21. Kemunculan Mikail

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Megan duduk di kursi yang ditarik kan oleh Nicholas dan membalas pria itu dengan sebuah senyuman lembut. Kemudian Nicholas berjalan ke seberang meja dan menarik kursi untuk dirinya sendiri.

"Kau ingin memesan menu makananmu sendiri atau biarkan aku melakukannya untukmu?" tanya Nicholas mulai membuka buku menu yang sudah disiapkan di hadapannya juga Megan.

"Aku akan melakukannya sendiri. Terima kasih." Megan membuka buku menu miliknya. Sedangkan Nicholas mengangkat tangan ke arah pelayan yang menunggu dengan sikap siaga di samping pintu. Dan keduanya sibuk menentukan menu makanan masing-masing.

Setelah pelayan menulis menu masing-masing, pelayan tersebut berpamit dan meninggalkan keduanya dalam sekejap.

"Kau memesan udang mentega?" Salah satu alis Megan terangkat, penuh kecurigaan yang menyelimuti tatapan wanita itu. Di acara makan malam mereka yang terakhir, Nicholas memerankan menu makanan sehat yang setiap hari di sajikan oleh Jelita untuknya dan selalu ia pesan di mana pun ia harus makan. Juga makanan untuk pria itu. Tetapi, kali ini Nicholas sengaja memesan udang mentega, yang tentu saja pria itu ketahui sebagai makanan favoritnya yang sudah tidak ia makan bertahun-tahun lamanya. Sejak ia kembali ke dunia model. Megan yakin Nicholas menyimpan sesuatu di balik pilihan menu makanan tersebut.

Nicholas hanya tersenyum. "Aku tak ingin kau menyesal."

"Aku akan lebih menyesal jika Jelita mengetahui hal ini dan menyuruhku diet habis-habisan karena berat badanku naik esok pagi."

"Ini hanya udang mentega, Megan. Jangan menyikapinya terlalu berlebihan."

"Dan aku tak tahu bagaimana kau mempertahankan bentuk tubuhmu tetap seksi seperti itu tanpa menjaga ketat pola makanmu, Nicholas."

Kedua bola mata Nicholas berbinar, mendengarkan pujian yang terselip di antara kalimat Megan. Sedangkan Megan yang tak menyadarinya, hanya berkerut kening dan bertanya, "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Senyum menyebar di seluruh permukaan wajah Nicholas. "Aku tak pernah merasa sebaik ini saat mendengarkan sebuah pujian. Dan aku sangat suka menjadi seksi untukmu," jawabnya diikut ini kelingan mata menggodanya. Yang Megan yakin akan membuat wanita mana pun jatuh cinta setengah mati pada seorang Nicholas Matteo. Sayangnya, semua pesona itu masih belum cukup meruntuhkan tembok besar yang dibangun oleh seorang Megan Ailee. Bahkan menyentuh pun tidak.

Wajah Megan membeku, seketika menyadari bahwa dirinya keceplosan dan wajahnya seketika merah padam oleh rasa malu. "A-aku... aku hanya mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang tentangmu, Nicholas. Jangan menanggapinya terlalu berlebihan."

Kata-kata bernada dingin tersebut masih tak mampu memudarkan senyum yang mengembang di kedua ujung bibir Nicholas. Yang membuat Megan semakin salah tingkah.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Megan mengalihkan pembicaraan. "Sambil menunggu makanan datang, kita bisa membicarakannyan, kan?"

Nicholas mengangguk, tetapi masih sibuk tersenyum dan tak mengatakan apa pun untuk menjawab pertanyaan Megan.

"Berhenti tertawa, Nicholas," sergah Megan dengan delikan yang galak.

"Baiklah." Senyum Nicholas mereda, tetapi binar cinta di kedua mata pria itu masih sangat jelas. Tak sungkan-sungkan membuat Megan semakin tersipu malu. "Aku berencana membawamu sebagai pasangan di acara pesta ulang tahun Kiano besok. Bagaimana?"

Megan terdiam. Ketertarikan yang besar segera memenuhi wajahnya, tetapi kemudian ia teringat Mikail. "Apakah Mikail akan membiarkan hal itu?" tanyanya dengan kelurahan yang mulai menghiasi kedua mata wanita itu. "A-aku takut Mikail akan mempermalukanku dan mengusirku di hadapan putraku sendiri, Nicholas."

Nicholas mengambil tangan Megan, menggenggam dan menyalurkan kepercayaan diri untuk wanita itu. Mengunci pandangan Megan dan berkata dengan penuh keyakinan. "Percaya padaku. Aku tidak akan membiarkan dia melakukan hal itu padamu, Megan. Dia tidak berhak merenggut hakmu sebagai ibu Kiano."

Megan tak yakin dengan kalimat terakhir Nicholas. Ialah yang melepaskan hak tersebut lebih dulu. Mencampakkan Mikail dan Kiano lebih dulu. "Kau tahu aku sama sekali tidak berhak, Nicholas."

Nicholas menatap dalam-dalam emosi di kedua mata Megan. "Kau hanya melakukan kesalahan, Megan. Dan siapa pun berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaikinya. Sekarang kau mencoba memperbaikinya. Dan itu yang terpenting."

Sungguh, betapa Megan ingin kata-kata itu memberinya sebuah keyakinan yang besar untuk kembali ke hidup Kiano. Dengan penuh keyakinan. Tanpa membuat rasa bersalah menghantuinya.

"Saat itu kau masih begitu muda, banyak anak muda melakukan kesalahan, yang bahkan lebih besar. Setidaknya Kiano hidup dengan baik. Mungkin dia kehilangan kasih sayang seorang ibu, tetapi Mikail memberikan segalanya sehingga Kiano merasa tidak kekurangan suatu apa pun. Kau melahirkannya."

Kata-kata Nicholas membuat hati Megan terharu. Genggaman tangan yang menguat, memberinya keyakinan yang kuat.

"Kau berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaikinya, Megan. Kau akan selalu berhak memiliki kesempatan itu." Sekali lagi Nicholas meyakinkan Megan.

***

Sejak pagi, Megan sudah mempersiapkan segalanya. Tetapi tetap saja kegugupan menyerangnya ketika Megan memastikan penampilannya sempurna di depan kaca.

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Satu jam lagi acara Kiano akan segera dimulai. Jantung Megan berdebar dengan penuh semangat. Dan kado? Kepalanya berputar menatap kantong hadiah yang sudah disiapkan oleh Nicholas untuknya. Ia memercayakan hal tersebut pada Nicholas karena pria itu jelas lebih mengenal Kiano dibandingkan dirinya.

Kemudian pandangan Megan berpindah ke ponselnya yang tergeletak di samping kantung hadiah tersebut. Megan pun menghampiri sofa di ujung tempat tidur. Teringat akan Jelita yang tak biasanya tidak ada di saat ia gugup seperti ini. Akan tetapi nomor wanita itu tidak aktif.

Tak menyerah, sekali lagi Megan menghubungi nomor Jelita yang masih tidak aktif. Bertanya-tanya dengan keheranan karena sejak tadi pagi Jelita tidak datang ke apartemennya untuk melihat keadaannya. Tadi malam wanita itu hanya mengirim sebuah pesan singkat bahwa besok tidak ada jadwal apa pun. Jelita juga sudah membaca pesan balasannya. Dan itu adalah terakhir kalinya mereka berkomunikasi.

Tadi pagi nomor Jelita masih aktif, tetapi wanita itu tidak mengangkat panggilannya maupun membalas pesannya. Dan satu jam yang lalu nomor Jelita mendadak tidak aktif dan tidak bisa dihubungi. Mungkinkah wanita itu sedang sakit? Megan pun mengingat kan dirinya sendiri untuk mengunjungi apartemen Jelita sepulang dari acara ulang tahun Kiano.

Satu pesan singkat muncul dari Nicholas. Mengatakan bahwa pria itu sudah ada di bawah untuk menunggu. Dengan senyum lebarnya, Megan membalas pesan tersebut. Kemudian mengambil tasnya di meja dan bergegas keluar dari kamar.

Akan tetapi, langkahnya baru saja menyeberangi ruang santai ketika bel apartemennya berbunyi. Langkah wanita itu terhenti, menatap dengan heran ke arah pintu.

Nicholas?

Bukankah pria itu baru saja mengatakan ada di lantai bawah menunggunya?

Atau Jelita?

Tapi Jelita tak pernah membunyikan bel saat mengunjungi apartemen.

Tanpa sedikit pun kecurigaan, Megan melanjutkan langkahnya. Membuka pintu dan...

Seluruh tubuhnya membeku dan senyum di wajahnya seketika raib. Digantikan oleh kepucatan dengan seseorang yang berdiri di hadapannya. Napasnya tercekat dengan keras ketika mengucapkan satu nama dengan gugup. "M-mikail?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro