Hilang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Aku sudah berkali-kali menyebarkan mantra pendeteksi. Di tempat tujuan kita hanya ada serangga dan mamalia pengerat—semua raksasa. Beberapa di antara mereka makhluk berkekuatan sihir—entah memiliki kecerdasan atau tidak, satu hal yang pasti ... Tidak ada humanoid lain di sana. Bahkan mungkin di seluruh pulau ini."

Kalau apa yang dikatakan Brendan itu benar, lalu siapa yang mendirikan bangunan-bangunan yang mereka lihat dari puncak bukit, pikir Alman. Makhluk sihir macam Spinx punya sihir dan kecerdasan, tetapi mereka bukan tipe yang membutuhkan bangunan spesifik untuk hidup. Hanya humanoid yang memiliki budaya begitu.

Walau belum lama mengenalnya, Alman yakin Brendan bukan tipe orang yang bisa berkata bohong. Sementara bangunan yang dia lihat tidak terlihat seperti reruntuhan atau peninggalan kebudayaan lama. Apabila baru-baru ini ditinggal oleh para penghuninya, kondisi bangunan-bangunan itu terlalu baik.

"Red ...."

Menggaruk kepala merahnya dengan frustrasi, pemuda itu memikirkan kemungkinan bahwa mantra Brendan dimanipulasi oleh pemilik sihir yang lebih tinggi kelasnya. Atau lebih parah ... dirinyalah yang sedang dimanipulasi, hingga salah mengenali benda-benda yang dia lihat.

"Reeed!"

"B'risik! Apa, sih?" tukas Alman sewot.

Ketika pemuda itu mendongak, Brendan sedang mengacungkan tongkat ulir padanya. Ekspresinya terlihat terlalu serius untuk dikatakan bercanda.

Hanya sekejap Alman mengenali mantra yang dirapal Brendan, untuk menangkap seseorang. Segera dia memutar pandangan untuk mencari sasaran Brendan. Tidak ada siapa-siapa di belakangnya.

Sempat terlintas dalam benaknya bahwa dialah yang jadi sasaran mantra Brendan, hingga ... Jubah miliknya yang masih tergantung di seutas sulur, tiba-tiba melompat turun, lalu melayang pergi.

Mantra Brendan menghantam sasaran, membuat jubahnya terjatuh. Alman bergegas mengejar, tetapi belum sempat terambil, jubah itu keburu bangkit dan kembali melesat pergi.

"Gagal!?" seru Brendan panik. "Tidak mungkin ... Padahal mantraku tepat mengenainya tadi!"

"Berarti yang mencuri jubahku bukan humanoid," desah Alman, akhirnya mendapatkan kembali ketenangannya. "Kau bangunkan saja si bocah Ogre. Biar aku yang kejar."

"Ta-tapi, Red ...!"

Tanpa menunggu Brendan menyelesaikan kalimatnya, Alman bergegas berlari ke arah terakhir kali dia melihat jubahnya melayang.

"... Bagaimana aku bisa membangunkan, orangnya saja sudah tidak ada?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro