Chapter 16

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Soraru, Luz, Mafu, Amatsuki, Kashi, dan Shoose langsung terbingungkan saat sampai di kantor polisi. Pasalnya, kini mereka melihat Araki, Nqrse, Kain, Eve, dan Sou tengah sibuk mengepel kantor polisi yang basah kuyup.

"Apaan, nih. Kok, kayak habis kebanjiran gini?" tanya Shoose bingung. Terlihat Aisu keluar dari sebuah ruangan. "Ya itu tuh kerjaan anak murid lo. Beberapa saat yang lalu, tuh, tempat ini ga kayak habis kebanjiran, tapi kayak kutub!" omelnya.

Melihat Aisu mendekat, Luz autosembunyi di balik kedua ortunya - SoraMafu. Hal ini kontan membuat Aisu heran. "Luz, ngapain kamu umpet-umpetan gitu?"

"Ah, a-anu, Om... hehe... gapapa, kok..." Luz menjawab takut-takut. Aisu menghela napas. "Gimana kabar mamamu? Baik, kan?"

Luz mengangguk. Mereka kemudian masuk ke kantor. "Om Aisu jangan tahan saya, ya. Ini Luz ngga menyerahkan diri kok ceritanya..." Luz memelas.

Aisu pasang palmface, "Iya Nak terserah deh. Eh betewe udah ngabarin Ayah, kan, kamu kesini?"

Lagi, Luz menjawab dengan anggukan. Sementara teman-teman yang lain kini menyadari kehadiran mereka. "Eh? Luz juga datang?" tanya Sou yang masih asyik memberikan pertolongan pada orang-orang yang tadi beku.

Shoose mengangguk, "Kita butuh Luz untuk mengorek informasi dari orang-orang ini."

"Eh, kita bakalan langsung mulai interogasi, nih?" tanya Soraru. Luz terlihat agak ragu. "Mereka masih kek menggigil gitu... Luz jadi ga tega..."

Langsung saja teman-temannya menatap datar. "Cuma interogasi doang, kan, ngga apa-apa deh Luz... kok kamu lebay gini?" Araki protes.

Luz menggeleng, mukanya udah mirip kek mayoi inu.

"Y-yasudah, nanti saja dulu deh. Mereka juga masih dalam pemulihan. Bisa-bisa info yang kita dapatkan jadi ngga maksimal," Amatsuki menengahi. Yang lain setuju. Pada akhirnya, Shoose dan anak-anak yang baru datang ganti kegiatan jadi membantu bersih-bersih kantor polisi.

"Eh betewe kok yang disini cuman lo, Aisu? Mana personil kepolisian yang lain?" tanya Shoose kala menyadari hanya Aisu yang mengenakan seragam polisi disana.

"Oh, tadi Eve nyuruh kantor dikosongin, jadi ya pada pergi gitu. Eve, sudah boleh Bapak suruh balik belom, nih, anggota yang lain?" jawab Aisu sembari menanyakan pada Eve.

"Eum... mending jangan dulu, deh, Pak. Ada Luz disini," potong Nqrse. Aisu menatap bingung, "Tapi nanti pengamanan di kantor ini jadi kendur, dong."

"Jangan khawatir," Luz menukas, "Luz bawa personil Cityfog untuk mengamankan lokasi ini."

Selesai membereskan kantor, kini saatnya interogasi. "Luz, tolong ya..." kata Aisu sambil menepuk bahu keponakannya itu. Luz masih merasa ragu. "...Beneran gapapa, nih? Disini aja?"

Yang lain mengangguk. Luz menatap Soraru dan Mafu dengan mata memelas. "Aduh... Mafu jadi ga tega..." Mafu tersentuh. Soraru menahan albino itu maju. "Jangan, Ma, biar anak kita mandiri," Soraru mencegah.

"Aduh Luz beneran malu kalau diliatin gini...." Luz masih merengek.

"Jangan malu, Luz, kamu itu anak laki-laki! Yang kuat!" Soraru memberi nasihat dengan gaya bapak-bapak.

Mafu mengelus pundak Soraru, "Udah lah Pa, kasian Luznya..."

"Mama sih terlalu memanjakan! Luz itu sudah besar!" Soraru menukas.

"Ekhem," Shoose yang udah gedek menengahi, "bisa sudahi dulu drama keluarganya? Bapak belom ngoreksi hasil ulangan kalian nih di rumah."

Langsung dah mendengar kata 'koreksi ulangan' semua auto kicep. "...Pak, Araki ngga remidi kan, Pak?" si surai apel berbisik sambil menepuk bahu Shoose. "Ya makanya kan belom Bapak koresi. Udah lah, mulai saja interogasinya. Gapapa, Luz, lakukan seperti biasa saja."

Luz menghela napas, "...Oke deh. Mana ruangan interogasinya?"

Mereka mengikuti Aisu menuju ruang interogasi. Sampai disana, Luz menyuruh semua meja dan kursi di dalam dikeluarkan saja, hanya menyisakan sebuah kursi. Setelah itu, Luz meminta anak buahnya agar para tahanan dibawa ke dalam ruang interogasi.

"Eh, mau semuanya, Luz?" tanya Aisu bingung. Luz mengangguk. "Selain biar cepat selesai, juga biar rencana saya efektif.

Para tahanan sampai. Mereka semua dalam posisi berlutut dengan kedua tangan dirantai ke belakang. Luz, yang saat itu dalam mode 'mafia'nya masuk ke dalam. Ia duduk berjegang di kursi, di depan para tahanan.

"Baiklah, aku ngga akan basa-basi," katanya, "Ada berapa banyak dari kalian yang dikirim ke kota ini?"

Tak ada jawaban. "...Oh... kalian tutup mulut, ya?" Luz menedengkan tangan kanan, dan salah satu ajudannya menyerahkan sebuah tongkat kecil. Luz berdiri, lalu menarik kedua ujung tongkat kecil sehingga kini agak lebih panjang.

Lalu tanpa bicara apapun lagi, Luz langsung menyabet orang yang paling depan. Darah terciprat dan orang itu tersungkur. Yang lain semua terkejut.

"Bicara," hardik Luz dengan wajah dingin.

Mereka semua masih tutup mulut, tetapi sekarang lebih menunduk. Masih tanpa ekspresi, Luz mengeluarkan sebuah pistol, lalu menembak kaki orang di sebelah orang yang tadi ia sabet.

Teriakan ngilu terdengar. Luz masih dengan wajah dinginnya, kembali berkata, "Bicara!"

Terdengar suara geretan gigi. Luz yang agak tersentak menghampiri orang yang menimbulkan suara tersebut, lalu langsung mengorek ke dalam mulut dengan paksa. Ia mengambil sebuah pil dari dalam mulut orang tersebut. Luz melemparkan pil itu ke lantai, langsung menginjaknya.

"Muntahkan semua pil racun kalian! Atau aku akan memaksa anak buahku melakukannya!" pemuda itu membentak. Tak ada gerakan, Luz kembali membentak, "Kubilang muntahkan!!"

Sementara teman-teman lain yang nonton dari luar sweatdrop. "...Luz galak banget..." bisik Kashi.

"Hiks... walau bukan aku yang dibentak, tapi aku pengen nangis..." Amatsuki merengek. Eh si Sou sama Mafu ikutan mewek.

Soraru dan Eve kompak, "Shh.... diem!"

Kembali ke dalam ruang interogasi. Para tahanan itu semua akhirnya masing-masing memuntahkan sebuah pil. Luz memerintahkan anak buahnya mengumpulkan semua pil itu.

Luz kembali duduk, masih dengan gaya berjegang. "Oke, kuganti pertanyaannya, dimana markas kalian disini dan apa tujuan kalian sebenarnya?"

Masih tak ada jawaban. Luz kembali mengambil tongkat pecut miliknya, lalu mulai menyabet orang-orang itu. Tak cuma sekali, tapi berkali-kali. Yang lain di luar hanya bisa menatap ngilu. Bahkan, Amatsuki dan Sou sampai menutup kedua telinga dan memejamkan mata.

Cipratan darah dimana-mana. Luz masih tanpa ekspresi. Seketika ruangan interogasi dipenuhi cipratan darah.

"Huh, masih tidak mau bicara, ya?"

Luz berdiri tegak. Kini ia juga dipenuhi noda darah. "Araki, masuk," pintanya. Menenggak ludah, Araki menurut. Saat ia sampai di dekat Luz, Luz membuka tas besar yang sejak tadi dibawa salah satu anak buahnya.

"Mereka semua tidak mau bicara. Ya sudah, aku tidak akan menanyai lagi."

Kemudian Luz mengeluarkan sebuah gergaji mesin dan menyerahkannya pada Araki. "Potong kaki mereka semua," perintah Luz, "masing-masing kaki kanan."

Para tahanan itu langsung ketakutan. Luz kembali bicara, "Setelah lima menit kaki kiri kalian akan menyusul, lalu lima menit berikutnya tangan kanan kalian, lalu tangan kiri. Aku akan berhenti kalau kalian mau bicara."

Setelah itu Luz menatap Araki, "Ayo Araki, mulai sekarang."

Sambil menyeringai dan terkekeh, Araki menghidupkan gergaji mesin itu. Si surai apel tertawa gahar sementara Luz masih menatap tenang para tahanan yang semakin ketakutan.

"Huwaaa aku ga berani liat!!" seru Amatsuki dan Sou berbarengan sambil pelukan ala teletabis.

Araki baru maju selangkah, terdengar seseorang akhirnya bersuara, "HIII BAIKLAH BAIKLAH! Kami dari Ekor Naga Emas Shanghai cabang Jepang!"

Seketika suara gergaji berhenti. "...Cabang Jepang?" Luz bertanya dengan kedua alis bertaut. "I-Iya! Kami punya sebuah kantor cabang di sebelah barat pelabuhan!"

"Kalau begitu kenapa kalian menyerang kami?"

"K-kami diperintahkan merebut kembali gulungan penting dari Ito Kashitaro!"

Mata Luz menyipit, "Gulungan penting?"

"I-iya, gulungan penting! Hanya bos besar dan para eksekutif yang tahu isi gulungan itu!"

"Kalian tidak sedang berbohong, kan?"

"I-iya, kami bersumpah!"

Luz berbalik, menatap teman-teman dan gurunya yang masih stand by di luar ruangan interogasi. "Kashi," kata Luz, "ada yang mau kamu tanyakan?"

Kashi mengangguk. Luz meminta rubah itu masuk.

Kashi menghela napas, memasang wajah serius. "Pembunuhan itu," kata dia dengan suara dingin, "pembunuhan pasangan agen yang hampir membunuh bos besar kalian sepuluh tahun yang lalu itu, siapa yang merencanakan? Untuk apa kalian melakukannya?"

"K-kami... tidak tahu..."

Luz hendak maju dengan pecutnya, tetapi tahanan yang lain menimpali, "B-benar, kami benar-benar tidak tahu apapun! M-mungkin kepala cabang, Bos Zhuang tahu soal ini!"

"...Mereka cuma antek. Dan belum tentu juga mereka sudah bergabung dengan organisasi saat itu," ujar Luz. Kashi mengangguk.

"kalau begitu kita susun rencana saja," terdengar Soraru bicara. Ia berdiri di ambang pintu dengan senyum misterius, "Ayo kita temui, si Bos Zhuang ini."

***

Sebuah Omake

"Baiklah, kita akan mulai menyiapkan rencana penggrebekan," ujar Soraru. Yang lain mengangguk dengan wajah serius.

Baru akan bicara, pandangan Soraru langsung gagal fokus melihat Luz yang baru keluar dari ruang interogasi dengan wajah anjing dibuang.

"Luz, kamu kenapa?" penasaran, Soraru bertanya. Sontak semua pandangan tertuju pada Luz yang masih berwajah murung.

Anak mafia itu mulai mewek, "Heuu, tadi Luz udah jadi orang jahat di depan teman-teman. Habis ini jangan-jangan kalian gamau deket-deket Luz? "

Hening sesaat, hingga seluruh temannya kompak menyahut, "Oooooowwww~~~~"

Mereka pun berhamburan memeluk Luz. Bahkan Kashi mengusek-usek kepala Luz yang memang terkesan fluffy itu.

Yap, karena Luz adalah mayoi inu kesayangan anak-anak kelas C.

***

To be Continued...

Wahahah dulunya pas jaman-jaman baru kenal Luz, Kafka selalu ngelihat Luz sebagai ikemen.

Tapi entah sejak kapan Kafka sudah tidak menganggap Luz badass, tapi kawaii. Apalagi setelah tau sifat orangnya kaya apa wahahahah

Terlebih, akhir" ini si Luz semakin keliatan unyaw:3

Okey bonus

Mayoi inu kesayangan kelas C.

Kenapa bukan Kogeinu? Becoz Kogeinu udah ada predikat lain: kuso inu alias anjeng kampret:v

Okey cukup sekian, sampai jumpa chapter berikutnya~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro