The Lonely Bloody Star

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jarum jam berdentang menunjukkan pukul sembilan malam tepat, perjamuan di kediaman Keluarga Corvette berlangsung semakin meriah. Dion mengasingkan diri dari bisingnya suasana sambil berdiri bersandarkan balkon lantai dua untuk menikmati dinginnya tiupan angin malam dengan jas tuxedonya yang mulai kusut seperti rambut hitamnya. Mukanya mulai menunjukkan rasa jenuh, ia sesekali menggoyangkan gelas kecil berisi sedikit dry martini miliknya sambil menyesapnya sedikit dengan nikmat.

Kemudian pandangan netra cokelat pemuda itu tidak sengaja tertuju pada seorang gadis bertubuh mungil yang sangat ia kenal baik di dalam ruangan. Ia tampil anggun malam itu, memakai gaun hijau daun yang amat cocok dengan rambut cokelatnya yang pendek sebahu dan dibiarkan tergerai bebas. Tertawa lepas begitu ceria, seperti seekor burung kecil yang bernyanyi dengan riang, sambil dikelilingi para pangeran bertuxedo hitam mengkilat yang berlomba untuk menarik hatinya.

Dalam hati kecil Dion, ia ingin memeluk hati yang mungil itu, ingin melindunginya, ingin menjadi satu-satunya yang selalu dipandang oleh matanya yang hijau bening bagai batu zamrud.

Tapi kemudian ia memandang tangannya. Logika di kepalanya mengatakan sesuatu:

Apakah mungkin?

Tangan yang ia tatap itu sudah kotor berlumur darah. Tangannya adalah tangan milik dewa kematian yang telah mencabik banyak nyawa yang walaupun dianggap berdosa, tetapi tentu dikasihi oleh orang terdekatnya. Apakah dia masih layak melindungi jiwa malaikat yang murni itu, dengan tangan telah tercemar dosa yang tidak terampuni?

Dion lalu perlahan mengadahkan wajahnya ke langit malam. Disitu hanya ada dua bintang bersinar temaram, lalu ia memandangnya dalam tarikan napas yang panjang dengan diam, sambil berkata di relung hatinya yang dalam:

Jiwaku dan hatinya seperti dua bintang di langit, terlihat dekat namunsesungguhnya terpisah sangat jauh satu sama lain.    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro