Part 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Take Love

Dewa & Dania

🌹🌹🌹

Part 11

🌹🌹🌹

Dikit, tapi daripada ga posting wkwkwk...
Sekedar pelepas kangen.

🌹🌹🌹

Dewa memeriksa seluruh pakaiannya sebelum turun dari mobil. Mengumpat keras menemukan noda merah itu menghiasi kerah jasnya. Ia bahkan tak ingat darimana noda itu tertinggal di sana. Kemarin di kemeja dan sekarang bahkan di jas. Dewa mengumpat keras sambil melepas jasnya dan melempar ke jok belakang.

Bertekad akan mencari tahu siapa pelaku yang sepertinya memiliki niat busuk. Dua kali bukanlah kebetulan, dan ia bahkan tak pernah mendapatkan noda sialan itu sebelum-sebelumnya. Sekarang, ia hanya berharap Dania tak curiga atau bersikap aneh karena pulang tanpa mengenakan jas seperti biasa.

Harapannya ternyata tak berjalan semulus yang ia perhitungkan. Mata Dania yang mengamati dirinya dengan kernyitan tersamar di dahi membuat Dewa merasa seperti berdiri di kaca rapuh. Yang sewaktu-waktu bisa pecah dan menjatuhkan tubuhnya di antara pecahan yang tajam.

"Aku meninggalkan jasku di mobil." Dewa menyesal kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut sialannya. "Ac mobilku mati."

Dania mengangguk kecil. Sedikit lega Dewa menjawab pertanyaan yang membuatnya canggung. Takut hal itu menyinggung Dewa atau merasa Dewa terbebani dengan kecurigaannya.

Beberapa kali Dewa datang kepadanya, pria itu selalu bermasalah dengan penampilannya. Entah jas atau rambut yang kusut, dasi yang terurai dan jas yang tertanggal dari tubuh pria itu, dengan kemeja yang beberapa kancing sudah terbuka. Namun, kali ini kejanggalan itu terlalu kentara. Kecurigaannya tiba-tiba menjadi sangat sensitif setelah dua kali ia menemukan bekas lipstik di pakaian Dewa.

"Ingatkan aku menelpon sopir rumah untuk membawa mobilku ke bengkel." Penyesalan itu bertumpuk dengan kebohongannya yang kedua kali.

Sekali lagi Dania mengangguk. Mengikuti langkah Dewa masuk ke kamar. Merasa tolol karena kini kecurigaan tersebut malah mempermalukan dirinya sendiri. Ia bahkan tak berani menatap wajah Dewa secara langsung.

"Kenapa kau diam saja?" Dewa merasa aneh dengan sikap Dania yang lebih banyak diam sejak ia datang. Menyiapkan pakaian dan makannya tanpa sepatah kata pun. Apa mungkin wanita itu tahu kebohongannya?

Dania menggeleng. Juga merasa aneh dengan pertanyaan Dewa yang terdengar seperti ... berlumur khawatir? Kenapa Dewa khawatir?

"Apa kau percaya kata-kataku?"

Dahi Dania berkerut tapi tetap mengangguk. Kenapa pula pria itu mengkhawatirkan kepercayaan dirinya terhadap ucapan Dewa?

"Hanya percaya? Begitu saja?"

Dewa mengamati wajah Dewa dan menjawab dengan nada kaku. "Sejujurnya, sekarang aku tak tahu harus menjawab apa, Dewa?" Kerutan di kening Dania semakin dalam "Apa ... kau berbohong padaku?" Pertanyaan Dania terdengar sepelan mungkin karena takut menyinggung perasaan Dewa.

Dulu, sebelum hubungan mereka mengarah ke jalur yang lebih serius, Dania percaya semua kata-kata yang diucapkan Dewa adalah tipu muslihat atau ancaman yang digunakan untuk kepentingan pria itu sendiri. Kebohongan atau tidak, ia tak pernah peduli untuk mencari tahu lebih jauh. Namun, sekarang ia tahu Dewa tak akan melukai harga dirinya dan mengotori hubungan mereka dengan sebuah kebohongan, kan?

Mata Dewa mengerjap dan napasnya tergelagap sesaat lalu menggeleng dengan keras. Tiba-tiba merasa begitu kesal dengan pertanyaannya dan sikap Dania yang terkesan tak terlalu peduli pada dirinya. Dengan mudahnya, Dania memercayai kebohongan yang ia ucapkan. Bagaimana jika Dewa terbiasa berbohong dan berbohong hingga lama-kelamaan kebohongan itu menggerogoti pernikahan mereka?

"Aku ... sudah kenyang." Dewa berdiri dan berjalan ke kamar mendahului Dania.

Esok paginya Dewa melempar jas dengan noda sialan itu ke arah Mikha.

Mikha terdiam sesaat dan menatap jas itu dengan kecewa yang berusaha keras ia pendam di balik ekspresi datarnya.

"Bawa ke laundry dan pastikan sore nanti sudah bersih saat aku pulang," perintah Dewa dengan kegusaran yang begitu kentara. Matanya menyelidiki setiap sudut ruangannya. Untuk pertama kalinya merasa menyesal telah mengecualikan pemasangan cctv di ruangan kerjanya. Atau mungkin bekas itu ia dapatkan di luar ruangannya ini.

"Kenapa?"

"Dania menemukan noda lipstik di kemejaku. Aku tak tahu dari mana noda itu." Dewa mengamati bibir Mikha. "Aku tak tahu darimana noda itu muncul tapi sikap Dania berubah karenanya. Siapa wanita tolol yang meletakkan hal semacam itu di sana?"

Dalam hati Mikha menyeringai puas karena berhasil membuat sedikit renggangan di pernikahan Dewa. "Mungkin kau pergi ke klub dan tanpa sengaja mendapatkannya di sana?"

"Aku tak punya waktu bersenang-senang dengan istriku yang tengah hamil sendirian di rumah, Mikha."

"Mungkin di lift?" Mikha mencari kemungkinan yang mengarahkan tuduhan Dewa ke mana pun asalkan bukan dirinya. Sangat beruntung, satu-satunya tempat yang tidak ada kamera cctv di gedung ini adalah ruangan Dewa. Dan beruntung kali ini ia pun menggunakan warna lipstik yang berbeda dari noda yang ada di jas Dewa.

Dewa diam sejenak. Sejak pertegkarannya dengan Dania, ia memang mengindari naik ke lantai mana pun menggunakan lift khusus yang disediakan untuk para dewan direksi demi menghindari berada di tempat yang sama dengan Raka. Terutama saat menghadiri meeting yang melibatkan keduanya. "Entahlah. Terlalu banyak karyawan wanita di perusahaan ini."

"Kau memiliki tiga sekretaris yang memiliki akses masuk ke ruanganmu. Salah satu dari mereka pasti pelakunya."

Dewa melirik ke arah pintu. Sialan, ia bahkan tak bisa memecat salah satu sekretarisnya. Pekerjaannya pasti akan semakin menumpuk dan ia tak ingin membuang waktu untuk mencari penggantinya. Istrinya sedang hamil dan ia butuh waktu lebih banyak untuk mengawasi Dania. Semakin besar kandungan Dania, ia harus semakin memperbanyak meluangkan waktu untuk Dania. "Aku tak akan mencari tahunya. Tapi jika sekali lagi hal semacam ini terulang, aku pastikan akan menemukan pelaku dan memecatnya," tegas Dewa penuh ancaman. "Keluarlah!"

🌹🌹🌹

Monday, 1 June 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro