56. Akulah Nyonya Matteo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Promo dulu, ya.

Ebooknya Mikail dan Megan sudah tersedia di Playstore. Ending sampai 100 part (Hmm, apa ga puas-puas tuh bacanya) dan ada juga ebook  untuk extranya ada 4 part, yang panjang juga perpartnya. (Khusus yang ini ga diposting di sini, ya)


Selamat Membaca.....

***

Megan dan Kiano naik mobil lebih, menunggu Mikail dan Alicia yang melambat. Ketika keduanya muncul di pintu putar rumah sakit, Megan menolehkan wajahnya. Tak bisa menahan diri untuk tidak mengamati perhatian Mikail yang diberikan pada Alicia. Tanda tanya besar menggantung di atas kepalanya, dengan perhatian sebesar itu yang diberikan Mikail untuk Alicia. Kenapa Mikail tidak menikahi wanita itu? Meski Megan sedikit bersyukur karena dengan kelicikan Alicia, Kiano setidaknya terselamatkan dari ibu tiri seperti Alicia.

Megan tak bisa membayangkan sikap buruk Alicia terhadap Kiano jika berada di belakang Mikail. Karena jelas, segala sikap yang ditampilkan oleh Alicia di depan Mikail hanyalah kebaikan wanita itu pada Kiano. Cara Alicia memperlakukan Kiano di depan Mikail hanyalah kelembutan dan ketulusan. Yang tak bisa Megan rasakan setelah wanita itu mencoba melukai Kiano.

Mikail membukakan pintu belakang untuk Alicia dan pria itu duduk di jok depan. Megan pun segera mengalihkan perhatiannya pada Kiano. Menyibukkan diri dengan perbincangan ringan seperti biasa dengan putranya tersebut. Hanya Kianolah satu-satunya alasan ia terjebak kembali di hidup Mikail.

***

Kiano sedang beristirahat siang dan Mikail pergi ke kantor ketika Megan turun ke lantai satu karena pelayan yang memberitahunya tentang kedatangan Jelita. Wanita itu sudah menunggu di ruang tamu.

“Hai,” sapa Jelita yang beranjak dan memeluk Megan. Dan keduanya duduk bersampingan di sofa panjang.

“Kau sudah memperbaiki ponselku?” tanya Megan bahkan sebelum pantatnya mendarat di sofa.

“Ya.” Jelita merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel Megan yang sudah bisa menyala. “Apa kau tahu apa yang kulakukan hingga ponselmu diperbaiki secepat ini?” gerutu Jelita.

“Aku tahu kau selalu melakukan segalanya yang terbaik untukku, Jelita,” senyum Megan sambil sekali lagi memeluk Jelita dan mendaratkan kecupan di pipi Jelita, yang langsung wanita itu hapus. “Dan sekarang, ini adalah semua berkas pembatalan kontrak yang diurus anak buah Mikail.”

Penjelasan Jelita kali ini mendapatkan perhatian dari Megan. Wanita itu menoleh dan melihat tumpukan berkas di meja yang baru disadari keberadaannya.

“Dan dia yang membayar semua biaya pinaltinya,” tambah Jelita. Yang membuat kedua mata Megan melebar. “Semua ini jelas tidak sedikit.”

“Apakah aku mampu membayar semuanya?”

“Ya, meski hanya menyisakan beberapa tabunganmu, aku yakin kita masih sanggup membayarnya.”

“Kalau begitu biarkan aku yang membayarnya. Aku akan bicara dengan Mikail.”

Jelita mengangguk. Mengamati dengan hati-hati raut wajah Megan yang mulai sibuk pada ponsel di tangan. “Nicholas datang ke apartemenmu.”

Megan membeku, perlahan wajahnya terdongak dan menatap Jelita.

“Kami nyaris berpapasan saat aku mengambilkan pakaianmu, tetapi aku segera bersembunyi di tangga darurat karena tak tahu harus mengatakan apa jika dia menanyakan tentangmu.”

Megan mendesah berat. “Dia melihatku menjemput Kiano. Dan beberapa kali menghubungiku sebelum Mikail merusak ponselku.”

Kedua mata Jelita membelalak. “Apa? Apa dia tahu tentang pernikahanmu?”

“Entahlah.”

“Dan apa yang kauinginkan darinya? Sekarang?”

Megan menghela napas panjang, menatap layar ponselnya yang sudah menyala dan menampilkan beberapa panggilan tak terjawab dari Nicholas. Wanita itu hanya tertegun, ia memperbaiki ponselnya karena Nicholas dan rasa bersalahnya. Sekarang ia tak yakin apa yang akan dilakukannya terhadap pria itu.

Megan pun meletakkan kembali ponsel tersebut ke meja, sebelum kemudian memulai perbincangan ringan hingga Jelita pulang. Dan Megan pergi ke dapur, mengamati koki memasak dan ikut membantu beberapa pelayan menyiapkan makan siang. Bahkan koki dan semua pelayan di rumah Mikail saja tahu kalau Kiano memiliki alergi kacang almond. Alicia pasti sengaja menjebaknya, dan yang tak termaafkan, wanita itu menggunakan keselamatan putranya.

"Baiklah. Kupikir tak perlu lagi bagiku untuk berpura-pura di depanmu.” Alicia muncul dan berdiri di samping meja pantry, menatap Megan yang baru saja selesai menuangkan gelas susu untuk Kiano dan segelas jus untuk dirinya sendiri sebelum membawanya ke atas. Wanita itu berencana makan siang di kamarnya Kiano saja. “Aku tak menyukai kehadiranmu di rumah ini, Megan.”

Keterus terangan tersebut kontan menarik perhatian pelayan yang berdiri di samping kanan dan kiri Megan. Kedua wanita tersebut membeku dan dengan isyarat Megan, semua yang ada di pantry tersebut bergegas masuk ke dapur dalam.

“Kalian tetap di sini,” cegah Alicia. Yang membuat pelayan tersebut bingung harus melanjutkan langkahnya atau tetap di tempat.

Wajah Megan merah padam, rupanya Alicia menentang kekuasaanya. Baiklah jika wanita itu yang meminta.

“Siapa kau memerintah mereka di rumah ini, Alicia? Akulah nyonya di rumah ini dan akulah istri Mikail.” Megan tak pernah sepercaya diri ini menjadi istri Mikail untuk beberapa hari ini.

Wajah Alicia merah padam, terutama ketika semua pelayan langsung menuruti perintah Megan. “Kaulah yang dengan lancangnya datang ke kehidupan kami. Merebut posisi yang seharusnya kumiliki.”

Megan mengedipkan matanya dua kali. Rasanya memang lebih mudah menghadapi wajah sesungguhnya Alicia ketimbang dengan sikap manis dan baik yang selalu ditampilkan Alicia selama ini. Bersikap seolah wanita itu paling mengerti Mikail dan Kiano, dan kini Megan mengerti. Semua itu hanyalah kelicikan Alicia. Alicia tak sungguh-sungguh menyayangi Kiano, setelah apa yang dilakukan wanita itu pada Kiano dan dirinya. Rasanya yang Megan lohat pada wanita itu hanyalah kebusukan dan kelicikan.

"Entah apa yang kau inginkan dari Mikail di rumah ini, Alicia. Tapi pasti ada alasan kenapa kau ada di sini. Begitu pun denganku. Aku sama sekali tak peduli dengan tujuanmu, namun jika sekali lagi kau menggunakan Kiano ataupun membahayakan putraku demi mendapatkan perhatian Mikail. Aku tak akan membiarkanmu lagi, Alicia."

Alicia mendengus tipis. Menyilangkan kedua tangan di depan dada. Dengan kilat kelicikan di kedua matanya. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan, Megan?" dengusnya mengejek."Kau tak lebih dari mantan istri yang datang menyerobot tujuanku. Merebut perhatian Mikail dan Kiano karena gagal melupakan masa lalu kalian. Aku pastikan padamu, satu-satunya hal yang paling kau ketahui hanyalah mencampakkan Mikail dan Kiano. Melarikan diri adalah satu-satunya keahlian yang paling kau kuasai. Dan kali ini pun, kau datang ke hidup mereka hanyalah untuk memberi mereka sebuah luka. Pahamilah, Megan. Bukan di sini tempatmu."

Rasa gatal menyelimuti kedua tangan Megan. Ingin sekali rasanya ia melayangkan satu tamparan di wajah Alicia. Atau setidaknya menyiramkan gelas susu dan jus di depannya ke wajah wanita itu. Tetapi Megan menahan diri.

"Kau tak tahu apa-apa tentangku. Apalagi tentang hubunganku dan Mikail. Jaga kata-katamu, Alicia." Wajah Megan tampak mengeras, menatap lurus kedua mata Alicia tanpa sedikit pun rasa takut yang menggoyahkannya. Ia tak peduli apa yang diinginkan Alicia terhadap Mikail, tetapi jika itu berhubungan dengan putranya, Kiano. Tak ada rasa takut yang diperlukan dirinya. Ia sudah berada di ambang kematiannya demi Kiano. Tentu saja ia akan melakukan apa pun demi putranya. "Lagipula, Mikail pasti memiliki alasan kenapa dia lebih memilihku menjadi istrinya kembali ketimbang dirimu yang kau bilang sudah begitu dekat dengannya selama aku meninggalkan mereka, kan?"

Kata-kata telak Megan berhasil menusuk tepat di dada Alicia. Wajah Alicia membeku oleh kepucatan yang tak mampu ditutupinya.

Megan menyeringai akan kebekuan di wajah Alicia. Wanita itu mengangkat nampan di depannya dan berjalan pergi. Meninggalkan Alicia dengan tumpukan kebencian yang semakin menggunung untuk dirinya.

Megan sendiri tak peduli dengan kebencian itu. Ia tak bertanggung jawab untuk rasa suka maupun kebencian orang terhadap dirinya. Yang ia tahu, ia kembali di rumah ini untuk Kiano. Tak ada tujuan lain. Termasuk jika berhubungan dengan Mikail dan menjadi istri pria itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro