17. Berakhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sisy oh sisyyy👆

********

"Del, gue mohon, lo selalu ada di samping Delko ya,"

–––––––––––––––––––––––––––––––––––
Autor Point Of View

Setelah berdebat panjang dengan kedua orang tuanya, Delko membersihkan tubuh.

"Kangennn Lymmm!!" teriak Delko sambil menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Udah malem kali ya jam segini," ucap Delko mengingat keduanya yang terpaut jarak waktu yang jauh.

"Besok aja deh telfonnya,"

Drtttddrrrttdrrttt

Delko melihat ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Sisy.

"Halo,"

"DELKOOO KITA KETEMU SEKARANG DI CAFE BIASA! GUE KANGEN BERAT SAMA LO!"

Delko menjauhkan ponselnya beberapa senti dari telinganya.

"Iya buset, berisik banget tau! Tapi gue capek banget,"

"Gak mau tau, pokoknya lo harus kesini, gue punya sesuatu buat lo,"

"Apa?"

"Pokoknya lo bakal seneng dan bakal bebas diledekin sama Nino,"

"Iya gue otw,"

Tut

"Rese nih orang satu," umpat Delko sambil bersiap-siap.

.
.
.
.

"Mau kemana kamu?" tanya Lina––Mama Delko.

"Mau ketemu Sisy, kangen katanya,"

"Kenapa kamu gak nikah aja sama Sisy?"

"Mah, udah ya, Delko berangkat," Delko mengalihkan pembicaraan. Delko menikah dengan Sisy? Bisa perang dunia mini.

"Hati-hati,"

Delko pun mengeluarkan mobilnya dari garasi. Sudah menjadi kebiasaannya tidak membuka pagar terlebih dahulu. Delko melihat Papanya membaca koran di teras.

"Pa! Tolong bukain pager!"

Papanya hanya menoleh dan memandang pagar rumahnya.

"Bimsalabim, pager kebukaaa!!!" teriak Papa Delko dengan ekspresi wajah yang serius memandang pagar.

Delko yang melihat itu hanya menepok jidat. Semakin tua, semakin aneh kelakuannya.

Akhirnya Delko kembali turun untuk membuka pagar rumahnya. Percuma saja minta tolong pada Papanya.

"Delko berangkat!" teriak Delko sambil berlari kecil memasuki mobilnya.

"Ngantuk banget lagi gue," Delko memijat pelipisnya. Mungkin sekarang, matanya sudah seperti mata panda.

"Fokus Del, nanti lo mati gak jadi nikah,"

Delko kembali fokus pada setirnya.

TINNN

CIITTT

Brakk

Delko membanting stir ke arah kiri sehingga bagian depan mobilnya menabrak pohon besar.

Delko mematung ditempat, dirinya sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Ponselnya tiba-tiba bergetar.

Sisy as calling...

Delko meraih ponselnya yang berada di kursi penumpang.

Brak

Brak

Dua mobil menabrak mobil Delko dari depan dengan kecepatan di atas rata-rata. Membuat seluruh tubuh Delko terbentur dengan kursi penumpang maupun dashboar mobil.

Perlahan pandangannya kabur dan Delko tak sadrkan diri.

.
.
.
.

"Harusnya gue gak nyuruh Delko ketemuan sama gue, disaat dia lagi butuh istirahat!" Sisy yang pertama dihubungi oleh pihak rumah sakit, karena panggilan terakhir berasal dari gadis itu.

Tubuhnya di peluk erat oleh seorang gadis. Terlihatnya gadis itu, yang nampak menenangkan Sisy dalam keadaan menangis.

"Tenang dulu Sy, ini bukan salah kamu. Mungkin takdirnya Delko begini,"

"Tapi kalo bukan karena gue nyuruh dia ketemu, dia gak bakal kecelakaan Della!"

"Jangan nyalahin diri kamu sendiri, Sy," ujar Della, sambil terus-menerus mengusap punggung Sisy.

"Ini semua salah gue!" Sisy membalas pelukan Della. Della merasakan hatinya seperti teriris belati, dan matanya mulai berkaca-kaca.

Delko, pria yang Della kagumi dalam diam, pria yang diam-diam membuat ia tersenyum karena tingkah lakunya. Saat ini sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Sisy! Gimana keadaan Delko?" Lina berlarian dengan heboh kearah Sisy yang sedang dipeluk oleh Della, diikuti Papa Delko yang berada di belakangnya.

"Om, tante, maafin Sisy,"

"Ini bukan salah kamu, nak," ujar Andre, menenangkan Sisy.

"Maafin Sisy," lirih Sisy.

"Jangan nyalahin diri kamu Sy, sekarang kamu tenang ya," Lina mengusap-usap rambut Sisy.

"Sebenernya gimana semua ini bisa terjadi?" tanya Andre––Papa Delko.

"Yang Della denger dari warga yang nolong Delko, jadi Delko itu sempet nabrak pohon, gak lama Delko nabrak pohon itu, dua mobil sekaligus nabrak mobil Delko dengan kecepatan diatas rata-rata. Mungkin kalo menurut Della, Delko itu nabrak pohon karena gak fokus atau ngantuk. Tapi kata polisi, dua mobil yang nabrak mobil Delko itu dalam keadaan mabuk Om," jelas Della, karena ia tahu Sisy tidak akan sanggup untuk menjelaskannya.

Keduanya mengangguk, namun sangat jelas kekhawatiran di wajah mereka.

Satu jam berlalu...

Seorang dokter keluar sambil melepas maskernya.

"Dengan keluarga Algreend?"

"Saya orang tuannya dok," ujar Andre, memperkenalkan diri.

"Bisa ikut saya sebentar?"

Kedua orang tua Delko mengikuti dokter itu ke ruangannya. Meninggalkan Sisy dan Della disana.

"Del, gue mohon, lo selalu ada di samping Delko ya," ucap Sisy dengan suara gemetar menahan tangis.

"Iya Sy, aku akan terus nunggu Delko." jawab Della mantap.

"Apapun yang terjadi?" Sisy memastikan.

"Sy, ini hati aku, Delko pilihan aku, aku tau mungkin Delko gak suka sama aku, tapi aku bakal terus nunggu Delko."

"Aku salut," ucap Sisy, setelahnya beralih memeluk kembali, tubuh Della.

"Oh iya, udah hubungin Nino?" tanya Della.

"Udah, tapi nanti sore dia datengnya. Katanya dia yang tanganin orang yang udah nabrak Delko itu,"

"Ya udah, sekarang kita makan dulu ya," ajak Della.

"Iya,"

.
.
.

"Jadi bagaimana keadaan Delko, dok?" papa Delko memulai pembicaraan.

"Ada beberapa bagian kepala Delko yang terbentur sangat keras, yang menyebabkan Delko mengalami Amnesia sementara. Beberapa tulangnya di bagian punggung sedikit retak. Untuk Amnesia yang Delko alami, saya tidak tahu pasti kapan Delko akan kembali mengingat semuanya, saya mohon tolong jangan memaksakan Delko untuk mengingat semuanya,"

~~STRAY~~

Bye
SalYos

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro