping kanan hingga tidak sadarkan diri. Rey kembali mendecih kesal melihat kecerobohan Alfharizy, Rey menerjang ke depan dan mengganti kedua katana-nya menjadi pedang sabit api.

Rey menciptakan tebasan api X sementara Kailyas membantu dinding air di depannya. Rey melompat ke depan dinding air itu sambil menusukkan pedang sabit ke dalam dinding air, uap panas keluar dari pedang Rey.

"Terimakasih atas airnya..." seketika itu juga dinding air itu pecah dan kedua pedang sabit Rey berubah menjadi pedang biru muda yang dingin.

Rey mengangkat kedua pedangnya ke samping kanan tubuhnya kemudian mengayunkannya ke depan. Sesosok kepala naga es tercipta di depan Kailyas dan menghantamnya keras jauh ke belakang, tidak lama kemudian naga es itu hancur setelah di tinju Kailyas. Kailyas meletakkan kedua telapak tangannya ke bawah pada waktu bersamaan muncul duri - duri besi disekitar Rey mengelilinginya. Kedua tangan Rey dengan lihai menghancurkan duri - duri besi itu sampai - sampai pandangannya terhadap Kailyas menghilang, Kailyas muncul di belakang Rey dari lubang dimensi miliknya dan siap menyerang Rey tapi tiba - tiba datang sambaran petir dari atas mereka membuat Kailyas kembali masuk ke dalam lubang dimensi itu.

"Dukungan yang bagus..." puji Rey kepada Kuroko sembari menerjang Kailyas.

Lubang dimensi itu tertutup sepenuhnya, entah kenapa tiba - tiba Alfharizy tersenyum penuh kemenangan. Aura hitam keluar dari tangan kanannya dan mencengkeram kuat sesuatu di tempat hilang lubang dimensi Kailyas. Alfharizy menarik kuat benda itu yang tenyata adalah kerah baju Kailyas.

"Kau bisa lari tapi tidak bisa sembunyi.." bisik Alfharizy sambil tersenyum iblis.

Alfharizy menghantamkan Kailyas di atas tanah kemudian di lanjutkan dengan hantaman keras di perut, dan tebasan cepat di dada kiri.

"Menyerahlah..."

<Kailyas POV>

Hahahahahha...

Hahahahahha...

Hahahahahha...

Dasar anak kecil!

Kau ini telah dewasa tapi kenapa kau terus bermain game? Apa masa kecilmu masih kurang, Kailyas?

Apa salahku?

Anak kecil!

Anak kecil!!

Anak kecil!!!

Apa salahnya bila aku bermain game? Itu semua tidak ada hubungannya dengan umur ataupun diriku! Yang aku inginkan adalah bersenang - senang. Itu saja!

Dimana aku bisa mendapatkan kesenangan itu?

Dimana?

<Author POV>

Alfharizy dan Rey terlihat sudah kelelahan,  dibawah mereka terkapar Kailyas tidak sadarkan diri.

"Kita berhasil?" tanya Alfharizy.

"Sepertinya begitu..." jawab Rey.

"......."

"......."

"......"

"......"

"......"

"......"

"Aku mengerti sekarang!!!"

Seketika itu juga Alfharizy dan Rey terpental setelah terkena data - data Kailyas yang tiba - tiba saja keluar dari dalam tubuhnya. Kailyas bangkit seperti ada sesuatu yang menariknya bangkit, data - data Kailyas terbang kemana - mana menghantam keras Asia, Hana, Kuroko, Nauta dan Yuki yang tengah sibuk dengan tugas mereka, mereka semua terkena serangan Kailyas kecuali Rena dan Riza yang di lindungi oleh Yuki barusan.

"Aku mengerti sekarang..."

"......"

"Tidak ada kesenangan seperti itu yang dapat aku temukan di sini.." lanjut Kailyas dengan tatapan kosong.

Tubuh Rena bergetar hebat melihat tatapan kosong Kailyas, Rena memperkuat pelukannya pada Riza yang masih tidak sadarkan diri.

"Gadis kecil.... Kau tahu dimana aku dapat menemukan kesenangan itu?" tanya Kailyas dengan posisi kepala miring ke kanan, sekarang Kailyas seperti orang kesurupan saja.

Rena cuma diam tidak menjawab pertanyaan Kailyas. Kailyas berjalan santai ke tempat Rena, dan Rena kembali menguatkan pelukannya pada tubuh Riza.

Kailyas bergerak sangat cepat dan telah berada di depan Rena seraya melancarkan tendangan sabit, Rena yang melihat itu melepaskan pelukannya pada Riza dan terkena tendangan sabit yang membuat Rena terpental ke belakang menghantam keras tembok tanah yang di buat oleh Kailyas. Darah keluar dari mulut Rena dan Rena tidak sadarkan diri dengan posisi tubuh terjepit tembok tanah.

"R - Rena...."

<Riza POV>

Apa ini?

Kenapa tubuhku tidak bisa bergerak?

Aku mohon hentikan. Jangan sakiti Rena!

Sial....

"N - Nii - san.."

Kesadaranku mulai kembali, luka yang ada di sekujur tubuhku sudah pulih tapi aku tidak bisa menggerakan tubuhku.

Tap... Tap...

Aku dapat melihat langkah kaki santai milik Kailyas yang tengah berjalan santai ke arah Rena.

"Nii - san..."

Panggilan Rena berhasil membuat kesadaranku kembali tapi tetap saja aku tidak bisa bergerak.

"Oh kau sudah bangun ya.." cetus Kailyas menatapku dengan tatapan kosong.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Aku mau bertanya padamu? Apa kesenanganmu itu akan terus ada jika bahan bakarnya hilang?" tanya Kailyas.

"A - Apa maksudmu, a - aku tidak mengerti?" tanyaku balik.

Kailyas tersenyum kecil kemudian mengangkat tangan kanannya, tembok tanah yang menjepit Rena bergerak mendekat ke tempat Kailyas. Kailyas mencengkeram kuat leher Rena dan mengangkatnya ke hadapanku.

"A - Apa yang ingin kau lakukan?" tanyaku cemas.

"Jika aku mematahkan leher gadis ini, apa kau akan terus tersenyum?" cetus Kailyas dengan pertanyaan yang tidak aku mengerti.

"N - Nii - san.." panggil Rena seraya mencoba melepaskan cengkeraman tangan Kailyas.

"H - Hentikan aku mohon. Jika kau ingin melukaiku silahkan tapi jangan sakiti Rena, aku mohon..." mohonku.

"Apa kau tidak mengerti, Riza? Aku tengah melukaimu... Dengan kematian gadis ini!!!"

Trak?

"....."

"....."

"....."

Argh!

Dada kiriku tiba - tiba sangat sakit melihat Rena yang berada di cengkeraman Kailyas

Riza..

<Author POV>

"Riza..."

Riza bergerak dengan sangat cepat ke depan Kailyas seraya memukul wajah Kailyas menggunakan tangan kanannya yang di selimuti huruf - huruf yang berputar mengelilingi tangannya.

Duar...

Kailyas menghantam tembok tanah yang ada di belakangnya keras sampai menembus tembok itu.

Riza menangkap tubuh Rena yang tidak sadarkan diri.

"Aku tidak percaya, kau baru saja memanggil namaku, Rena..." gumam Riza yang meletakkan Rena pelan di atas rerumputan hijau yang dibuat oleh Riza.

"Kau istirahat sebentar, biar aku yang mengurus sisanya.." bisik Riza seraya mengelus surai Rena lembut.

"R - Riza..."

<Riza POV>

Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi? Tapi yang penting, aku dapat bergerak sekarang. Aku tatap ke depan dimana Kailyas sudah berdiri tegak.

"Kenapa kau melakukan ini? Apa kau tidak memiliki pekerjaan lain?" tanyaku emosi.

"Aku hanya ingin mencari kesenangan yang aku inginkan..." jawab Kailyas.

"Kesenangan?" pikirku bingung.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada dirimu di masa lalu? Tapi aku tidak bisa memaafkan dirimu karena telah melukai teman - temanku..." geramku kesal menatap tajam ke depan.

"Kenapa semua orang mementingkan keinginan mereka sendiri? Kenapa? YANG AKU INGINKAN ADALAH SEBUAH KESENANGAN YANG DAPAT MEMBUAT SEMUA ORANG GEMBIRA, ITU SAJA!!" teriak Kailyas keras.

Seluruh tanah, angin dan langit berubah menjadi sekumpulan data - data yang sangat banyak dan mereka mengumpul ke satu tempat yaitu telapak tangan kiri Kailyas.

"Sepertinya dia ingin mengakhiri semua ini dalam satu serangan terakhir!"

Aku angkat tangan kiriku ke depan pada saat bersamaan muncul beberapa huruf di depan dan membentuk nama barang.

Note

Sebuah note bersampul abu - abu tiba - tiba muncul dari cahaya empat huruf yang ada di depanku.

Aku gigit jari telunjukku sampai berdarah, aku ambil note yang melayang di depanku dan mulai menulis.

Keluarkan semua orang yang ada di tempat ini kecuali aku dan Kailyas

Dalam hitungan detik Al, Asia, Hana, Kuroko, Rena, Rey, Nauta dan Yuki menghilang dari tempat mereka, meninggalkan kami berdua.

Aku ambil kembali note itu dan kembali mulai menulis.

"Kesenangan ya???" gumamku.

Aku lempar tinggi ke atas note itu, sangat tinggi ke atas. Note itu memunculkan cahaya yang sangat terang di atas kami berdua tapi Kailyas tidak peduli dengan terangnya cahaya itu.

"Kailyas..." panggilku, Kailyas tidak menjawab panggilanku, dia cuma diam sana sembari mengumpulkan semua data - data dunia game.

"Game Over..." kataku pelan.

Aku dapat melihat sekilas, Kailyas tersenyum kecil pada saat aku mengucapkan kalimat itu sementara cahaya yang ada di atas kami sudah memenuhi langit biru dengan warna kuning terang.

"Selamat tinggal, Riza. Senang bertemu denganmu..." kata Kailyas dengan senyuman lebar.

Judgment

<Author POV>

Untuk semuanya,

         Untuk semua orang yang mengenalku, aku ucapkan maaf yang sangat besar kepada kalian. Aku tahu kesalahanku ini tidak bisa di maafkan tapi aku tetap meminta maaf kepada kalian. Sampai akhir hayat aku masih memikirkan apa kesenangan yang ingin aku temukan? Seperti apa kesenangan itu? Aku juga tidak tahu, maka dari itu... Aku titipkan pertanyaan ini kepada teman baruku. Riza.

Dari; Kailyas

<Riza POV>

Kedua mataku ini terfokus kepada pesan kertas yang tengah aku baca ini dan ini adalah milik Kailyas.

"Kapan dia membuat pesan ini, aku tidak habis pikir???" batinku bingung.

"Kesenangan ya???" pikirku lagi.

"Nii - san, barbeque sudah siap lo~~" panggil Rena dari luar rumah.

Aku hampir lupa malam ini, aku dan semuanya tengah mengadakan pesta barbeque. Aku tidak percaya, kami masih sempat untuk membuatnya padahal beberapa saat yang lalu kami hampir mati.

Aku membuka pintu masuk sekaligus keluar, aku dapat mencium aroma enak yang lewat di ujung hidungku. Bau itu berasal dari barbeque yang berada di tangan Rena dan semuanya. Ada Asia, Hana, Yuki dan Zakuro yang tengah membuat beberapa barbeque tambahan di dekat pagar, di meja kayu ada Kak Ichiro, Kuroko dan Rey tengah bercakap - cakap santai dengan dua pirang yang dipenuhi oleh beberapa tusuk barbeque lagi dan minuman bersoda seperti cola - cola, fanta dan spirt. Dan di ayunan besi yang terletak di sudut paling kanan ada Al dan Nauta yang duduk berduan di ayunan tersebut sembari bercakap - cakap, sesekali mereka tertawa entah apa yang mereka bicarakan.

"Ini untuk Nii - san..." kata Rena yang memberikan satu tusuk barbeque hangat.

"Terimakasih Rena..." kataku berterimakasih kepada Rena lalu aku ambil tusuk barbeque itu.

"Sama - Sama Nii - san.." balas Rena tersenyum manis.

"Selamat makan *hauf*"

Kebersamaan adalah kesenangan yang tidak dapat tergantikan. Carilah kebersamaan, jika kau mendapatkannya maka kau juga akan mendapatkan kesenangan yang kau inginkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro