20. Permintaan Maaf

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rekha menggeram marah melihat siku dan lutut gadis di depannya ini terluka. Tangannya mencengkeram setir dengan erat. Rachel yang melihatnya hanya bisa menahan takut berharap Rekha tak memarahinya.

"Lo becus jalan nggak, sih? Kalo lo luka kayak gini siapa yang repot, huh!"

Rachel menghela napas berusaha tenang. Meskipun hatinya menggebu-gebu antara takut pada Rekha dan salah tingkah saat mengetahui lelaki itu masih peduli padanya.

"Maaf, tapi aku sama sekali nggak liat ada motor," cicit Rachel.

Rekha berdecih. "Itu karena lo ceroboh! mata lo nggak guna!"

Rekha menatap nyalang ke arah Rachel yang juga menatapnya dalam diam. Tatapan Rachel menembus hati Rekha. Sejuknya tatapan itu seolah menyejukkan pula gersangnya hati Rekha selama ini.

"Jangan kasar-kasar," cicit Rachel memberanikan diri.

"Serah gue!" balas Rekha dengan cepat.

Mulut Rachel kembali terkatup. Tak berani lagi membalas ucapan Rachel. Baru kali ini ia melihat sikap kasar Rekha. Semasa pacaran, Rekha sama sekali tidak pernah menunjukkan sisi amarahnya, entahlah mungkin lelaki itu menahannya.

"Rekha, apa kita sekarang udah putus?" tanya Rachel sembari berusaha menahan perih di sikunya.

"Menurut lo? Setelah kita sekarang saudaraan, lo masih mau jadian sama gue? Kakak lo sendiri?" Alis Rekha terangkat, matanya menatap Rachel dengan tajam.

"Tapi kita bukan saudara kandung, Kha."

Rekha menghela napas mendengar penuturan gadis di sampingnya. Teramat polos hingga membuat Rekha ingin mencekik lehernya.

"Sini, gue tutupin luka lo!" Rekha menarik lengan Rachel yang terluka.

"Shh, pelan-pelan ... sakit," ringis Rachel dengan mata berkaca-kaca.

Rekha memutar mata malas. "Gue nggak punya obat lengkap, jadi gue pakein itu aja."

Rachel menatap siku dan lututnya yang terpasang plester dengan motif tengkorak. Diam-diam Rachel tersenyum.

"Lucu," gumamnya menatap ke arah plester tersebut.

***

Setelah tersebarnya berita bahwa Rekha si berandalan itu ternyata adalah mantan kekasih Rachel, tak ada lagi yang berani menyentuh ataupun mengusik Rachel.

Mereka tak berani karena Rekha yang memberikan surat terbuka kepada seluruh mahasiswa agar tidak mengganggu Rachel. Jika ada yang berani mengusik barang sedikit saja, maka Rekha akan langsung turun tangan.

Jangan salah, meski hatinya keras, tetapi tanggung jawab seorang Rekha cukup besar. Hatinya masih menyimpan rasa cinta pada Rachel, tetapi akal sadarnya mengingatkan jika gadis itu kini adalah adik tirinya.

Kenyataan itu seringkali terlupakan oleh kedua insan yang sudah bertahun-tahun menjalani hubungan. Lalu, tiba-tiba keduanya dipaksa untuk menjadi seorang kakak adik.

Baik mama Rachel, maupun papa Rekha tak ada yang tahu jika kedua anak mereka adalah pasangan kekasih dulunya. Hanya satu orang saja yang mengetahui hubungan mereka, orang tersebut tak lain adalah Mila, mama dari Rekha.

Sejak saat berita itu tersebar, Rachel semakin berani menunjukkan dirinya di depan publik. Pribadi Rachel adalah pendiam dan pemalu.Namun, sejak Rekha menjadi kekasihnya, lelaki itu selalu memaksanya agar berani tampil di depan orang lain.

Maka dari itu, ia berani karena tentu karena ada Rekha di belakangnya. Rekha yang mendorongnya untuk menjadi gadis pemberani. Beruntungnya Rachel memiliki Rekha.

Keberanian itu membawa perbincangan kedua gadis di depan sana. Taman yang biasanya sepi kini tampak dua orang gadis yang tengah bercengkerama. Mereka tak lain adalah Bina dan Rachel.

Entah apa tujuan Rachel mengajaknya bertemu di taman kampus. Gadis itu mengatakan ingin bertemu dan berbicara pada Bina. Ya, mungkin meminta maaf karena Rekha pernah membuat Bina baper.

"Sebelumnya aku minta maaf ya, Bin," ucap Rachel membuka suara.

Bina menoleh ke arah Rachel. Tak lama ia kembali memandang bunga-bunga yang tumbuh dengan baik di depan sana.

"Minta maaf?" ulang Bina.

"Iya. Mungkin Rekha pernah bikin kamu sakit hati dan sebagainya. Aku minta maaf," cicit Rachel di akhir kalimatnya.

"Jadi dugaan gue bener?" batin Bina bangga pada dirinya sendiri.

"Dia nggak nyakitin gue, kok. Lo tenang aja. Lagian siapa gue harus dapetin maaf dari lo?"

Rachel terdiam. Entah bagian mana dari ucapan Bina yang salah. Bina sendiri tak peduli jika kata-katanya menyakiti hati Rachel. Sejujurnya ia malas berhadapan dengan masalah seperti ini. Lebih baik adu jotos saja sekalian.

"Udah? Gue mau masuk kelas." Bina bangkit dan ditahan oleh Rachel.

Alis Bina terangkat. "Makasih, karena kamu ... Rekha balik lagi sama aku."

Bina tersenyum. Kepalanya mengangguk. "Gue ikut seneng dengernya. Duluan, ya."

Bina berjalan menjauh dari taman yang entah mengapa membuat dadanya terasa sesak. Sial, dirinya patah hati.

"Bin!"

Suara seorang lelaki menghentikan langkah cepat Bina. Mau tak mau gadis itu menoleh, benar saja dugaannya. Rekha mendatanginya entah untuk apa.

"Buat lo." Rekha menyodorkan sebungkus cokelat ke arah Bina.

Di belakang sana, Rachel tengah menatap mereka berdua dengan senyuman terpatri di bibirnya.

"Sorry, tapi gue nggak suka cokelat," ringis Bina sembari menggaruk tengkuk, tak enak hati.

"Oh, gitu? Ya udah, ini aja mau?" tanya Rekha lagi sembari menyodorkan makanan kedua.

"Boleh, deh." Bina meraih sebungkus permen karet.

"Makasih," katanya membuat Bina mengernyit bingung.

Mengapa banyak sekali yang berterima kasih padanya hari ini?

Saat Bina tengah bingung, Rekha kembali berujar. "Makasih lo udah mau jadi temen gue. Meskipun awalnya lo jutek banget, sih."

Bina terkekeh. "Santai aja kali. Kalau perlu kapan-kapan kita main bertiga, ajak pacar lo juga."

Rekha terdiam. Ia mengikuti arah pandang Bina. Di sana Rachel tengah berjalan mendekati mereka berdua.

"Bina! Ustaz Zafran nyariin kamu!"

"Ada apa?"

Gadis yang entah siapa namanya itu tampak memegang dadanya, mengatur napas. "Ustaz mau ngobrol empat mata sama kamu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro