Bukan Pengganti

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ditulis oleh Rum97_ & Landstory

Angin sepoi yang sejuk meniup lembut anak rambut Syakira yang duduk termenung sendiri di kursi taman.

Taman itu penuh dengan orang-orang yang sedang berlalu-lalang mengisi weekend. Ada pasangan kekasih yang sedang asik bercanda, ada pula keluarga kecil yang sedang menikmati berfoto bersama, dan ada juga sepasang suami-istri yang duduk di kursi roda menatap sambil tersenyum.

Hanya Syakira saja yang sendirian tanpa ada teman. Sesak memenuhi dadanya. Sakit. Itulah yang dia rasakan saat ini. Bahkan dia mencoba untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh. Penghianatan Leo yang menyebabkan berakhirnya hubungan mereka sangat membuat Syakira terpuruk.

Gagal move on, itulah yang dialami Syakira sekarang ini. Lagi pula siapapun yang berada di posisinya saat ini pasti merasakan hal yang sama. Lima tahun bersama bukan waktu yang sebentar, apalagi mereka telah merencakan pernikahan. Bahkan persiapan sudah mencapai lima puluh persen. Namun, itu semua hanya tinggal kenangan yang menyisakan luka mendalam.

"Kenapa kamu tega, apa salahku hingga kau menyakitiku seperti ini, Leo?" bisik Syakira saat menatap foto Leo di layar ponselnya.

Syakira ingat akan ucapan Leo kalau itu, saat pria itu memutuskan hubungan yang dengan susah payah mereka bina. "Hubungan ini sudah tidak baik-baik saja, jika dilanjutkan hanya akan menyakiti kita," kata Leo saat itu.

Sampai detik ini, dua bulan telah berlalu Syakira masih memikirkan Leo dan kesalahan apa yang membuat hubungan mereka tidak baik seperti kata Leo. Seingatnya mereka berdua melewati hari dengan bahagia bahkan hampir tidak ada perselisihan dalam hubungan keduanya. Pihak keluarga pun telah memberikan restu dan mendukung satu sama lain.

"Kau jahat, Leo." Tangis Syakira tanpa suara. Waktu terus berlalu, senja mulai menampakan diri. Para pengunjung taman perlahan pergi satu persatu dan hanya menyisakan beberapa orang termasuk Syakira.

"Kuat Syakira, kau pasti bisa melewati semua ini. Kau harus ingat, Tuhan pasti punya alasan mengapa semua ini terjadi," ucap Syakira menyemangati dirinya sendiri.

Tidak terlalu jauh dari tempat Syakira duduk, seorang pria yang memegang kamera berjalan mendekati Syakira.

"Sendirian, Nona?" tanyanya yang berdiri menatap Syakira.

"Oh, maafkan aku jika mengagetkanmu," ucap pria itu lagi ketika melihat reaksi Syakira yang terkejut.

Syakira mendongakkan kepalanya menatap pria yang berbicara dengannya. Pria itu tersenyum memperlihatkan lesung pipi yang menghiasi kedua pipinya. Setelah melihat sebentar Syakira kembali pada aktivitas mengenang masa lalunya tanpa memperdulikan kehadiran pria itu.

"Namaku Agam. Kurasa kursi ini masih bisa diduduki oleh satu orang lagi," ucap Agam dengan santai kemudian duduk tepat di samping Syakira meskipun tidak dihiraukan.

"Aku selalu ke taman ini tetapi tidak pernah melihatmu. Sepertinya hari ini adalah keberuntunganku karena bertemu dengan seorang bidadari di sini." Agam tanpa malu mengoda Syakira.

"Cantik," ucap Agam saat melihat Syakira yang baru saja datang.

Syakira hanya tersenyum menatap pria yang bersandar di pintu mobil. Pertemuan tak sengaja mereka atau lebih tepatnya tindakan tidak tahu malu Agam yang mendekatinya di taman waktu itu telah menjadikan mereka seperti sekarang ini.

Bagi Syakira Agam hanyalah teman yang baik. Namun, apa yang Syakira tidak tahu Agam menyayanginya lebih dari seorang teman biasa.

"Kok malah melamun. Ayo berangkat nanti terlambat." Syakira menepuk bahu Agam.

"Terlambat sedikit tidak masalah, Ra, lagi pula taman itu tidak akan lari kemanapun." Canda Agam sambil membukakan pintu mobil untuk Syakira.

Di taman Syakira dan Agam duduk di sebuah bersama menikmati sore hari.

"Ra."

"Hmm."

"Kau ingat ini adalah tempat pertama kali kita bertemu saat itu. Bahkan waktunya pun sama, sore hari." Agam memandang kolam kecil di depan mereka.

"Tentu saja aku ingat. Kau benar-benar membuatku sangat tidak nyaman waktu itu," jawab Syakira mengenang saat itu.

Semakin Syakira mengingatnya semakin tidak nyaman perasaannya. Wajahnya yang semula tersenyum perlahan menjadi murung. Saat itu adalah titik terendah dalam hidupnya. Hubungan percintaannya kandas di tengah jalan.

"Ra." Agam menatap Syakira. Melihat wanita cantik itu bersedih hatinya merasa tidak nyaman.

"Aku baik-baik saja," balas Syakira sambil tersenyum. Namun, Agam tahu apa yang rasakan oleh Syakira sekarang ini. Dia mengambil tangan kanan Syakira dan mengenggamnya.

Syakira menatap Agam dengan bingung. Selama beberapa bulan mereka kenal dan berteman Agam tidak pernah melakukan kontak fisik dengannya. Pria itu teramat menjaga jarak. Dia menjadi teman yang baik bagi Syakira walaupun mereka belum terlalu lama kenal. Agam memperlakukannya dengan sangat baik. Lalu ada apa kali ini? Syakira heran.

"Ra, bisakah kau melihatku bukan sebagai teman tapi sebagai seorang yang akan membuatmu tersenyum?" ucap Agam pelan.

"Aku tahu ini mungkin mendadak. Namun, kita sudah bersama berbulan-bulan. Tidakkah kau merasakan perbedaan dalam setiap sikapku?" Agam menatap Syakira penuh harap.

Syakira terdiam. Bukan dia tidak menyadari setiap perlakuan manis Agam padanya sejak hari pertama mereka bertemu. Hanya saya sebagai seorang yang sudah pernah disakiti dia tidak ingin mengalaminya lagi. Keberadaan Agam sendiri benar-benar membantunya melepaskan dan melewati hari-hari terburuknya akibat perbuatan Leo.

Agam selalu melakukan hal-hal yang membuat Syakira melupakan sedih dan menggantikannya menjadi senyum dan tawa.

"Gam, aku aku-"

"Aku tahu kau masih belum bisa melupakan pria itu. Tetapi tidak bisakah kau memberiku sedikit peluang?" Agam masih menggenggam tangan Syakira.

Sebenarnya bukan Syakira tidak menyadari. Namun, dia takut Agam akan berpikir kalau dia menganggapnya sebagai pengganti Leo. Lagi pula sejak bersama Agam hari-hari Syakira penuh dengan warna. Pria itu memberinya semua hal yang dibutuhkan pada saat dan waktu yang tepat.

Siapa yang tidak ingin bersama dengan orang yang menganggapmu penting dan istimewa? Hanya orang bodoh yang menolaknya. Tetapi dia adalah Syakira. Syakira yang ditinggalkan oleh kekasihnya tanpa alasan yang jelas. Syakira yang mencoba bangkit dari keterpurukan setelah ditinggalkan.

Agam sendiri bukan pria bersih tanpa masa lalu. Agam pula adalah pria yang ditinggalkan oleh tunangannya pergi untuk selamanya. Agam pernah bilang kalau Syakira mirip dengan almarhum tunangannya. Bukankah itu berarti Agam menganggap Syakira sebagai pengganti? Tidak! Dia tidak ingin menjadi pengganti. Sudah cukup rasa sakit yang ditinggalkan oleh Leo dan Syakira tidak ingin merasakan lagi.

"Beri aku kesempatan, Ra. Kita pernah berada pada titik kritis kehancuran. Aku tulus, Ra. Aku benar-benar mencintaimu." Agam menatap mata Syakira. Dia ingin menjaga Syakira dan menjadikan wanita itu sebagai pendampingnya.

Syakira terdiam. Dia tahu Agam adalah pria yang baik tetapi untuk menjalin dan membentuk sebuah hubungan kembali, sungguh, dia belum siap. Takut! Itulah yang ada di pikirannya sekarang ini.

Genggaman tangan Agam mengencang, nada putus asa yang belum pernah Syakira dengar dari pria di depannya cukup mengejutkan, "Ra, tolong beri aku satu kesempatan untuk membuktikan bahwa aku tidak main-main. Aku berbeda, Ra. Aku benar-benar mencintaimu, sungguh."

"Agam ...," cicit Syakira akhirnya, menatap manik hitam Agam yang sedari tadi dipenuhi tekad dan kekhawatiran.

Apa keputusan yang harus dirinya ambil?

"Ra, izinkan aku untuk mengobati luka hatimu."

Apa akan baik-baik saja? Jika dia menerima uluran tangan itu? Atau dia hanya akan terluka lagi pada akhirnya?

"Aku- aku takut terluka lagi, Gam. Aku takut kali ini aku juga akan menyakitimu." Kenyataannya karena Syakira terlalu pengecut untuk mendapatkan kebahagiaan lagi, terlalu pengecut untuk berharap lagi pada seseorang.

Agam menggeleng, kali ini tubuhnya jatuh berlutut di hadapan Syakira-wanita yang tanpa sengaja mengobati luka hatinya, gadis yang selalu ingin Agam genggam dan lindungi, "kamu tidak perlu mencintaiku saat ini, Ra. Izinkan saja aku untuk mengejarmu, izinkan aku untuk menjadi bahu dan tempat berpulang mu, selama aku masih hidup, aku tidak akan pernah menyakitimu, bahkan sehelai rambut pun." Syakira menatap Agam, keteguhan itu sedikit menggelitik dirinya, hari penuh tawa yang terlewat bersama pria tersebut terbayang dalam ingatannya, Agam telah memberi warna tersendiri dalam hidup Syakira.

"Izinkan dirimu bahagia, Ra." Kalimat yang diucapkan Agam menohok hatinya, Apa selama ini dirinyalah yang menolak untuk bergerak dari masa lalu? Bisakah kali ini berbeda?. Setelah jeda yang teramat panjang, Syakira akhirnya hanya mengangguk kecil, dengan senyum simpul yang berhasil dia tarik dengan susah payah.

"Kejar aku, hingga hanya namamu yang ada dalam hatiku."

Agam yang mendapatkan respon tersebut bergerak memeluk Syakira dengan tawa yang sendu, rasa takut yang menekan hatinya beberapa saat yang lalu terangkat begitu saja. Sejujurnya, sejak awal dia telah bersiap diri, takut-takut bahwa Syakira akan mendorongnya pergi, dan menutup pintu hatinya dengan rapat. Namun, Tuhan sepertinya memiliki skenario lain yang lebih indah.

Dia memeluk Syakira, seperti itu adalah satu-satunya hal yang Agam miliki dalam hidupnya. "Aku akan menjagamu, Ra!"

Apa keputusannya tepat?

***

Sebulan setelah kejadian di bangku taman, Agam dan Syakira menjadi lebih dekat. Mereka masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tetapi di sela-sela jam sibuknya, Syakira selalu mendapati pesan singkat dari Agam, entah itu menanyakan kabar, mengingatkannya untuk sembahyang, ataupun hanya sekedar GoFood makanan kesukaan Syakira. Dia juga mulai lebih banyak tertawa, dan terbuka pada lingkungan sekitarnya, teman-temannya bahkan meledeknya secara terang-terangan bahwa Syakira akhirnya move on.

Sore itu hujan mengguyur kawasan Sudirman, karena pekerjaan tambahan akhirnya Syakira pulang lebih lambat dari biasanya. Dia juga harus terjebak hujan di halte bus dengan tiga orang yang sama sialnya.

Syakira melirik jam tangannya, sudah satu jam, tapi hujan tidak ada tanda berhenti. Keluhnya, belum lagi Smartphonenya sudah mati dari setengah jam lalu. Bersyukur bahwa dia sempat mengabari Agam.

"Kak Ra?" tanya pemuda dalam balutan kemeja putih, tas selempang hitamnya dia dekap erat. Syafira yang ditegur hanya tersenyum, tidak mengenali dengan siapa dia bicara, otaknya sedang menerka kemungkinan siapa pemuda tersebut, sebelum suara rendah yang teredam hujan itu terdengar lagi.

"Aku Randi, kak. Junior kakak di SMA Padamu Negeri." Mendengar itu Syakira hanya semakin mengerutkan keningnya, satu-satunya Randi yang dia kenal adalah remaja kecil, berkulit tan, maniak cilok, dan rambut ikal, bukan pemuda yang bak Oppa Korea ini.

"Randi Pangalila, kak Syafira!" ujar pemuda itu gemas melihat ekspresi Syafira yang mengerut tidak percaya.

"Randi yang maniak cilok, itu?"

Pemuda itu mengangguk antusias, Syafira tidak menyangka akan bertemu juniornya, bahkan remaja itu telah berubah sangat drastis. Pada akhirnya mereka banyak bertukar cerita, dia juga akhirnya tahu bahwa Randi adalah pemagang yang baru diterima di kantornya. Cerita bergilir dari satu topik ke topik yang lain, pembahasan yang berat ataupun hanya sebuah gosip belaka, hingga Randi menanyakan seseorang yang namanya telah Syafira kubur dalam-dalam.

Randi terkejut, "aku kira kakak tahu," ujarnya merasa bersalah.

Syafira menggeleng, bagaimana dia tahu bahwa Leo telah menikahi seorang gadis remaja yang telah dia hamili? Memilih rela melepaskannya begitu saja demi mempertanggung jawab kan perbuatannya. Apa karena ini, keluarga Leo juga mulai menghindarinya? Malu atau rasa bersalah?

"Ra, siapa dia?" tanya Agam yang menghampiri mereka. Hujan masih mengguyur saat itu. "Aku buru-buru datang, tapi kamu sepertinya menikmati waktumu," cemoohnya.

Syakira berengut, merasa aneh dengan nada cibiran yang dilontarkan Agam. "Dia juniorku, Randi. Kita satu sekolah dulu," jelas Syakira mencoba menengahi.

"Randi, dia Agam, teman-" Syakira tidak tahu harus menjawab apa, status apa yang mereka miliki saat ini? Teman dekat, kenalan atau kekasih?

Agam hanya mengeluarkan suara gumam yang teredam hujan sebelum menarik Syakira untuk bergegas. Awalnya Syakira menawarkan tumpangan pada Randi, hanya saja pemuda itu melihat ekspresi sembelit Argam, jadi memilih untuk menolak secara halus tawaran tersebut. Syakira juga bukan tidak menyadarinya, dia hanya memilih untuk bungkam dan tidak memperpanjang masalah tersebut.

Semenjak kejadian di halte bus, Agam menjadi lebih posesif dan pemarah. Bahkan untuk sekedar hangout bersama temannya, Agam mengajukan banyak sekali pertanyaan, dan spekulasi yang semakin aneh setiap harinya. Sejujurnya itu membuat Syakira risi dan terkekang, cekcok mulai sering terjadi antara mereka berdua, belum lagi semua teman Agam selalu membandingkan dia dengan Rainzalin-mantan tunangan Agam yang telah meninggal.

Awalnya Syakira hanya penasaran tentang 'perempuan beruntung seperti apa yang bisa mendapatkan Agam'. Namun, rasa penasaran tersebut ternyata harus dia bayar dengan harga yang mahal. Rainzalin bukan hanya memiliki penampilan yang sama, nama panggilan, dan kesukaan mereka juga hampir sama. Tempat yang Syakira datangi bersama Agam, adalah tempat yang sebelumnya Agam datangi dengan Rainzalin. Hatinya semakin teriris saat dia membaca caption yang ditulis Rainzalin di akun media sosialnya dulu.

Laki-laki di sebelahku berkata bahwa dia akan mengejarku, selama dia masih hidup, dia tidak akan pernah menyakitiku, bahkan sehelai rambut pun! Begitu bermulut manis.

Jadi pada akhirnya aku tidak lebih dari ingatan yang mencoba untuk dihidupkan kembali?, batin Syafira

***

Memasuki bulan ketiga, Syakira bertemu dengan Leo-mantan kekasihnya berkat bantuan Randi, tentu saja dia melakukannya secara diam-diam karena Syakira tahu, jika Agam mengetahuinya pria itu tidak akan pernah mengizinkannya dan mungkin mereka berdua akan berakhir dengan adu mulut lagi. Syakira hanya ingin tahu apa alasan Leo tega berbuat seperti itu padanya, dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Pertemuan itu singkat, saat itu siang hari di bulan Juni, mereka setuju untuk bertemu di salah satu restoran di daerah Jakarta, Syakira membawa Randi, dan Leo membawa istri dan buah hatinya. Runtut kejadian diceritakan dengan rinci oleh Leo, pada akhirnya air mata tak kuasa Syakira bendung saat Leo menggenggam tangannya, memohon ampun dan maaf untuk perbuatannya yang telah lalu.

Jika sudah begini, lalu siapa yang salah dan bisa disalahkan? Syakira benar-benar lelah dengan hidupnya. Orang-orang yang berarti untuknya satu persatu mulai menusuknya, menikamnya dengan perasaan sakit hati yang teramat dalam.

Sedari awal dia yang bodoh

Sedari awal, dia memang tidak layak untuk bahagia

The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro