33. Get Your Tongue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Everybody wants you, you can have them all but I got what you need.'

-The Weeknd-

***

Pulasan lipstik brown nude tampak cocok dengan riasan black smokey eyes juga gaun payet silver bertabur kilauan glitter yang dikenakan Alexia. Dia tersenyum menggoda seraya mengerlingkan mata lentiknya di depan cermin mengamati penampilannya yang sialan seksi. Bagaimana tidak, gaun mini silver berhias tali spaghetti menyambung ke leher membentuk choker membalut lekuk tubuh Alexia. Potongan V di bagian dada begitu rendah seakan-akan hendak memamerkan apa yang tersembunyi di baliknya. Ketika dia berputar, punggung Alexia yang mulus bakal terpampang begitu indah sampai tulang ekor. Ditambah belahan samping di bagian paha cukup panjang membuat siapa saja mungkin terhasut tuk menyentuhnya.

Rambut pirang nan bergelombang Alexia dibiarkan tergerai bebas. Sementara parfum beraroma manis madu berbaur jeruk juga karamel keluaran Jean Paul Gaultier disemprotkan ke titik-titik tertentu sebagai sentuhan akhir. Setelah selesai, barulah dia memasang sepatu bertumit tinggi senada juga menyambar clutch perak.

"Come girls!" teriaknya membuat tiga orang gadis-gadis satu klub Golden Skate yang menunggu Alexia di ruang tamu memutar kepala bersamaan. "Bagaimana?" Dia memutar badan lalu berpose seksi memamerkan lekung tubuhnya yang menggiurkan.

"Damn gorgeous!" puji Arya bertepuk tangan kegirangan. Dia memakai celana longgar berwarna hitam yang dipadankan crop top jaring ikan berhias berlian senada dengan inner juga sepatu bertumit. Mata besarnya membola mengagumi Alexia sampai geleng-geleng kepala. "Gaun itu sialan sempurna, Lex! Aku jadi ingat Paris Hilton dan Kendal Jenner!"

"Jika aku pria, aku akan mengajakmu berkencan malam ini juga," sahut Poppy yang tampak mirip superstar di balik kemeja crop top putih yang dipadu rok mini perak juga sepatu knee boots warna sama. Ocehan Poppy berhasil menimbulkan gelak tawa dan saling memuji penampilan masing-masing.

"Ayo," ajak Alexia diikuti ketiga temannya keluar apartemen.

"Omong-omong, kenapa kau tidak dijemput Ryder?" tanya Norah yang berjalan di samping Arya.  Balutan gaun emas berpotongan V neck menjadikan kulit eksotisnya bersinar, "Kukira kita bisa berangkat bersama supaya..." Sengaja Norah menggantungkan kalimat di udara namun hal tersebut diakhiri kedipan penuh arti.

"Norah..." Alexia, Arya juga Poppy kompak memprotes sampai nada suara mereka seperti grup vokal.

"Aku lebih suka berangkat bersama kalian," balas Alexia. "Lagipula rumah kita berdekatan, sedangkan dia mungkin harus putar balik," imbuhnya mencari alasan agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Jikalau Alexia sedang mendiami dan menghindari Ryder.

"Banyak pria malam ini," sambung Poppy begitu masuk lift kemudian menekan tombol lantai dasar. "Kau tak tahu dia itu perayu?"

"Perayu yang tidak bakal menaruh hati padamu," sahut Arya menghela napas panjang selagi melipat tangan di dada. "Banyak yang mengagumi tapi tidak banyak yang menaruh harapan setinggi langit seperti dirimu, Norah."

Mendengar hal tersebut alis Alexia naik sebelah. Segudang pertanyaan langsung mengerubungi dirinya namun terlalu gengsi bila bertanya lebih jauh. Alhasil, dia menajamkan telinga, merekam kata demi kata obrolan ketiga temannya mengenai Ryder. Bagaimana pria itu memperlakukan semua wanita dengan cara yang sama. 

Rayuan.

Sentuhan.

Panggilan sayang.

Sialnya lagi, apa yang dikeluhkan Poppy juga Arya didapatkan Alexia, kecuali ciuman. Tanpa mereka sadari, lutut Alexia dibuat lemas tak sanggup berpijak, napasnya berubah cepat seiring kalimat-kalimat Poppy mengolok Ryder sebagai buaya kelas kakap. Arya menyahut kalau perempuan tidak pernah paham bagaimana cara bermain Ryder. 

What? 

Alexia berdehem seiring pintu lift terbuka, merasakan setiap aliran darahnya mendidih memutar kembali kebersamaannya dengan Ryder. Bila waktu bisa dihentikan, rasanya Alexia ingin membenturkan kepala ke dinding serta memaki perlakuan lelaki itu padanya.

Kalau begitu, kenapa dia menciumku? Kenapa dia menjemputku ke Wiltshire seolah-olah begitu peduli terhadap masalah yang kupendam seorang diri? Kenapa?

"Saat Cherry masih hidup pun Ryder masih saja berteman dengan gadis lain dan menggoda mereka," tukas Poppy di samping Alexia ketika gadis itu memencet tombol smart key. "Aku sempat melihat mereka bertengkar dan alibi Ryder adalah dia hanya berteman." Dia mengacungkan tangan ke udara membentuk tanda kutip.

"Sudahlah... Aku tidak peduli dia merayuku atau mengajakku tidur," tegas Norah bersikukuh membuat Alexia diam-diam melayangkan pandangan tajam. "Lagi pula dia tidak punya kekasih dan bisa jadi tahun depan keberuntunganku."

"Firasatku, Ryder tidak tertarik menjalin asmara," timpal Arya. "Jikalau dia jatuh cinta lagi, aku yakin dia menempatkan hatinya pada Alexia."

Alexia membuka pintu mobil Mercedes diikuti ketiga gadis yang masih berdebat mengenai Ryder. "Wait, what?" Nada bicaranya agak melengking mengetahui penuturan gila Arya. "Itu tidak mungkin. Kami hanya partner."

"Partner itu artian luas, Babe," sahut Norah tanpa merasa tersaingi. "Bisa saja kalian berdua partner di atas es selanjutnya di atas kasur."

Kalimat itu berhasil memantik tawa Arya dan Poppy sedangkan Alexia hanya melempar senyum masam. Alih-alih menanggapi, dia memutar lagu Love Me yang dilantunkan Lil Wayne supaya pembicaraan itu berhenti. Berhenti mengarah padanya.

Benar saja, mereka langsung menjerit menyanyikan lagu tersebut manakala Alexia menekan pedal menuju kediaman mewah temannya di Chelsea. Suasana yang tadinya agak tegang lambat laun mencair. Mulut Alexia ikut-ikutan bersenandung selagi Poppy yang duduk di sampingnya mengambil video untuk diunggah di media sosial. 

Alexia mengubah satu kata dalam lirik dan bernyanyi begitu percaya diri," Boy, I fuck who I want and fuck who I don't got that AI credit and that fillet mignon."

Kontan penggalan tersebut diikuti ketiga temannya membuat suasana makin heboh selama di perjalanan. 

"Happy new year, bitches! See you in hell!" seru Poppy mengarahkan kamera ke arah Alexia lalu ke Norah juga Arya.

Kalimat itu dibalas acungan jari tengah Arya yang terbahak-bahak. "I wish you well... In hell."

"Hei, itu kalimat Cardi," protes Norah. "Tapi, aku suka. Burn in hell," lanjutnya makin terpingkal-pingkal.

"Dasar gila," gumam Alexia geleng-geleng kepala.

###

Seluruh negara di belahan dunia mana pun menjadikan perayaan pergantian tahun menjadi sesuatu yang selalu dinanti-nanti, terutama pertunjukan kembang api yang tidak boleh dilewatkan. Sembari menunggu, setiap sudut kota bakal dipenuhi dentingan gelas juga musik-musik yang mengentak gendang telinga. Kafe maupun bar dipadati begitu pula halaman rumah dipenuhi asap-asap dari alat pemanggang bagi mereka yang berpesta barbeque. Gelak tawa turut menghiasi setiap ekspresi mereka atas permainan-permainan konyol, terutama truth or dare yang tidak boleh ketinggalan.

Begitu pula di salah satu pemukiman mewah di Chelsea, deretan mobil mahal berjejer rapi di halaman depan. Sementara di dalamnya, ruang tamu didesain sedemikian rupa sesuai tema tahun baru; ada ratusan balon melayang-layang menyentuh langit-langit berwarna emas dan hitam sementara tali keemasan menjuntai ke bawah, rangkaian kalimat bertuliskan Fuck 2023, Hello 2024 terbentang di sisi kiri pohon natal sementara di bawah ucapan tersebut ada backdrop emas yang menjadi spot utama foto juga pernak-pernik yang bisa dipakai tamu.

Meja-meja berisi makanan dalam ukuran small bite berupa salmon teriyaki, ayam gula merah bacon yang asin juga manis, truffle keju cranberry, salad udang, bruschetta--olahan klasik dari Italia yang sangat renyah--hingga cupcakes. Tak lupa pula gelas-gelas sampanye terangkat ke udara manakala lampu disko keperakan berotasi mengiringi tamu-tamu yang berjingkrak-jingkrak mengiringi lagu Outkast baik di area indoor maupun outdoor.

"What the hell," desis Ryder dengan rahang terbuka lebar, nyaris menyentuh lantai kala mendapati Alexia berlenggak-lenggok bersama teman-temannya.

Gadis itu--yang mendadak menghindarinya tanpa sebab beberapa hari ini--sedang mengirim ciuman di pipi sembari melempar pujian kepada lawan bicara. Garis bawahi secara tebal. Pria-pria yang bersedia bertekuk lutut pada Alexia. Bahkan dengan enaknya lelaki di sana merangkul pinggang dan mengelus punggung telanjang Alexia tanpa dosa. Mengirim bisikan-bisikan yang bisa ditebak kalau itu ajakan sensual, terlihat jelas dari kilatan matanya yang ingin menggagahi Alexia. Sialnya, gadis itu malah tertawa yang jelas-jelas dibuat-buat.

Iris hijau Ryder makin gelap menyorot penampilan Alexia dari atas dan bawah, disusul geraman rendah seolah-olah tidak ada gaun lain yang pantas dikenakan. Dia meneguk sampanye sampai tak tersisa untuk memadamkan api cemburu yang membakar kerongkongan.

"Wow. Lihat dia." Seseorang di samping Ryder menunjuk Alexia yang sedang mengacungkan gelas sampanye bersama gadis-gadis lain. "Ya ampun ... kau beruntung jadi partnernya, Ryder."

"Yeah, aku bisa mengaguminya sesuka hatiku," balas Ryder menyunggingkan senyum sinis, menutupi kemarahannya terhadap lelaki yang memuja-muja Alexia. "Bahkan menyentuhnya," bisiknya lagi.

"Jangan terlalu berharap bisa menyentuhnya berarti bisa memiliki hatinya," ledek lelaki itu. "Banyak yang gagal, kecuali si bajingan Elliot."

"Dia hanya buta waktu itu," bela Ryder dan detik berikutnya pandangannya berserobok dengan Alexia. 

Tanpa diduga, gadis itu mengacungkan jari tengah tanpa rasa bersalah lalu kembali menghamburkan diri bersama teman-temannya. Pria di samping Ryder tergelak menangkap ada perseteruan di antara tim skater itu.

Menantangku rupanya, batin Ryder.

Di tengah acara, Olive--si tuan rumah--mencetuskan permainan putar botol atau truth or dare. Seketika beberapa orang yang ingin menantang diri mengangkat tangan kanan, termasuk Alexia disusul Ryder. Walhasil, sepuluh orang mengelilingi meja ruang tamu dengan sebuah botol kosong bekas sampanye yang baru dihabiskan Olive. Dia menjelaskan bahwa setiap orang harus menjalani truth dan dare, tidak ada yang boleh menghindar sekalipun harus disuruh menjilat kaki orang lain. 

"Tidak ada yang mundur?" tanya gadis memakai feather crop top mengedarkan pandang tuk meminta persetujuan peserta sebelum memulai permainan.

"Lanjut! Lanjut! Lanjut!" seru orang-orang yang menonton truth or dare.

Karena tidak ada tanggap dari peserta, permainan pun dimulai dan disusul tantangan pertanyaan maupun yang mengundang gelak tawa. Tak jarang, beberapa rahasia kecil kadang terungkap seperti pernyataan cinta di antara muda-mudi tersebut atau justru perselingkuhan yang memuakkan. Beberapa dari mereka akhirnya memilih dare sebagai tantangan awal daripada menjadi bual-bualan teman.

"Putar, putar, putar!" sahut Freddie begitu antusias di sisi kiri Ryder. Dia menoleh seraya menaik turunkan alisnya seolah-olah tak sabar siapa yang bakal kena giliran dan tantangan macam apa yang bakal keluar. Tadi, dia memilih dare di mana harus memakan dua sendok saus tartar dan kecap asin tanpa minum.

Ryder membalas sikutan itu lalu memalingkan wajah mengamati Alexia yang berdiri di antara Norah dan Poppy. Sialan! batinnya ingin sekali melucuti pakaian gadis itu dan menggantinya dengan baju longgar. Siapa pun pasti akan meneteskan air liur kala mencuri-curi pandang belahan dada yang menggoda juga punggung yang melambai-lambai tak sabar untuk dibelai. 

Alexia sepertinya tidak terpengaruh atas tatapan tajam Ryder. Justru gadis itu semakin berani, termasuk ketika mendapat giliran, Alexia memilih dare di mana dia harus mengunggah video dirinya tengah menari strip tease di Instagram. Tanpa malu, Alexia melakukannya begitu luwes seperti penari di Crazy Horse, menggoda dengan melayangkan tatapan binal kepada pria-pria yang justru bersorak bak orang gila. 

Di antara mata-mata keranjang itu, ekspresi Ryder dibuat setenang mungkin tapi sorot matanya tajam mengamati orang-orang yang mengabadikan tarian Alexia dalam ponsel mereka. Tanpa mereka tahu, sebetulnya dia ingin sekali mencungkil mata-mata jelalatan itu agar tidak kentara ingin menjamah tubuh Alexia.

Persetan dengan gaun itu!

"Ryder!" seru Olive saat ujung botol mengarah pada si Ice prince. "Truth or dare?" tanyanya. 

"Dare," jawab Ryder membuat orang-orang di sekelilingnya berseru kompak. 

Olive mengeluarkan segelas cuka apel sembari menutup hidungnya akibat aroma yang begitu menyengat. Disodorkan gelas tersebut sembari berkata, "Aku tantang kau meneguk cuka apel ini, Ryder."

"Minum! Minum! Minum!"

"Menjijikkan!"

"Ew ... aku tidak bisa membayangkan bagaimana bau napasnya nanti."

"Andai kata pilih truth, aku penasaran pertanyaan apa yang diajukan Olive."

Suara-suara di sekelilingnya membuat Ryder termangu beberapa saat, merasa dirinya salah pilih. Tapi, menjawab truth pun pasti tidak jauh berbeda mengingat pertanyaan yang diajukan sering kali aneh-aneh. Dia menelan ludah, memerhatikan gelas berkaki berisikan seperempat cuka apel berwarna kecokelatan--tak menarik minat. Namun, mau tak mau, sorakan di sekitar mendesak lelaki itu menyambar gelas dan menenggaknya sampai tak tersisa. 

Reaksi teman-teman Ryder nyaris persis dengan ekspresi yang dipancarkannya sekarang. Sensasi asam yang kuat menyergap seluruh indera pengecap sebelum menuruni tenggorokan. Dalam hati, dia berharap pulang nanti asam lambungnya tak naik. Ryder mengacungkan gelas tinggi-tinggi lalu menyerahkannya kembali ke Olive lantas menatap Alexia. 

Aku harap botol ini mengarah padamu, batin Ryder.

Dalam satu sentakan, Ryder memutar botol dan mengamati dalam diam ke mana arah ujungnya bakal berhenti. Orang-orang kembali bersorak saling sahut-menyahut lalu bertepuk tangan saat ujungnya mengarah ke gadis di sisi kanan Alexia. 

Sialan! Kurang sedikit lagi.

"Truth or dare?" tanya Ryder menyiratkan Freddie mengambilkan segelas air putih.

"Dare saja, Sayang ... aku tak mau kalian mengorek rahasiaku," timpal Poppy seraya menjulurkan lidah. 

"Baiklah," ucap Ryder memutar bola mata dan menerima gelas pesanannya. Dia menenggak sesaat tuk menghilangkan rasa cuka apel di lidah tanpa mengalihkan atensi dari Alexia. "Tampar orang di sebelah kirimu dan katakan fuck you, bitch!" pintanya santai.

"Berani sekali ..." bisik gadis di belakang Ryder. "Itu artinya, Poppy menampar Alexia."

"Serius dia menantang Poppy seperti itu?" sahut yang lain.

"Ini hanya permainan, jangan dianggap serius."

"Kau berlebihan, Man," bisik Freddie menyikut Ryder.

Ryder tak menyahut, tapi merasa cukup puas memberikan tantangan ini pada Poppy sekaligus bisa mewakili kekesalannya terhadap aksi Alexia tadi. Dia mendongakkan dagu, menyiratkan Poppy segera mengeksekusi tantangan tanpa pandang bulu kalau Alexia adalah teman akrabnya. Sementara orang-orang di sekitar tidak menangkap ada ketegangan tercipta di antara Ryder juga Alexia. Gadis itu memicingkan mata, bibirnya mengulum senyum paksa meminta Poppy segera menampar dan memaki. Dia yakin di balik perintah Ryder itu, ada maksud tersembunyi.

Mungkinkah karena aku menari tadi? pikir gadis itu. 

"Sorry, Lex," ujar Poppy kemudian menabok pipi kanan Alexia hingga gelombang panas menjalari kulit telapak tangan. "Fuck you, bitch!"

"Itu sakit," komentar Alexia memegang pipinya. 

"Sorry ..." ucap Poppy langsung mencium pipi tirus gadis itu. "Dasar Ryder gila," umpatnya pelan.

"Alright! Mari kita teruskan!" perintah Olive meminta Poppy memutar botol. 

Kedua tangan Alexia mengepal kuat mendapati seringai tipis terbit di bibir Ryder. Dia bersumpah akan membalas lelaki itu lebih kejam jikalau mendapatkan kesempatan.

"Freddie!" teriak Olive. "Come one, Babe, sisa truth yang belum kau jalani."

"Ya ... oke. Aku siap," tukas Freddie penuh percaya diri. "Daripada kau menyuruhku mencium ketiak."

"Oke, coba ceritakan rahasia orang di sampingmu," pinta Poppy membuat Freddie langsung menoleh ke kiri dan kanan.

"Man ..." Bahu Freddie langsung lemas karena bukan tipikal orang yang mengumbar rahasia. Dia menepuk pundak kedua temannya lalu berkata, "Di sisi kiriku, Steve, dia naksir Alexia tapi ditolak mentah-mentah dan sempat mengutukmu." 

"Damn!" rutuk Steve meninju dada Freddie dengan semburat merah di pipi. "Sialan! Sorry, Lex! Dia bohong!"

"Sebelah kananku, Ryder ... dia bilang kau cantik dan seksi, Lex!" seru Freddie mengerlingkan sebelah mata membuat semua orang langsung melempar ledekan kepada pria-pria pemuja Alexia.

"Jangan mengarang," kilah Ryder mendengus kesal namun terlambat, orang-orang sibuk meledeknya yang terlalu naif mengakui kecantikan Alexia.

Aku memang mengatakannya, bukan berarti orang lain harus tahu!

"Kau bintangnya, Sayang!" seru Poppy menyikut Alexia.

Botol diputar lagi dan kali ini mengarah ke Alexia. 

"Truth," jawab Alexia.

"Oke, Lex ..." Freddie berpikir sejenak tuk menyusun kalimat yang pas. "Oh ini. Siapa di ruangan ini yang kau percaya dan tidak kau percaya?"

"Jawab! Jawab! Jawab!" seru teman-temannya mendesak Alexia segera melontarkan jawaban. 

"Yang kupercaya pastinya diriku sendiri, yang tidak kupercaya ..." Tatapannya tertuju pada Ryder. "Seseorang yang mengganggap dirinya bisa mendapatkan banyak perhatian dan ... menyuruh orang lain untuk menamparku. Pengecut sekali. Apa dia sedang pakai popok bayi?"

"Siapa?" tanya Freddie menahan tawa seraya melirik Ryder. "Aku bertanya nama, bukan teka-teki silang."

"Ryder fucking De Verley," jawab Alexia menunjuk Ryder dengan dagunya. "Sorry, aku ke toilet sebentar, Ladies," pamitnya membuat seluruh ruangan langsung menyoraki Ryder.

"Fuck!" geram Ryder meninggalkan permainan dan menyusul Alexia tanpa memedulikan teriakan teman-temannya yang berhasil menangkap ada percikan gairah di antara mereka.

***

2507 kata gaes 🙃 gimana menurut kalian?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro