BONUS CHAPTER

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa tahun lalu ...

Seragam warna abu-abu putih jadi saksi kepergian Ran. Meninggalkan tanda tanya besar yang tak terjawab pada Niki. Dia hanya mampu menahan tangis di bangku paling pojok lapangan basket.

Dari tempat yang aman dari perhatian orang, Ran mengamati Niki. Dari jauh, dengan perasaan campur aduk. Dia harus mendadak pergi ke luar negeri tempat papanya dirawat. Secepatnya harus berangkat sebelum sesuatu terjadi pada beliau. Dirinya tidak sampai hati pamit pada gadis berlesung pipit itu. Dia yakin setelah semua urusan di sana beres, akan kembali ke tanah air, dengan cinta dan dirinya yang lebih baik dari sekarang.

Muncul banyak pertanyaan dalam diri Niki tentang kelanjutan hubungan mereka. Baru saja cinta itu tumbuh, bertemu, dan bersemi dengan janji terucap, Ran pergi tanpa alasan jelas. Kalau memang ada sesuatu yang terjadi, apakah dia tidak berhak diberitahu? Niki putuskan tidak memperpanjang masalah itu. Dia diajarkan untuk bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam hal apa pun.

Niki sadar sepenuhnya tentang kenyataan yang sudah terjadi beberapa hari ini. Bukankah semesta dan takdir yang pertemukan mereka, lalu kenapa harus secepat ini dipisahkan? Perjumpaan dengan si dia kenapa harus terjadi, kalau pada akhirnya mereka akan berjauhan? Terselip doa di hati untuk saling meyakini kalau suatu hari nanti, cinta ini akan kembali bertemu dan menemukan jalan kembali bersama.

***

Ran yang harus kuat menghadapi masa terendahnya di luar negeri, membuatnya berubah total. Demi Mama yang drop karena Papa berkali-kali anfal.

Pada akhirnya buah kesabaran hadir setelah berbulan-bulan berjuang mengembalikan kesadaran Papa tercinta. Beliau sadar kembali, dan harus melanjutkan kesembuhan dengan masa pemulihan dari nol.

Ran terpaksa bertahan hidup di negeri orang, sekolah, dan membantu Mama merawat Papa. Semuanya tidak mudah karena masih dilanda kerinduan yang teramat dalm pada Niki. Naamun, pada fase tertentu Ran harus menerima kenyataan kalau Niki juga berhak bahagia di sana. Dirinya tidak bisa egois untuk berharap Niki tetap menjaga hati untuknya.

Hingga datanglah masa keadaan berubah lebih baik. Papa berniat pulang ke tanah air setelah Ran lulus kuliah. Beruntung adik papanya menawarkan untuk ikut memegang usaha mall yang dirintis keluarga sejak lama. Cabangnya pun sudah tersebar di seluruh tanah air. Menantang sekali bagi Ran karena tawaran Om-nya ini sesuai dengan latar pendidikannya.

Singkatnya Ran bersedia dan mulai beradaptasi di manajemen pusat. Semua bagian dia cek dan pelajari. Dan Ran menemukan data diri Niki Magenta di file karyawan. So, di sinilah dia sekarang. Surya Departemen Store cabang Simpang Lima kota Semarang.

***

Terdengar notifikasi pesan dari ponsel Niki. Beberapa kali notif berbunyi. Bergegas Niki mengambil ponsel di meja rias.
"Kak Gusti." Niki membaca pesan singkat itu. Wajahnya masih basah dengan air wudu.

"Nik, apa kamu ada waktu? Aku ingin bicara penting. Tolong kabari aku jika sudah ketemu waktunya. Aku tunggu."

Niki gamang, haruskah dia bertemu Gusti yang sudah menjadi suami orang? Bukankah itu tidak baik dan mengundang fitnah nantinya. Apalagi Sarah yang sangat membencinya. Diletakkannya kembali ponsel dan segera memakai mukena. Menggelar sajadah dan menyusul rangkaian doa dalam ritual ibadah.

Hanya Tuhan pemilik hati setiap makhluk. Tanpa terkecuali termasuk Gusti. Niki berharap di antara mereka berdua tidak ada lagi yang spesial. Demi kebaikan semua pihak, Niki menghindar terus tanpa lelah. Tetapi Gusti juga tidak semudah itu menyerah.

Sangat disayangkan, statusnya sudah berubah, dan  ego-nya masih jadi prioritas Gusti. Niki makin tidak nyaman kalau harus menemuinya. Sepertinya Ran harus tahu hal ini. Atau dia langsung tolak saja permintaan Gusti, tanpa harus kasih tahu ke Ran.

"Nik, kita sudah tunangan, dan Gusti masih ingin ketemu kamu. Atau lihat dari posisi dia. Dia sudah jadi suami orang." Ran kesal sekali, dia tidak sanggup lagi menyembunyikan rasa cemburu.

Niki hanya tersenyum melihat reaksinya Ran. Begitu besar rasa itu mendominasi keduanya. Sehingga hasutan dari luar tidak mempan mempengaruhi. Bahkan seorang Gusti yang pernah bersama Niki selama dua tahun lebih. See, ternyata waktu hubungan tidak menjamin langgengnya pasangan.

"Kamu ikut aku, aja. Bisa jagain aku, dan menghindari fitnah. Aku nggak mau Ayah tahu aku ketemu Gusti dan beliau akan berpikir yang bukan-bukan." Niki mencoba mencari solusi masalah ini. Kalau Ran ikut dengannya paling tidak pembicaraan mereka nanti bisa dibatasi.

Satu lagi dengan pertemuan itu, Niki harap semua selesai. Tidak ada masalah yang masih tersisa, sehingga bisa jadi boomerang untuk hubungannya nanti. Ran menimbang pendapat Niki.

"Oke, aku ikut dan turuti kemauan kamu. Tetapi ingat hanya untuk menyelesaikan saja. Tidak untuk memulai sesuatu."

Niki lagi-lagi malah tersenyum melihat reaksi Ran. Bahagia karena dirinya begitu berarti baginya. Pria yang dia cintai dari sekolah dulu hingga detik ini.
"Sudah, aku janji nggak akan ngomong hal lain selain soal kami yang sudah berpisah dan tidak ada yang tersisa."

Ran menatap dalam Niki. Ketulusan itu tampak jelas di sana. Keraguan itu harus hilang dari hatinya. Niki sangat baik dan setia. Tidak akan mudah mendapatkan pasangan sesabar dirinya. Ran yang tidak jarang emosinya labil, Niki mampu meredamnya.

Pertemuan ditentukan oleh Niki, baik waktu dan tempat bertemu. Gusti tidak protes sedikitpun, tujuannya hanya satu. Memastikan semua selesai atau mereka masih punya harapan yang sama untuk kembali bersama. Untuk satu hal ini sepertinya Gusti terlalu halusinasi. Setelah apa yang dilakukan Sarah, Niki tidak akan mau menerima dirinya kembali. Kecuali hanya sebagai teman. Titik!

***
Alhamdulillah, saya bisa menepati janji menambah bonus chapter. Semoga teman-teman senang, ya.

Untuk penambahan chapter berikutnya, akan saya up setelah pengumuman event, ya.

Sementara waktu sambil menunggu kalian bisa ajak yang lain buat mampir ke sini. Tambah teman akan makin rame.

Terima kasih semuanya. Selamat membaca dan love for all of you.

See you...
Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro