6. Rekomendasi Darah Sintesis dari Ahlinya (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Relik yang kubeli berupa gelang yang terbuat dari perak seharga satu juta riel dan ternyata gelang ini rupanya punya keterbatasan. Yang mana energi sihirnya harus diisi bila lima permata merah yang menjadi hiasannya berubah menjadi putih semua. Kupikir energi di dalam relik bisa dipakai tanpa batas, ternyata tidak. Atau ini sebenarnya bukan relik tapi hanya benda sihir biasa?

Leonard cuma tersenyum-senyum kemudian, melipir keluar toko setelah mendengar penjelasan dari si penjual. Pada akhirnya, aku sendiri yang membayar gelang tersebut. Walau aku sudah memberi kode pada kakak tercinta, tapi dia justru pura-pura sibuk melihat rangkaian bunga di sebelah toko penyihir. Dih..., menyebalkan. Setelah dari toko penyihir, kami pun ke supermarket yang ada di mall.

"Teman-temanku suka dengan masakanmu," ujar Leonard ketika aku memintanya mengambil bubuk merica. "Mereka bertanya, apa bisa pesan makanan darimu?"

"Kak... ini merica putih," protesku sambil menunjuk label botol. "Kan kubilang merica hitam."

"Mau putih dan hitam apa bedanya?" Leonard balas menatap bingung.

"Rasanya akan berbeda, Kak. Ini sama saja Kakak bertanya, mana daging yang lebih enak, daging yang banyak lemaknya atau tidak," gerutuku sambil mendorong troli ke area perbumbuan. "Kalau mereka mau pesan, bisa saja, Kak, tapi mungkin masakannya ada di list menu," ucapku. "Aku punya daftar menu di rumah. Kakak boleh menunjukkannya, siapa tahu mereka tertarik untuk memesan."

"Ehm..., kalau jumlahnya banyak, apa kau tidak kerepotan?" Leonard mengernyitkan dahi.

"Kita belum tahu mereka mau pesan sedikit atau banyak, kan?" Aku memperhatikan deretan botol bumbu di rak, lalu mengambil sebotol merica hitam bubuk. "Reina dan Edna juga ingin pesan kue buatanku. Sekarang tinggal menyusun jadwalnya saja."

Leonard tersenyum lebar. "Omong-omong, malam ini rencananya masak apa?"

"Ibu mau mengajariku memasakan tumis sayuran ala selatan dan hidangan laut," jawabku. "Di rumah sudah ada ikan. Mungkin aku akan beli sedikit sayur segar tambahan dan membuat makanan penutup."

"Bagus! Aku tidak sabar pulang," ujarnya.

"Eh, Kakak bisa mengambilkan minyak zaitun?" tanyaku.

Dia langsung mengiyakan tanpa membantah. Beginikah rasanya punya saudara yang mendukung? Aku merasa Leonard menyayangiku. Terlepas kadang dia suka mencibir atau mengejek, selama ini dia selalu perhatian pada kondisiku. Dia juga terang-terangan menyatakan kelegaannya melihatku bisa lepas dari obsesi kepada Elios, yang menandakan, sebetulnya dia tidak suka aku menyukai Elios tapi mungkin lebih memilih menutup mulut karena sudah bosan menceramahiku untuk menjauhi Elios.

Aku mendorong troli ke area minuman. Botol-botol minuman dengan berbagai jenis berderet dan aku sedang mencari botol jus apel. Namun, sejenak aku tertahan saat mendapati botol minuman yang tulisan dan gambarnya aneh. Waktu kuambil dan kubaca komposisinya, seketika bulu kudukku berdiri.

Darah sintesis segar rasa jeruk. Produk dari perusahaan Melblood, perusahaan penghasil darah sintesis terbesar di Eruthalia. Aku pernah merasakan darah sendiri waktu bibir terluka dan rasanya aneh, seperti ada rasa besi, asin, anyir, dan sedikit asam. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya darah sintesis. Membayangkan bagaimana rasa dan aromanya membuatku mual.

"Kusarankan, jangan coba rasa jeruk. Sama sekali tidak enak, Nona. Kalau ingin mencoba minum darah dan rasanya lebih bisa diterima lidah, coba yang rasanya anggur. Aromanya sedikit lebih mudah diterima penciuman manusia," ucapan itu membuatku tersentuk.

Aku menoleh ke belakang dan seorang pria muda, yang mungkin seusia Leonard, berdiri sambil tersenyum lebar. Dia memiliki kulit seputih porselen dengan ketampanan yang... Tuhan... dia sama tampannya seperti Elios! Mungkin lebih tampan! Rambut hitam pendeknya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu, sedangkan kedua matanya berwarna hitam kelam seperti langit malam. Dia memakai pakaian serba hitam, yang sangat kontras dengan warna kulit.

"Maaf, apa sudah puas melihat wajahku?" Dia kembali bersuara dan menunjuk rak botol darah sintesis. "Boleh bergeser sedikit? Aku ingin mengambil makananku."

Wajahku terasa panas. Buru-buru aku menaruh kembali botol itu ke rak dan mendorong troli menjauhi rak darah sintesis. Ya Tuhan, ekspresiku tadi pasti terlihat bodoh di depan Vampir tadi! Aku pergi menuju ke area sayur-mayur. Semoga saja vampir tadi tidak ke area ini! Walau aku melihat ada satu – dua Vampir yang sedang melihat-lihat kubis di salah satu rak sayur.

Bagaimana aku bisa mengenali mereka Vampir? Yang paling sederhana, dari tampang mereka yang memiliki kecantikan dan ketampanan luar biasa hingga terbilang ganjil. Selain itu, kulit putih mereka mengesankan seperti orang sakit dan apabila berada lebih dekat dengan mereka, maka akan terasa sedikit dingin. Masing-masing dari suku bangsa memiliki keunikan dan ciri khas sendiri, hanya bangsa manusia saja yang sepertinya minim kekuatan dan secara tampilan juga biasa saja.

"Oh, maaf," Aku tidak sengaja menyenggol bahu seorang pria yang berjalanan berlawanan arah dengan membawa satu kantung plastik wortel.

Pria berambut hitam sebahu itu diam dan menatapku tajam. Sklera matanya berwarna kemerahan, terkesan seperti orang yang berhari-hari tidak tidur. Ekspresinya juga cemberut, seakan moodnya sedang jelek.

"E... permisi," Aku buru-buru mendorong troli lagi sambil merutuk dalam hati. Ada apa dengan hari ini? Dua kali bertemu orang asing dalam kondisi yang tidak nyaman. Namun, pria berambut hitam sebahu itu malah mengejar dan mencekal lengan kananku, hingga aku berjengit saat merasakan betapa dingin genggamannya. Cengkramannya kuat, hingga aku meringis kesakitan.

"Apa yang Anda inginkan?!" Aku setengah berteriak, sehingga perhatian orang-orang mulai tertuju pada kami. "Saya sudah minta maaf tadi."

Pria itu tidak menjawab, tetapi tatapannya semakin terlihat mengerikan. Iris matanya berubah merah dan kuku-kuku jarinya menancap di lenganku. Aku berteriak kesakitan sekaligus ketakutan, sedangkan pria gila ini menyeringai dan memamerkan taringnya. Sebelum aku berteriak minta tolong, seseorang sudah memukul kepala pria kurang ajar itu lebih dulu, hingga dia jatuh tersungkur.

Untuk mencegahnya bangkit, kaki kanan orang itu menekan dada si pria yang melukaiku.

Sementara aku meringis menahan sakit karena lenganku berdarah dan sepertinya... ada daging yang tercungkil?

"Vampir gila darah di tempat publik? Harusnya kau berada di rehabilitasi!"

Aku menatap si penyelamat dan tertegun karena dia adalah pria muda yang tadi memintaku bergeser di area rak darah sintesis. Ekspresinya saat menatap pria yang melukaiku terlihat geram dan marah. Bukannya takut, si pria yang melukaiku justru menggeram dan hendak bangkit untuk membalas pria muda itu. Sayangnya, tangan pria muda itu lebih cepat dalam mencekik lehernya, hingga pria yang melukaiku mengerang tidak jelas dan memohon ampun.

Beberapa petugas supermarket datang dan mengatakan bahwa mereka sudah memanggil polisi kemari. Si pria muda itu meminta tali untuk mengikat pria yang melukaiku, kemudian membawanya ke tempat yang lebih aman. Seorang petugas perempuan supermarket memintaku ikut ke ruangan untuk mengobati luka dan aku mengikutinya tanpa banyak bicara.

***

Di ruang kantor supermarket yang ada di lantai teratas, lukaku dibersihkan kemudian diobati, lalu dibebat dengan kain kasa. Rasanya perih dan menyakitkan, tetapi tidak sesakit hatiku yang merasa hari ini merupakan hari menyedihkan. Niat hati berbelanja untuk menyenangkan diri, tetapi justru berakhir terluka karena diserang orang... ralat Vampir asing yang tidak kukenal. Mungkin setelah ini aku harus menghadapi wawancara polisi sebagai korban.

"Annie!" Seruan itu membuatku menoleh ke pintu ruangan.

Leonard terengah-engah, menatapku dengan wajah cemas dan khawatir, lalu memasuki ruangan dengan terburu-buru.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi? Aku mencari-carimu tadi, sampai aku dengar dari pengumuman bahwa kau menungguku di sini," Dia menarik sebuah kursi kosong dan langsung duduk dengan pandangan tertuju pada lenganku yang sedang dibalut kain kasa. "Kau terluka!"

"Itu...,"

"Ada Vampir gila darah yang menyerangnya," seseorang menyahut.

Pria muda yang menolongku memasuki ruangan. Ekspresinya tampak kusut. "Vampir itu kehilangan kendali dan melukainya. Sekarang dia sudah diamankan di ruang tertutup, sebentar lagi polisi akan membawanya ke tempat yang lebih aman."

Leonard mengerutkan dahi saat menatap pria muda itu.

"Ah... anu..., dia orang yang menolongku dari serangan Vampir," jelasku.

"Oh, Terima kasih... siapa nama Anda?" tanya Leonard.

"Sagara," jawabnya ringan.

"Terima kasih, Sagara," Leonard mengulang ucapannya. "Mungkin kalau tidak ada kau, adikku sudah jadi santapan Vampir. Perkenalkan, namaku Leonard Forester dan ini adikku, Annie Forester."

"Forester?" Giliran Sagara yang mengernyitkan dahi. "Kalian berdua anak Ketua Jade Forester?"

"E... Benar," jawab Leonard ragu-ragu.

"Wah, ini sama sekali tidak diduga." Ekspresi Sagara berubah ceria. "Perkenalkan, aku putra dari Rael Eshar."

"Rael Eshar," Leonard bergumam tak percaya. "Kau Putra Anggota Dewan Vampir Pusat?"

"Ya," Sagara tersenyum lebar.

Aku menatap mereka berdua bergantian, merasa bodoh, tidak mengerti, bingung, dan kesakitan.

(Sabtu, 2 Desember 2023)

===========

Note:

Saya lagi pusing ngawalin untuk nulis jurnal dan saya masih ngawan juga, mau angkat topik apa.

Akhirnya lari ke sini deh... :'(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro