Part 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Runa hanya diam sambil memegang lengan jaket Kael. Kepalanya menunduk. Tatapannya kosong. Tidak ada suara yang keluar. Sepanjang perjalanan di bus, hanya ada keheningan di antara mereka, di tengah suara gaduh para penumpang lain.

Saat mereka turun, Runa tidak langsung beranjak. Ditatapnya jalanan dengan mata tak bernyawa. Seolah jiwanya sudah tidak ada di dalam sana.

"Runa," panggil Kael. Nadanya masih terdengar dingin.

Runa bergeming. Ketika air mata terlihat, ia mulai sesenggukan. Bahunya naik-turun.

Gadis itu menghadap Kael. Ia sangat ingin memukul laki-laki itu. Namun yang terjadi, ia hanya memukul udara tanpa jelas, kakinya menendang sembarangan dan diakhiri dengan tangisan di tengah kesunyian malam.

Belum pernah ia sesakit ini. Bahkan ejekan dan pukulan yang dilakukan orang-orang di kampusnya lebih baik dari apa yang tengah ia rasakan sekarang. Bagaikan diangkat ke langit tertinggi, kemudian dijatuhkan saat itu juga sampai berkeping-keping. Kael yang menjadi sumber kebahagiaannya selama ini di tengah hidup yang kelabu telah menenggelamkannya ke jurang kehampaan tak bertepi.

"Aku membencimu!" teriak Runa sambil berlari menjauh.

Kael hanya bisa melihat gadis itu tanpa bisa berkata apa-apa. Tidak hanya Runa, pemuda itu juga merasakan sakit. Bibirnya bergetar, tangisnya perlahan jatuh. Ingin sekali dia memukul dirinya sendiri karena telah membuat seseorang hancur.

...

Setahun setelah perpisahannya dengan Kael, sebuah surat dengan nama yang mengingatkannya pada pemuda itu datang ke rumah.

"Surat?" tanya ibunya.

"Dari siapa?" sang ayah ikut bertanya.

Runa membaca nama pengirim yang tertera di balik amplop. "Mikael Walter."

"Apa isinya?"

"Undangan VVIP ke perilisan album perdana idola terbaru Mikael Walter ...."

"Wah, VVIP!" Ibunya berteriak girang.

"Kamu harus datang, Nak!"

"Tidak, ah. Lagi pula aku tidak kenal."

"Kamu diundang jadi VVIP, loh. Jadi, mungkin dia kenal kamu. Ini kesempatan langka, Runa. Anak ibu dikenal orang popular!"

"Kamu harus datang, Runa. Ini perintah," tegas ayahnya.

"Uh, iya, deh," jawab Runa pada akhirnya dengan tampang malas.

...

Runa mendapat kursi terdepan. Menjadi tamu kehormatan membuatnya lebih dekat dengan idola yang akan ditemuinya. Meskipun begitu, Runa kurang suka karena tata lampu dan megahnya panggung membuat gadis itu pusing.

Ketika pertunjukan dimulai dan sang idola muncul, mata Runa membulat sempurna. Warna suara yang ia sukai, sosok pemuda yang ia kagumi, semua muncul kembali. Kael yang ia tahu, telah bertransformasi menjadi idola baru.

Warna suara yang terlihat bagai gelombang air laut menari di sekitar gadis itu. Bak pelangi yang tumpah dari ember langit, berbagai warna memenuhi benaknya. Merah delima, biru tosca, hijau zamrud, kuning emas, ungu ametis, semua macam warna berpadu menjadi satu. Semua kenangan yang mereka lalui bagai terlintas di hadapannya.

Satu per satu lagu disenandungkan. Runa menikmati itu semua sampai tidak terasa lagu-lagu itu telah selesai. Saat di penghujung acara dan ia berniat untuk pulang, satu kejutan lain muncul. Lampu sorot menunjuknya. Kael meminta gadis itu untuk bernyanyi bersamanya.

"Tanpamu aku bukan siapa-siapa," bisiknya yang masih bisa didengar oleh seluruh pengunjung, membuat para penggemar perempuan menjadi iri. "Seperti dulu."

Awalnya Runa ragu, tetapi untuk menghargainya dan menghindari kemungkinan amukan para penggemar, akhirnya gadis itu menyetujui. Mereka menyanyikan lagu yang popular karena Kael tahu Runa tidak mungkin langsung hafal lagu-lagu barunya.

♪♪♪

Aku di sini dan kau di sana

Hanya berjumpa via suara

Namun ku selalu menunggu

Saat kita akan berjumpa

Meski kau kini jauh di sana

Kita memandang langit yang sama

Jauh di mata namun dekat di hati

♪♪♪

(Dekat di Hati - RAN)

Setelah selesai, Kael benar-benar membisikan sesuatu yang hanya dapat didengar oleh mereka berdua. "Jangan pulang dulu. Temui aku di backstage setelah semua selesai."

...

Runa menatap Kael yang ada di hadapannya. Pemuda itu telah banyak berubah semenjak pertemuan terakhir mereka di halte bus. Perpisahan yang didasari rasa sakit. Dan kini, mereka dipertemukan kembali dalam suasana yang sangat berbeda. Namun, Runa masih melihat Kael yang dulu masih ada di sana. Selain bekas-bekas luka di wajah dan senyum berlesung pipi yang manis, warna suara pemuda itu tidak berubah, masih hangat seperti pertemuan pertama mereka.

"Maafkan aku," kata Kael tulus. Warna biru cerah terlihat saat dia bicara. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakiti hatimu."

"Tidak apa, Kael," sahut Runa sambil memikirkan masa lalu yang pernah mereka lalui bersama. "Berkatmu, aku mengerti kalau aku tidak boleh bergantung terlalu banyak pada seseorang, apalagi orang asing. Salahku telah menggantungkan kebahagiaan pada orang lain. Kebahagiaan berasal dari dalam, bukan dari luar."

"Ada yang harus kau tahu. Aku melakukan itu semua untuk kebaikanmu. Kalau kau terus membantuku audisi, kuliahmu akan terbengkalai. Belum lagi obsesimu pada suaraku. Itu tidak sehat, Runa."

"Obsesi, ya ...."

"Ini untukmu." Kael memberikan sebuah bingkisan berbentuk persegi pipih dengan bungkus berwarna biru. "Terima kasih, ya. Kalau bukan karena paksaanmu, aku tidak akan seperti ini."

Ada jeda yang cukup lama sebelum Kael melanjutkan. Ada alasan kenapa dia pernah menyakiti hati Runa. "Setelah perpisahan kita, aku melanjutkan audisi seorang diri, karena kau tahu sendiri ... aku tidak suka merepotkan orang lain."

Dengan ragu, Runa menerima hadiah dari Kael. "Aku harap kita bisa bertemu lagi," kata pemuda itu. Ingin sekali dia memeluk Runa dan mengatakan kalau dirinya berharap dapat ke masa-masa saat mereka bersama. Namun, dia tahu, Runa yang sekarang sudah berubah banyak. Tidak mungkin meminta sesuatu yang dapat membuka luka lama.

Setelah mengatakan, "Sampai jumpa, Cinta Pertamaku," Kael pergi bersama para staf lain, meninggalkan Runa yang diam mematung.

Bingkisan itu berisi satu album dengan lagu-lagu terbaru dan sepucuk surat yang disuruh dibaca sesaat setelah mendengar semua lagu yang ada. Runa terkejut ketika melihat judul-judul yang tertera, ditambah isi surat di dalamnya.

1. I'm Sorry

2. Thank You

3. Without You, I'm Nothing

4. I Know Your Secret

5. Synesthesia

6. So am I

"Maukah kau mengarungi dunia musik penuh warna bersamaku?"

-oOo-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro