18. Jatuh Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara dentingan dari piano yang dimainkan Alka untuk pemanasan, sempat membuat Bella dan Zian terpana. Pemainan piano laki-laki berkacamata yang memangku Rara itu terdengar stabil dan indah. Waktu kecil, Pak Dwipiga membawa seorang tutor musik untuk Zian dan Alka, tetapi hanya Zian yang mengikuti tutorial itu hingga selesai, sedangkan Alka, lebih tertarik membaca buku daripada bermain dengan tuts piano.

"Gue nggak tau kalo lo bisa main piano." Zian tertawa kecil sambil mengambil alih Rara.

"Walau cuma belajar sebentar, gue masih ingetlah. Satu lagu ini berhasil gue pelajarin cuma buat hadiah kalo lo mau tagih utang gue."

"Utang?" Zian menaikkan satu alisnya.

"Ingat ulang tahun lo yang ke 10? Lo bilang, suatu saat nanti gue harus main piano buat lo yang dansa sama Bu Lana."

Mendengar nama itu, tidak hanya Zian, tetapi Bella juga terkejut. Bella ingat nama ibu dari murid pertamannya yang menolak diajar olehnya. Namanya Lana. Sama seperti yang disebutkan Alka, tetapi pasti tidak hanya satu orang yang mempunyai nama itu di kota ini.

Melihat perubahan ekspresi Zian, Alka jadi merasa bersalah. Ia sempat lupa kalau nama itu adalah nama terlarang di rumah ini. Untuk mengalihkan perhatian, Alka menarik Bella.

"Mau ke mana?" Zian panik.

Alka menyeringai. "Lo mau dansa pake celana robek-robek gitu?" 

"Hah!" Bella dan Zian berseru bersamaan.

"Ganti baju lo, pakai baju yang agak sopan dikit. Gue bakalan dandanin Bella." Alka berbicara dengan penuh percaya diri. 

Zian menggaruk tengkuk karena bingung, tetapi ia tetap menurut. Laki-laki bertato itu turut melangkah ke lantai dua. Zian masuk ke kamarnya dan Bella masuk ke kamar Alka. 

Begitu masuk ke kamar Alka, respons pertama Bella adalah menganga. Ruangan itu tidak kalah dengan ruang belajar karena terlalu banyak buku di sana. Langkah Bella semakin jauh untuk melihat seluruh isi ruangan itu. Ia kembali terkejut ketika Alka membawa sebuah dress berwarna kuning. Sederhana, tetapi cantik.

"Jangan terharu gitu, ini kado ulang tahun lo yang gue sita kemaren. Maaf karena gaunnya sederhana." Senyum di wajah Alka meluntur sedikit.

Bella menggeleng cepat. "Enggak. Itu cantik banget. Makasih sudah sita kado gue buat momen terbaik ini."

Saat acara kejutan mereka selesai, Alka mengambil alih kado Bella dan mengatakan kalau kado tersebut akan diberikan saat Bella lulus. Hitung-hitung untuk berhemat. Anehnya, Bella terima saja. Ia menyerahkan kadonya dengan pasrah. Untunglah kado itu bermanfaat dengan baik.

"Jadi, kado kelulusan gue?"

Alka tertawa. "Masih inget aja. Nanti gue sama Zian beliin yang lain." 

Bella tersenyum dan mengambil gaun yang ada di tangan Alka. 

"Lo bawa make up?" Alka bertanya sambil melirik tas Bella. Alka menunggu jawaban gadis berponi itu dan tepat seperti dugaannya, Bella menggeleng. "Untung gue masih simpen make up Ibu. Lo ganti baju dulu, gue mau ambil mekapnya."

Begitu Alka meninggalkannya di kamar, Bella langsung mengganti bajunya dan ia sempat terpana pada pantulan dirinya sendiri. Dress kuning bercorak bunga itu memiliki renda di bagian leher yang membuat kesan manis. Panjangnya hanya sampai ke atas lutut Bella. Hal ini membuatnya semakin menyukai dress itu.

Sebuah ketukan membuat Bella beralih dari cermin. "Iya, masuk."

"Lo bisa pake make up, kan?" Alka bertanya ragu sambil menyodorkan sekotak besar mekap.

Bella tersenyum lebar. "Jangan ragukan gue."

Alka meletakkan sepasang sepatu sendal tanpa hak di dekat kaki Bella. "Lo nggak mungkin pakai sepatu kets itu, kan?"

"Ini punya?" Mata Bella tidak bisa beralih dari sepatu bertali yang dihiasi bunga daisy di bagian depannya.

"Punya lo. Itu buat lo."

"Cantik banget. Jangan bilang ini hadiah buat kelulusan gue? Sidangnya masih dua minggu lagi." Bella beralasan, tetapi ia tetap mengenakan sepatu sendal itu sambil terus tersenyum.

"Bukan. Itu kado ulang tahun dari gue." Alka berbicara sambil tersenyum. Sebuah senyum yang kelihatannya tidak sesuai dengan tatapan matanya yang sendu.

"Kado ulang tahun? Bukannya ini dress dari kalian berdua?" Bella berdiri setelah selesai mengenakan mekapnya.

Alka melepaskan kacamatanya dan menatap Bella. Kemudian senyumnya mengembang. Senyumnya sangat lebar hingga membuat matanya yang sipit berubah menjadi dua lengkungan yang mirip bulan sabit. "Iya, sepatu sendalnya khusus dari gue buat cewek yang berhasil buat Zian mulai kembali kayak Zian yang dulu."

Bella berusaha mencerna kaliamat Alka, tetapi ia langsung tersenyum begitu melihat laki-laki yang sudah tidak mengenakan kacamata itu tersenyum sangat lebar.

"Terima kasih. Untuk dress,  sepatu sendal, perhatian dan lo yang sudah mau jadi teman gue." Bella mengulurkan tangan untuk berjabat.

Alka menyambut uluran tangan itu dan memakai kacamatanya kembali setelah tautan tangan mereka terlepas. "Lo turun setelah gue chat, ya." 

"Hah? Kenapa nggak turun sekarang aja. Sama lo?" Bella masih tidak mengerti kata-kata Alka.

Alka menyeringai. "Pasangan lo Zian, bukan gue."

"Hah?" Bella masih terkejut ketika Alka sudah menutup pintu. "Ah, mungkin pasangan dansa maksudnya."

Begitu mengucapkan kata dansa, Bella baru sadar kalau ia tidak bisa melakukan hal itu. Kini ia merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia bersiap dengan tampilan seperti ini, padahal ia tidak bisa berdansa sama sekali. Akhirnya, gadis berambut panjang itu mencari tutorial danca secara kilat melalui kanal yang memuat video.

Bella melihat video sambil mempraktekkannya. Ia bergerak ke kiri kanan dan berputar dengan sendirinya. Tanpa terasa, ia sudah menghabiskan hampir lima belas menit untuk menonton tutorial tersebut. 

Satu pesan dari Alka muncul. Bella langsung menarik napas dalam-dalam. Ia melihat pantulan dirinya di cermin untuk terakhir kalinya. Akhirnya, ia keluar dari kamar itu. Begitu tiba di tangga, Bella sempat menghentikan langkahnya karena tidak percaya pada matanya sendiri. 

Ruangan besar itu kini kelihatan gemerlap karena sebuah lampu hias besar yang tidak pernah Bella perhatikan, turun lebih rendah dan menyala dengan indah. Baru juga Bella melangkah beberapa tangga, ia kembali dikejutkan dengan tampilan Zian yang jauh berbeda. Laki-laki bertindik itu mengenakan kemeja putih yang dibalut jas biru yang pas di tubuhnya. 

Zian bergerak menyusul, setelah Alka memaksa dengan mendorongnya. Bella sempat tertawa, tetapi ia langsung tengang ketika laki-laki bertindik itu mengulurkan tangannya. 

"Kalo lo berkenan. Nggak juga nggak apa-apa. Ini Alka maksa."

Bella tertawa dan menyambut uluran tangan Zian. Keduanya berjalan kompak menuruni tangga dengan iringan musik dari piano yang dimainkan Alka. Tidak lupa, Rara juga ada di sana. Duduk manis di atas piano dan melihat Alka dengan tatapan penuh kagum.

Zian dan Bella tiba tepat di bawah lampu hias. Mereka bertukar pandang ketika permainan piano Alka dimulai setelah intro yang panjang.

"Maaf, gue boleh taro tangan gue di pinggang lo?" Zian bertanya hati-hati.

"Gue nggak nyangka kalo lo sesopan ini." Bella tertawa kecil. "Boleh, bukannya gitu harusnya."

Zian tersenyum kaku, ragu-ragu meletakkan tangannya di dekat pinggang Bella.

Mereka mulai bergerak ke kiri kanan, mengikuti alunan musik yang indah dari permainan piano Alka. Selama melakukan dansa, Bella sadar kalau selama mereka berdansa, Zian tidak benar-benar menyentuh pinggannya. Laki-laki bermata sipit itu tetap menjaga tangannya untuk tidak menyentuh pinggang Bella. 

Untungnya, tutorial dansa yang ditonton Bella berhasil membuatnya tidak menanggung malu, walau ia tahu kalau beberapa kali kakinya menginjak kaki Zian, tetapi laki-laki itu kelihatan baik-baik saja dan tidak mengeluh. Bella berharap Zian dan Alka tidak kecewa padanya.

"Dansa yang bagus." Zian berbisik pada Bella yang kini ada di sampingnya. 

Begitu permainan Alka selesai, Bella dan Zian memberi penghormatan dengan kompak. Tepuk tangan dari Alka menyambut keduanya. 

"Kok, lagunya Beauty and the Beast, sih?" Zian bertanya sambil melayangkan protes.

"Gue pilih lagu yang paling sesuai. Beauty," Alka menunjuk Bella dengan sopan dan menatap Zian dengan seringai, "and the Beaast."

Zian tidak tinggal diam. Ia bergerak menghampiri Alka dan siap melayangkan satu pukulan. Dengan cepat, Alka berlari ke halaman belakang dan Bella bisa menyaksikan adegan kejar-kejaran dari sepasang saudara angkat itu.

"Bella tolong gue. Dia jinaknya cuma sama lo." Alka berteriak ketika melewati depan Bella.

Setelah Zian berhasil menangkap Alka, bukannya memukul, laki-laki bertindik itu malah menggelitiki saudaranya dan mereka membaringkan tubuh di atas rumput dengan tawa yang membuat Bella ikut bahagia. 

"Apa kebahagiaan ini akan berlangsung lama? Gue harap iya, seenggaknya sedikit lebih lama dari yang gue harapkan."

Aloha! 

#Alka bukan orang ketiga

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Maaf banget telat update. Sibuk jadi budak negara sampe susah buat nulis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro