20. Terbongkar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Halo, apa kabar?" Si laki-laki tertawa sarkas setelah korbannya terkejut.

"Ngapain hp Vina ada di lo?!" Otak Erland sudah tidak bisa diajak kerja sama. Apalagi kondisi Gibran kini bertelanjang dada.

"Wooow, santai, Man, santai," ujarnya terlihat santai. Ia beranjak dari duduk, lalu memperlihatkan seorang perempuan yang tengah tidur dengan bagian dada yang sedikit terbuka. Ada banyak kissmark di lehernya.

"Cewek lo abis ML ama gue," lanjutnya lagi.

Bola mata Erland membulat. Rahangnya mengeras mendengar penuturan itu. "Maksud lo apa ngelakuin hal kayak gitu? Lo gak tahu dia pacar gue, hah?!"

"Yaelah, Bro. Kayak gak tahu kelakuan cewek lo aja." Gibran menyulut rokok. Mengepulkan asap ke udara dengan santai, tak memedulikan Erland yang wajahnya sudah merah padam.

"Kenapa? Kenapa sama dia?! Lo, 'kan, yang udah maksa dia? Atau lo mau bales dendam sama gue karena udah bikin hidung lo patah?!"

"Hahaha, pemikiran lo sempit banget, ya. Hal sekecil itu aja dijadiin balas dendam. Situ waras?"

Ah, benar. Gibran tidak mungkin balas dendam hanya karena dipukuli. Baginya itu remeh sekali.

"Cewek lo sendiri yang datang ke gue."

Erland kembali menatap Gibran. "Maksud lo?"

Sebelum menjawab, Gibran tampak berjalan pada suatu tempat. Sebuah balkon. Asap rokok yang dihembuskan mengepul tertiup angin.

"Pacaran sama lo gak enak katanya."

Jantung Erland mencelos mendengar kalimat tersebut. Ketakutan akan hantu tadi seolah lenyap.

"Bosenin. Gak menantang."

"Lo—"

"Gue bicara fakta, Erland. Apa lo gak pernah berpikir kalau selama ini Vina gak nyaman sama lo? Kalau iya, cewek lo mainnya hebat."

Tidak ada yang aneh selama mereka pacaran. Vina juga tampak senang-senang saja. Erland bahkan selalu membebaskan Vina dan tidak menuntut pacarnya itu aneh-aneh.

"Gue selalu jadi tempat buat cerita. Dia nyeritain betapa bosennya pacaran sama lo."

"Kenapa? Padahal gue udah berusaha jadi pacar yang baik buat dia. Gak terlalu banyak nuntut."

"Rutinitas pacaran lo yang itu-itu aja yang bikin dia bosen."

Deg.

Rutinitas apa maksudnya?

"Dia selalu lari ke gue ketika bosen. Sangking nyamannya cerita ama gue, kita sampai ngelakuin hal-hal yang dilarang. Tentu aja dengan penuh kesadaran." Kata kesadaran diucapkan dengan penuh penekanan.

"Lo pasti gak percaya, 'kan? Biar gue kirim semua videonya ke lo. Beserta omongan dia."

Erland menunggu dengan hati dan pikiran yang sudah kacau. Sakit. Sakit sekali dikhianati pacarnya sendiri.

Beberapa saat menunggu, video-video dewasa terkirim. Kurang lebih ada 15 video. Erland mengeklik satu video demi menuntaskan rasa penasarannya. Seketika itu, hatinya mencelos. Debaran jantungnya menggila melihat wanita yang dicintai tengah menikmati kegiatannya dengan Gibran.

Brengseknya, wajah laki-laki itu tidak ada di setiap video.

Merasa tidak sanggup lagi melihat kegiatan mereka, Erland beralih pada sebuah rekaman suara.

Gue bosen banget. Hidup gue kayak gak menantang gitu, Bran.

Iya sih, dia baik. Tapi masa iya, kita cuman makan minum di kantin doang?

Apalagi, dia jarang banget ngajakin gue ke luar katanya takut dimarahin bokap. Dia juga terlalu sibuk sama temen-temennya, paling mentok kita cuman call, vc, itu doang! Ah, jadi males kalau kayak gini.

Mending sama lo aja. Lo selalu ada saat gue butuh dan bisa dijadiin tempat buat cerita. Gak kayak Erland, tampang doang yang keren tapi aslinya ngebosenin.

Tangan Erland mengepal. Sungguh, perkataan Vina ini lebih menyakitkan daripada rekaman tadi.

"Editan, 'kan, itu?" tanyanya dengan nada rendah.

"Terserah lo aja mau nyimpulin kayak gimana. Yang penting gue udah ngasih tahu jeleknya pacar lo."

Gleg.

Sumpah, kaki Erland berhasil dibuat lemas. Dia tidak tahu jika Vina ternyata sebusuk itu. Nyatanya perlakuan manis Vina hanyalah kebohongan semata.

Semua itu palsu.

- To Be Continued -
gimana kalo kalian di posisi ini? mencak-mencak? atau apa?

weh, akhirnya bisa double update juga.
😁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro