P R O L O G

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Magic? I don't believe it. However, I believe in miracles and hope."

×××

Semua yang hidup pasti akan mati.

Hewan, tumbuhan, manusia. Tidak ada satu pun yang dapat menghindari sesuatu bernama kematian ini.

Kita tahu kenyataan bahwa kita akan mati, hanya saja kita tidak tahu kapan dan bagaimana.

Apakah dengan kecelakaan, penyakit, atau justru karena ulah kita sendiri? Tidak ada yang tahu.

Kematian adalah takdir mutlak, begitu pula dengan kehidupan.

Kehadiranmu ke dunia ini adalah takdir. Bagaikan garam mencintai daging, kehidupan dan kematian saling berdampingan satu sama lain, hanya terpisahkan oleh dinding tipis sebagai bukti bahwa kedua takdir tersebut sangat berlawanan.

Namun ketika seseorang mencoba menghancurkan keberadaan dinding sekat di antara kehidupan dan kematian, keseimbangan alam terancam.

Teknologi. Sesuatu mengerikan yang dapat merusak keseimbangan antara kehidupan dan kematian. Bahkan sebagian dari mereka sudah melupakan Sang Maha Pencipta. Organisasi ateis yang mencoba menembus dinding kehidupan dan kematian menyulut amarah baik penguasa kehidupan maupun penguasa kematian.

Untuk mencegah hal itu terjadi, sang penguasa kehidupan menurunkan hujan secara bersamaan di seluruh belahan dunia. Hujan tersebut bukanlah hujan biasa, melainkan hujan berkat kepada mereka yang memiliki kode genetik unik, orang-orang terpilih.

Fenomena langka itu membuka indra keenam orang-orang tersebut, dengan harapan, mereka mampu menghentikan organisasi misterius yang mencoba menghancurkan keseimbangan alam.

***

Gadis bersurai navy itu menutup buku yang telah selesai ia baca, kemudian mengarahkan pandangan ke mata berbinar sang adik.

Adik gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya. "Ceritanya sudah selesai?"

"Iya, sudah selesai."

"Eeeh? Lalu bagaimana nasib orang-orang terpilih yang indra keenamnya terbuka? Apakah mereka berhasil menghentikan organisasi jahat itu?" Hujan pertanyaan tak henti terlontar dari mulut sang adik, tanda tanya terlihat jelas dari manik biru cemerlangnya.

"Hm ... entahlah. Menurutmu bagaimana?" Alih-alih menjawab, gadis itu justru balik bertanya. Senyum simpul tercipta di bibirnya yang senada dengan warna persik.

"Menurutku?" Yang ditanya bersedekap, duduk bersila di atas ranjang tidurnya yang empuk. Cahaya purnama menyembur masuk melalui ventilasi, menyinari manik biru miliknya sehingga terlihat seperti permata. "Kalau di dongeng, akhir selalu bahagia, 'kan? Aku berharap akhir dari ceritanya juga akan bahagia. Pihak jahat berhasil dikalahkan, dan orang baiknya selamat!"

Mendengar jawaban polos yang terlontar dari mulut adiknya membuat gadis itu tertawa. Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, pasti si kecil satu itu akan mengatakan hal demikian. Dengan lembut, ia mengusap pucuk kepala sang adik. "Apa kamu tahu? Tidak semua cerita berakhir bahagia. Beberapa berakhir tragis dan menyedihkan."

"Berarti akhir dari ceritanya tidak akan bahagia?"

"Ya, bisa jadi. Namun tidak salah jika kamu menginginkan akhir bahagia. Kamu bisa menentukan akhir dari cerita seperti apapun yang kamu mau." Gadis itu tertawa pelan ketika melihat wajah kebingungan sang adik. "Baiklah, ini sudah larut, saatnya kamu untuk tidur."

"Uh ... padahal aku masih belum mengantuk."

Gadis itu merebahkan kepala sang adik ke bantal, kemudian menarik selimut hingga leher. Tetakhir, ia mengecup singkat kening hangat adiknya sembari berbisik pelan, "Selamat malam, Rine."

***TBC***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro