Our old friends and death

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng








Hujan deras membasahi kota sejak sore tadi, derasnya masih sama hingga malam ini. Sepertinya awan menangis dengan deras tampa henti, mengeluarkan air nya tampa bosan bosan.

Aku sendiri menyukai hujan, hujan di pagi hari atau malam hari. Suasana nya tenang, sangat cocok untuk di padukan hal : kasur, selimut, coklat panas dengan topping marshmallows. Apapun itu jika hujan, aku akan lebih tenang dari biasanya.

Hari ini aku bekerja seperti biasa, cutiku berakhir walau untuk sementara aku akan tinggal di rumah cezka, keluarga dezen yang sekarang kosong melompong. Begitu juga dengan dua temanku lainya, Rachel dan Aleana. Tapi untuk beberapa hari ini keduanya harus kembali kerumah dahulu, sepertinya minggu depan kami akan bergantian untuk menemani cezka di rumahnya terutama saat malam hari.

Aku tidak benar benar tidur bersama cezka, aku tau perempuan itu butuh waktunya sendiri, untuk merelakan atas apa yang terjadi, atas seluruh hal yang menimpanya bertubi tubi. Peranku hanya berada disana, di sampingnya dan memastikannya bersedih dengan aman.

Selepas kerja hari ini, aku akan melanjutkan tugas yang sudah ku tunda beberapa hari ini. Tugas dari jeannette yang akhirnya ku selesaikan, berhubung aku menelfon jeannete namun tidak di jawab olehnya, aku berfikir untuk langsung segera ke rumah keluarga brown itu. 

Dan disinilah aku, duduk di dalam mobil sedan hitam yang di kendarai oleh penyetir pribadi yang sedang menuju kediaman b brown di malam hujan deras seperti ini.

Rumah keluarga jeannette memang tertelak di pinggir kota, di dekat pegunungan sehingga udaranya sejuk. Rumah mereka tampak seperti castle kuno, melihatnya mengingatkanku pada serial film fiksi bernama narnia. Ukiran ukiran di tiang dan temboknya selalu membuatku kagum.

Tujuanku hanya memberi seberkas dokumen ini lalu pulang, aku ingin cepat cepat menyentuh kasur dan tertidur. Cezka juga menyanpaikan pesan padaku bahwa ia memasak ramen untuk malam ini, cocok sekali dengan cuaca seperti ini.

Mobil sedan melaju dengan cepat membelah jalanan basah, melewati jalanan tol yang sepi hingga akhirnya melipir pada satu jalan yang jauh lebih sepi.

Gerbang hitam mencuat tinggi dengan kokoh, di sampingnya pula terdapat post satpam yang tetap ramai walau cuaca hujan seperti ini, beberapa ada yang bermain kartu beberapa lagi ada yang menyeruput kopi coklat. Respon mereka semua sama ketika melihat sorot pampu cahaya mobilku masuk dalam pengelihatan mereka, beberapa mengambil payung dan senjata, ada juga yang berbicara dengan intercom di telinganya entah pada siapa.

Satu satpam yang memakai payung hitam menghampiri penyupir pribadiku, matanya juga melirik ke arah belakang—diriku—lalu setelah sadar dan di beri tahu oleh penyupir, sang satpam menunduk sopan kepadaku.

Dengan segala hormat, ia bergeser untuk berdiri di samping kursiku. Aku membuka kaca tampa menggeser tubuhku.

"Malam nyonya" sapanya

Kepalaku menganguk kecil, keamanan keluarga ini memang sangat ketat penjagaanya.

"Maaf nyonya, karena kedatangan nyonya tidak di beritakan oleh nyonya besar maka di mohon menunggu sesaat, kami akan konfirmasi dahulu pada tuan dan nyonya kami" ujarnya

Kepalaku menganguk mengerti, lalu ia mundur dan menaruh tanganya di depan dadanya, hormat kepal padaku.

kaca mobil ku naikan kembali, mengdengus panjang karena harus memakan waktu lebih lama hanya untuk memberikanya sebuah dokumen ini. Malas beurusan dengan jeannette dalam hal seperti ini, keluarga ini terlalu besar mengambil resiko, berdiri di ujung tebing.

Satpam yang bergumam dengan intercon di telinganya memberi aba aba pada satpam penjaga yang masih berdiri di sebelah mobilku, memberi hormat padaku walau aku sudah menutup kacanya. Satpam di dekatku menganguk mengerti dan kembali berjalan ke pos nya berjaga.

Gerbang hitam tinggi menjulang itu perlahan terbuka dengan otomatis, para satpam penjaga itu berbaris di bawah teras pos dengan hormat yang sama kepadaku. Hingga mobil masuk kedalam perkarangan luas keluarga b.brown yang entah kenapa terlihat gelap sekali malam ini.

Turunya aku langsung di sambut oleh maid paruh baya yang berdiri sopan di depan pintu, senyumnya tipis dan wajahnya menunduk.

"Malam nyonya" sapanya.

Langsung ku sebutkan alasanku kemari, "jeannette ada ?"

Maid ini membuka pintu besar berukiran kayu untuku, "mari silahkan"

Aku di ajak masuk ke ruang tenggah keluarga b brown. Ruangan serba merah dan emas yang melapisinya, kursi panjang yang memiliki 7 kursi melingkarinya, ornamen ornamen kuno seperti pedang dan alat alat tempur zaman dulu.

Hal membuatku terkejut adalah tuan dan nyonya brown sedang tampak berdiskusi serius disana, tatapan mereka tidak main main. Nyonya brown mengunakan piyama putih dengan bulu bulu halus di bawah kainya, sedangkan tuan brown masih mengunakan kaos polo dan celana pendek santai.

Sedikit membingungkan mengapa aku di bawa ke hadapan tuan dan nyonya brown ketika aku sudah menyebutkan alasanku kemarin : bertemu jeannete.

"Maaf?" Aku menegur maid yang menunduk dengan tangan terpaut di depan dengan sopan.

"Diana, my dear!"

pandanganku kembali ke nyonya brown yang merentangkan tangannya untuk memeluku erat. "Ar u okey, my sweetheart?"

di dalam pelukanya, aku melihat tuan brown yang duduk di salah satu kursi tampak memijat keningnya dengan tegas, pandanganya seperti frustasi menatap permukaan meja kayu jati yang di poles cairan mahal.

"malam tante" kataku kikuk, melepas pelukan dengan sopan.

Nyonya brown masih menaruh kedua tanganya di lenganku, menatapku dengan penuh tatapan rasa kasih sayang.

"Maaf, tante. Aku kesini mau bertemu sama jeannette, ada?" Tegurku dengan melirik maid yang masih berdiri di belakangku, menunduk.

sialan, akan ku adukan ke jeannette bahwa maid nya memiliki masalah pendengaran atau otaknya bermasalah.

"Ada apa sayang? Ada urusan apa Dengan jeannete?" Tanya nyonya brown ramah.

Dengan kikuk aku meremas kertas dokumen di tanganku, aku tidak tau hal ini apakah boleh di ketahui kedua orang tuanya atau bagaimana?. "Ini, jeannete kemarin ngajak aku ketemuan, tapi aku baru bisa sekarang untuk menghampirinya" jawabku berbohong.

Hampir lupa jeannette juga menitipkan pesan untuk bergerak senyap.

Nyonya brown menyipitkan matanya, "kapan sayang? Kapan jeannete bilang seperti itu?"

entah mengapa aku merasa di introgasi,

"Saat pemakaman nyonya dazen, tante" jawabku cepat.

Nyonya brown melepas tanganya dari lenganku, ekpresinya sedih frustasi, kerutan kerutanya membuatnya semakin terlihat sedih. Perempuan ini berjalan menjauh dariku sambil menyuruh maid di belakangku untuk segera keluar.

"Jeannette nya tidak di rumah, tante?" Tanyaku spontan melihat reaksinya tadi dan aku yang tak kunjung di bawa menemui jeannette.

"Peter, bilang padanya" nyonya brown menatap suaminya sarkas

Tuan brown kini memandangku dengan tegar, berusaha untuk tegar mungkin lebih tepatnya.

Malam itu hujan semakin deras, suara gemuruh hujan menjadi backsound percakapan antara aku dan kedua pemimpin keluarga b.brown, didalam castle megahnya yang berdiri kokoh.

"Jeannete menghilang, orang yang kami percayai untuk mencarinya menduga ini kasus penculikan"

Kejadian buruk datang lagi, menumpuk tinggi tampa membiarkan kami menyelesaikan masalah yang kemarin.

aku benar benar tidak tahu harus merespon seperti apa, harus berkata apa, atau aku tidak tau perasaanku kali ini bahkan.

Nyonya brown berjalan ke arah pintu, menurunkan perintah untuk membuatkan aku semacam coklat panas pada maid. Perempuan ini juga yang menepuk pundaku supaya aku tetap tegar dan terkumpul kembali kesadaranku.

"Sejak kapan?" Tanyaku pucat

"Sejak nyonya dazen di kebumikan"

tepat setelah jeannete menyampaikan pesanya kepadaku, soal keresahan dirinya.

Tanganku mengengam erat kertas dokumen kuat-kuat, hal yang di perintahkan jeannete terakhir kali mungkin berkaitan dengan ini semua, atau apalah itu pasti terhubung. Masalahnya jeannette meninggalkan banyak teka teki, ia tidak jelas menyampaikan apa yang ia curigai kepada kami, kepadaku memang lebih banyak ia menyampaikan pesanya tapi itu semua terdengar seperti kata kata biasa, tidak ada suatu hal yang terdengar ganjil.

Aku tidak tahu, tapi aku yakin jeannete menyadari apa yang tidak kami semua sadari.

ayolah jeannette, berikan kami clue lainya sebelum kamu benar benar menghilang.

Nyonya brown menghela nafas panjang, ia juga menyeka air matanya yang kembali jatuh sesaat melihatku terkejut. "Kami sedang mengupayakan menelusuri jejak terakhir jeannette."

aku, aku tidak tega untuk menyampaikan pesan ini pada cezka....

Kepalaku mau pecah rasanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro