LAYAR 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sudah lewat seminggu, Ayu pergi. Dan Niki merasa harus bangkit dari kesedihannya. Rudi lega melihat Niki mulai bisa menerima kenyataan. Setelah pemakaman, Rudi sengaja memberikan ruang pada Niki untuk menyendiri dan fokus memulihkan dirinya. Dia sendiri pun butuh waktu untuk lebih kuat dan bisa menggantikan Ayu sebagai ibunya Niki. Yaah, meskipun Niki bukan anak kecil lagi. Selama ini tempat curhat tentang apa pun selalu ditumpahkan pada Ayu. Sekarang andil dirinya diperlukan.

"Hari ini berangkat kerja?" tanya Rudi sambil menyendokkan nasi goreng sosis di piring Niki. Rudi juga sudah siap dengan seragam kerjanya sebagai pegawai negeri.

"Maafin Niki, Yah. Seharusnya Niki yang buat sarapan." Niki memasukkan nasi goreng ke mulutnya, menyusul gumaman tidak sabar.

"Pelan-pelan kalau makan. Nanti tersedak, loh."
Rudi meletakkan segelas air di depan Niki.

"Ini enak banget, Yah. Lebih enak dari masakan Niki. Tetapi belum bisa mengalahkan masakannya Bunda." Niki menyantap sarapannya. Rudi tersenyum mendengar selorohan Niki. Dia juga menuang sedikit nasi goreng ke piringnya.

"Oiya, Ayah mau bilang. Mulai minggu depan akan ada orang yang akan membersihkan rumah. Tapi dia tidak menginap. Kamu keberatan?"

"Wah, malah senang, Yah. Ada yang bantuin Niki. Kerjaan di toko kadang nggak bisa diprediksi."

Niki dan Rudi sama-sama lega. Hidup mereka akan berbeda tanpa Ayu. Tetapi mereka masih bisa saling memilki.

***

"Selamat pagi, Bu Niki." Semua sapaan itu Niki rindukan. Kembali di dunia kerja, bertemu semua teman dan pekerjaan yang membuat bahagia.

"Pagi." Niki tak pernah habis menebar senyum hari itu. Dengan begitu suasana hati juga lebih baik. Di luar kesengajaan, kebiasaan ini menambah berkali-kali lipat pesona kecantikan Niki. Rambut bergelombang sebatas pinggang. Badan proporsional meskipun tidak terlalu tinggi. Dan, lesung pipit spesial yang mengiringi setiap dia senyum atau bahkan hanya berbicara.

Ran yang baru datang meng-interupsi setiap pandangan laki-laki. Dia berbisik pada Niki untuk mengikutinya. Semua kembali pada tempatnya. Ran yang kemarin-kemarin memberikan Niki ruang dan waktu, sekarang kembali menjadi atasan yang main perintah tanpa bisa dibantah. Anehnya, Niki merindukan hal itu. Meskipun terkadang kesal juga.

"Ada apa? Ini masih pagi, loh. Aku harus ngecek pekerjaan yang udah lama aku tinggal." Niki hendak kembali lagi, tetapi Ran lebih cepat menghalangi.

"Tunggu! Dengar dulu, ini soal Gusti dan soal pernikahannya." Niki hampir melupakan hal itu.

"Memangnya kenapa? Waktunya masih weekend ini, kan? Aku akan datang ke sana." Niki sebenarnya belum yakin dengan kalimatnya.

"Oiya? Sendirian?" cecar Ran. Ran tidak akan membiarkan Niki ke sana sendirian. Membiarkan pria lain menggoda dan menikmati kecantikannya. Hhh, Ran makin cemburuan saja. Makin hari makin jadi. Status saja belum jelas.

"Tentu saja tidak. Aku datang bareng Stella. Aku juga nggak mau sendirian datang dengan resiko dihina." Ran membenarkan itu. Sarah bisa melakukan apa saja. Undangan itu pasti ada maksud di baliknya.

"Aku ikut." Ran menyela sebelum Niki berbicara lagi.

"Apa? Ngapain? Kamu kan ...."

"Aku calon suami kamu," potong Ran cepat.

Niki kaget, menatap mata Ran dan mencari keseriusan di sana. Apakah Ran menganggap permintaan Ayu itu harus dilaksanakan? Tetapi bagaimana dengan keluarganya? Selama ini Niki menganggap Ran hanya asal bicara di depan Ayu untuk menenangkan beliau.

"Ran, sepertinya kita harus bicarakan soal itu lain waktu. Aku ...."

"Nik, aku serius. Maafkan kalau terlalu cepat. Aku ingin kamu tahu kalau ucapanku di rumah sakit itu sungguh dari hati." Ran mengambil tangan Niki dan menggenggamnya lembut.

Hati Niki buncah, dia bahagia sekaligus bingung. Keluarga Ran dari kasta yang tinggi, sama dengan keluarga Gusti. Niki takut kalau semua terulang. Dia tidak akan sanggup menanggungnya.

"Jangan pikirkan yang lain. Ikuti kata hati kamu. Kita mulai dari awal, semua yang pernah kita bangun saat SMA dulu. Beri aku kesempatan memperbaiki itu. Kamu mau, kan?"

Mereka bertatapan, Niki menemukan pengganti Gusti dalam waktu singkat, konyol sekali rasanya. Namun, Ran bukanlah pengganti Gusti. Gusti hanya penghuni sementara di hatinya. Memang dua tahun waktu yang cukup lama. Dan banyak hal terlewati bersama. Sayangnya berakhir tak sesuai harapan.

Lalu Ran, cintanya masih tersimpan sejak beberapa tahun lalu. Dipertemukan kembali dalam situasi yang tidak tepat. Anehkah semua takdir ini? Niki harus meyakinkan hatinya lebih dulu.

"Lalu keluargamu bagaimana? Aku bukan siapa-siapa, sedangkan kamu ...."

"Hei, orang tuaku sudah mengenal kamu sejak lama. Mereka tahu kita temenan dan satu sekolah. Kamu itu baik, Nik. Soal kekhawatiran kamu, semua tidak akan terjadi. Yakin sama aku. Aku sayang sama kamu."

Berkali-kali Niki mencari kebohongan Ran, tetapi nihil. Yang tampak di sana adalah sosok Ran teman sekolahnya dulu, yang jujur dan apa adanya. Dekapan tanpa sengaja dan selalu setia menemani di masa terendah, adalah hal yang berharga buat Niki.

Senyum itu akhirnya muncul dengan anggukan kepala. Ran bahagia, amat sangat bahagia. Dia yakin Papa dan Mamanya akan ikut senang dengan ini.

Tanpa kata, Ran mendaratkan kecupan lembut di dahi Niki. Desiran aneh merambat hangat di hati Niki, membuatnya merona dan nyaman sekaligus. Aah, finally. CLBK-nya terjadi juga, bahkan resmi balikan.

***
Alhamdulillah
Waah, ada aroma bahagia, niih. Kita lihat bagaimana suasana di pernikahannya Gusti.

Selamat membaca, sedikit lagi ending.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro