5. Rekomendasi Darah Sintesis dari Ahlinya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kalau menurut cerita novel, Annie tidak pernah minta maaf kepada Elios dan sepertinya pertemuan di toko buku juga tidak pernah ada. Dari manhwa maupun novel-novel Isekai yang pernah kubaca, jika terjadi peristiwa yang berbeda dari alur asli novel, berarti perubahan plot cerita sedang terjadi. Aku berharap sih, ini berubah ke arah yang baik, maksudnya... aku tidak perlu mati di tangan penculik atau kalau aku diculik, setidaknya mungkin saja Elios bersedia menolongku. Dia kan melihat peristiwa penculikan tersebut.

Aku menulis cerita adegan penculikan dan alasan penculikan tersebut. Kalau tidak salah, penculik tersebut berasal dari kalangan kaum vampir dan penyihir, karena Jade mengusulkan rancangan undang-undang larangan jual-beli manusia.

Terus terang ya, aku merinding kalau ingat bahwa di dunia ini, jual beli manusia itu hal biasa. Yang membelinya? Biasanya Vampir dan penyihir. Vampir membeli manusia untuk dimakan, sedangkan penyihir membeli manusia untuk dijadikan bahan eksperimen. Siapa yang biasanya diperjual-belikan? Manusia-manusia yang tidak berpunya, mereka yang tidak bisa membayar utang, mereka yang menggadaikan dirinya sendiri untuk sekerat roti.

Sebenarnya sedih sekali, ketika aku mendengar Leonard menceritakan kondisi manusia-manusia ini. Kebanyakan dari mereka lusuh, kurus, dan kadang tidak begitu sehat. Sebutan untuk mereka bukan lagi budak, tetapi Noosa yang berarti barang. Itu artinya mereka tidak dianggap sebagai makhluk yang punya akal dan perasaan. Jika ingat kehidupan di Indonesia dulu, perbudakan dilarang dan jual-beli manusia juga dilarang. Namun, kenyataannya semua dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Suami menjual istrinya di Mi-chit. Anak dijual kepada orang lain. Jual beli organ dalam manusia secara rahasia. Orang-orang diperkejakan dengan gaji yang tidak layak atau perbudakan secara tidak tertulis. Ironis sekali, di dunia ini hal itu juga terjadi secara legal dalam bentuk lain, sedangkan di dunia lamaku itu terjadi secara ilegal. Seandainya nanti bisnisku sukses dan lancar, aku ingin berbagi pada mereka. Setidaknya apa yang pernah kulakukan dulu di dunia lama, dengan berbagi makanan kepada tuna wisma dan anak terlantar, di sini aku juga bisa melakukan hal yang sama.

Aku menghela napas sembari menyelesaikan catatan harian. Di kehidupan baru ini, Tuhan memberkatiku dengan rumah, keluarga, serta harta yang berkecukupan, bahkan teman! Di dunia lama, aku hidup sendirian. Keluargaku tidak peduli pada kondisiku kecuali bila tanggal gajian, teman-teman yang manipulatif, dan harta yang sering habis tanpa sebab. Kehidupan ini... rasanya seperti hadian manis dan aku ingin menikmatinya dalam syukur.

Karena itu, selain mempersiapkan perlindungan, apa aku perlu tahu juga tentang isi rancangan undang-undang yang disiapkan Jade? Leonard bekerja di bagian hukum pemerintahan sebagai staf senior. Kalau aku merajuk dan minta diperlihatkan, apa dia bersedia? Tapi... apa Leonard tidak melanggar sumpahnya sebagai Abdi Negara?

Hanya saja... rupanya aku tak perlu repot-repot berpikir sulit, karena hari berikutnya, Leonard membawa setumpuk kertas dengan tebal nyaris seribu halaman, yang tak lain adalah rancangan undang-undang perlindungan manusia yang baru.

"Kak, kau tidak pusing membaca semua itu?" tanyaku pada Leonard.

Kami berada di ruang kerja Jade. Setelah memanggang kue dan menyiapkan teh, aku menyiapkannya untuk Jade dan Leonard, serta lima staf bagian hukum balaikota yang bertandang untuk ikut memeriksa rancangan undang-undang tersebut.

"Dia ini lulusan hukum terbaik di Universitas Rhayakan. Kitab undang-undang yang dibacanya bisa lebih dari ini, Nona," komentar salah satu staf berkemeja putih, berambut perak pendek dan berkulit sawo matang.

"Ah...," Aku tersenyum kikuk pada orang itu. Dari nametag di dada kanannya, dia bernama Aden.

Perlu diketahui, Universitas Rhayakan adalah Universitas terbaik di Eruthalia. Masuknya penuh persaingan dan berdarah-darah. Lokasinya berada di ibu kota, yaitu Nixmare. Euh...kadang aku ingin protes pada penulis cerita ini, karena nama tokoh, kota, dan istilah-istilahnya bercampur-campur antara orang barat, timur, bahkan timur tengah, belum lagi istilah atau penamaan yang mix and match. Penulisnya kelewat nyentrik.

"Apa Kak Aden dulu juga satu Univ dengan Kak Leo?" tanyaku sopan, sedikit berbasa-basi.

"Mereka berdua itu sahabat akrab," timpal seorang perempuan berkacamata. "Mirip seperti perangko dan amplop. Ke mana-mana selalu bersama."

Pandanganku kemudian tertuju lurus-lurus pada Leonard, yang lucunya, dia juga balas menatapku dengan pandangan datar.

"Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Aden sudah menikah tahun lalu dan istrinya sekarang sedang mengandung," ucapnya.

"Kakak kapan nikah?"

"Kalau karier sudah matang."

"Menunggu karier atau tidak ada yang diajak kencan?"

Aden dan perempuan berkacamata tergelak mendengar pertanyaanku, sedangkan yang lain hanya tersenyum-senyum menahan tawa.

Leonard mendelik ke arahku. "Anak kecil keluar saja sana. Siapkan saja kami makan malam!" Dia mengibaskan tangan.

"Aku bukan pembantu Kakak!" Aku berkacak pinggang.

"Tambahan uang jajan?"

Balasan Leonard membuatku keluar dari ruang kerja ayah dengan senang hati. Sementara itu, aku bisa mendengar tawa Aden dari dalam setelah menutup pintu ruang kerja Jade.

***

"Kenapa Kakak dan yang lain memeriksa rancangan undang-undang di rumah?" Aku bertanya saat kami berjalan bersama menuju ke toko penyihir di Eurince.

Eurince merupakan pusat perbelanjaan di Euloph. Wilayahnya terdiri dari 2 blok besar dengan beraneka ragam jenis toko dan ada satu mall besar yang berdiri selebar panjang kedua blok ini. Mall berlantai dua tersebut menjadi pusat perdagangan bibit tanaman, kain, dan juga alat-alat pertukangan. Euloph sangat terkenal dengan keanekaragaman tanaman, karena di sini merupakan pusat penelitian botani di Eruthalia. Kain dan alat-alat pertukangan adalah salah satu industri yang menggerakkan kehidupan di kota ini.

Hari Sabtu yang cerah, Leonard menepati janjinya untuk menemaniku mengambil relik di toko penyihir. Setelah memarkirkan mobil di gedung parkir yang letaknya kurang lebih lima ratus meter dari toko yang dimaksud, kami berjalan bersisian sambil berbincang-bincang. Aku memakai gaun santai berlengan pendek dengan panjang selutut yang memiliki motif bunga marigold. Sementara Leonard memakai kemeja putih yang dirangkap sweater lengan panjang berwarna cream gelap serta celana panjang biru. Apa dia tidak kepanasan memakai pakaian rangkap di tengah udara terik?

"Undang-undang itu kan masih berupa rancangan," Aku melanjutkan, "Kakak dan yang lain terlihat sangat berhati-hati sekali, bahkan ruang kerja Ayah juga dikunci setelah kalian selesai mengeceknya."

Leonard melirikku sejenak, lalu menatap lagi jalanan di depan. "Walau begitu, kita perlu berhati-hati supaya tidak ada lembaran yang tercecer atau diganti," jelasnya pelan. "Apalagi ini rancangan yang akan diajukan kepada Dewan Pusat Negara. Kalau ada satu lembar saja yang tercecer, hilang, atau isinya berubah tanpa diperiksa, maka akibatnya akan fatal. Karena ini merupakan peraturan yang melandasi tata cara atau perilaku orang."

Aku menatapnya, "Aku tidak mengerti."

"Intinya, rancangan undang-undang kali ini akan menekan kepentingan beberapa pihak. Kalau Dewan Pusat Negara sampai mengesahkannya, maka akan ada beberapa pihak yang usahanya terancam mati atau bahkan perilaku mereka akan terancam dipidanakan," jelas Leonard. "Karena itu kami berhati-hati sekali dalam memeriksanya dan memberi paraf pada setiap halaman rancangan yang sudah di-review. Untuk meminimalkan kecurangan."

Aku ternganga mendengar ucapannya. "Sampai seperti itu?"

"Di wilayah lain, bahkan ada petugas bagian hukum yang nyaris dibunuh karena membuat draft tentang peraturan penataan hutan. Bangsa Peri tidak menyukainya dan hampir mengajak perang, andai tidak ditenangkan oleh Ketua Makhluk Abdi." Leonard menambahkan, "Di kota Thovel, rancangan peraturan dalam kota tentang pembatasan kepemilikan budak dan senjata nyaris diubah diam-diam oleh oknum yang tidak ingin usaha jual-beli senjatanya terhalang."

"Oh," Aku mengangguk-angguk paham. Rupanya kejadian di sini juga sama seperti di duniaku dulu. "Kenapa Ayah berkeras untuk mengajukan rancangan undang-undang yang berbahaya ini?" tanyaku lagi.

Tanpa diduga, Leonard menepuk-nepuk kepalaku. Rasanya memalukan ketika ditepuk-tepuk seperti ini di depan banyak orang. Aku berusaha menepis tangannya dan mengomel, karena rambutku jadi berantakan. Dia tertawa kecil.

"Dulu, kau tidak pernah tertarik kegiatanku maupun kegiatan Ayah. Kenapa sekarang kau jadi banyak bertanya?" tanyanya. "Padahal dulu, kau lebih sering menghabiskan waktumu di luar hanya untuk mengikuti kegiatan Elios. Sekarang, kau seperti memiliki hidup sendiri."

"Itu ejekan, ya?" Aku merengut.

"Itu pujian! Maksudku, sekarang kau tidak lagi terobsesi kepada orang lain dan lebih memikirkan dirimu sendiri!"

Kalau Leonard sampai menilai seperti itu, berarti tingkahku dulu sudah di taraf yang sangat mengkhawatirkan. Aku tercenung sejenak. Apa aku perlu mengakui Annie yang dulu adalah diriku? Terkadang aku bingung menjelaskan tentang diriku sendiri. Bisa dibilang, aku merasa krisis identitas. Di satu sisi, aku merasa bukan Annie. Namun, sekarang aku hidup sebagai Annie!

"Ada apa?" Leonard tampak heran melihatku berhenti berjalan.

"Uhm..., aku pasti membuat Kakak, Ayah, dan Ibu khawatir," ucapku pelan. "Aku minta maaf."

Leonard mendekat, lalu meraih tangan kiriku. "Sekarang kau baik-baik saja dan menyadari semua kekeliruanmu. Itu sudah cukup." Dia tersenyum lebar. "Kita segera ambil reliknya dan jalan-jalan ke mall bagaimana? Kemarin katanya kau sedang mencari beberapa rempah, kan?"

"Oh, iya! Tentu saja!" seruku senang. "Apa Kakak mau membayarinya?"

"Kau punya uang saku dari Ayah!"

"Rasanya lebih asik kalau pakai uang Kakak untuk belanja," timpalku.

(Rabu, 29 November 2023)

===============

Note:

Enjoy the music...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro