D R E A M . .

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mimpiku berawal dari aku yang tinggal disebuah desa dan ayahku merupakan seorang peneliti. Beliau sedang ditugaskan di kantor penelitian yang ada di desa ini. Disini aku sudah mempunyai cukup banyak teman dan selalu bermain dengan mereka. Mereka terkadang selalu menganggapku berbeda, hanya karena aku berasal dari kota. Padahal aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.
Suatu hari ada seseorang yang ingin mengajakku menikah. Dia teman sekaligus orang yang kusuka. Tak kusangka dia memiliki perasaan yang sama denganku dan menyatakan hal ini. Umur kami memang sudah cukup dewasa.
Namun ada satu kendala. Ayahku. Beliau selalu menentang ataupun mengintrogasi siapa yang sedang dekat denganku. Rencananya esok hari ayah meminta kekasihku untuk datang kekantornya dan aku tidak diizinkan untuk tidak bertemu dengannya esok hari. Aku takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Keesokan harinya, ayahku berangkat pagi-pagi sekali namun aku tak diizinkan keluar. Teman-temanku tahu tentang keadaanku, akhirnya mereka membantuku untuk bertemu dengan kekasihku. Mungkin jika mereka tak ada, aku mungkin hanya bisa menunggu keputusan yang diambil ayahku.
Aku dan teman-teman berlari menyusul kekasihku. Saat melihatnya sudah berdiri didepan kantor ayahku, aku langsung berlari kearahnya dan memeluknya. Ia hanya menatapku heran, mungkin sepengetahuannya aku dilarang untuk pergi keluar. Namun saat melihat teman-teman dibelakangku. Dia langsung tersenyum. Saat memasuki kantor ayah, dia menggenggam tanganku dengan erat. Aku senang sekali.

Saat memasuki kantor, aku malah diminta bantuan oleh teman-teman ayah. Aku memang ahli dalam teknologi, jadi sesekali mereka meminta bantuan padaku. Sebenarnya ada rasa tak rela. Namun kekasihku, memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja. Mungkin ini adalah permintaan ayah agar aku tak ikut menemuinya. Kulihat diruangan ayah, kekasihku seperti sedang disidang bersama kedua teman ayahku. Aku mengenalnya, yang satu adalah asisten kepercayaan ayah dan sekertaris ayah. Ayah sesekali menampakkan wajah sinis pada kekasihku.

Setelah beberapa jam kemudian mereka keluar dari ruangan ayah dengan ekspresi wajah yang tak bisa ditebak. Ayah yang berjalan kearahku hanya menatapku datar. Diusapnya pucuk kepalaku sambil tersenyum. “Kurestui kalian” bisiknya. Aku menatap tak percaya. “Ayah merestuiku?” Kupeluk ayah dari belakang untuk menyalurkan rasa bahagia dan terimakasihku. “Terimakasih, Ayah.” Ucapku berkali-kali.

Rasanya seperti mimpi, cerita indah ini berakhir dengan sangat manis. Kekasihku, terlihat sangat bahagia. Dan teman-temanku hanya menepuk-nepuk pundaknya sambil berhigh five ria karena usaha mereka selama ini tak sia-sia. Aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan tanpa sadar meneteskan air mata. Lalu dia melebarkan tangan untuk menerima pelukan dariku. Aku berlari kecil menghampirinya dan memeluknya erat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro