Exhausting Day

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Myrtlegrove Estate,
Annex 1st Floor, Butler Room.
Ruang kerja merangkap kamar pribadi.

Matahari pagi baru saja masuk, bersaing dengan lampu meja kerjanya. Akio melirik pada mantel clock—jam kecil yang biasanya diletakkan di atas meja, di salah satu sudut mejanya. Dalam desain Art Deco yang geometris dan simpel, waktu yang ditunjukkan adalah pukul 08.30.

Pagi hari sudah telat dimulai padahal mereka masih termasuk dalam musim gugur.

Para tamu seharusnya sudah mulai disiapkan sarapan, sesuai dengan menu yang mereka inginkan. Jane McFadden, Head Maid di Estate itu pasti sudah menunjuk beberapa orang untuk mendatangi kamar para tamu. Akio bisa serahkan hal semacam itu kepadanya, sementara dirinya menyelesaikan berbagai pengecekan pembukuan dan hasil laporan yang dilakukan oleh Mrs. Stone.

Walau Master Henry Myrtle sedang tidak bisa turun langsung mengurus sendiri bisnis Myrtle, keuangan Estate tidak mengalami masalah sama sekali karena segala yang krusial sudah ditangani sebelumnya, selebihnya Akio yang mengatur supaya aliran bisnis tetap berjalan dengan sebagaimana mestinya. Termasuk korespondensi dengan rekan-rekan dari mancanegara. Hal itu juga yang dia lakukan di sela-sela mengerjakan pengecekan administrasi Estate.

Piring yang tadinya berisi dua potong sandwich—Irish bread, irisan ikan asap, acar, telur, dengan mentega dan mayonaise, sudah kosong. Begitu juga dengan cangkir tehnya. Akio harus menjejalkan jadwal sarapan dengan pekerjaan paginya karena dirinya tak yakin akan sempat melakukan sarapan dengan tenang dengan adanya dua orang tamu di Estate.

Keningnya kembali berkerut bila mengingat deretan masalah yang muncul berturut-turut, tak lama setelah kedua orang itu datang. Lelaki yang usianya sudah mendekati kepala empat itu merasa helai rambut kelabunya sudah cukup banyak, kini semakin bertambah dengan berbagai masalah dalam Manor.

Menurut Mario Mitford, salah seorang dari tamu yang datang, hal semacam inilah yang bisa membuat seseorang jenuh atau lelah dengan pekerjaannya.

Omong kosong.

Saat manusia sudah berkomitmen, dia harus tetap berjuang meneruskan hingga tetes darah penghabisan. Karena itu, Akio tetap menarik lembaran dokumen berikutnya untuk dikerjakan.

Sejauh ini sepertinya masih masih bisa teratasi, tetapi dia sungguh tak bisa memperkirakan apa yang tamu-tamu itu akan lakukan demi mendapatkan apa yang mungkin mereka sebut sebagai kebenaran dan keadilan. Kalau bisa dia ingin mereka segera mendapatkan apa yang dicari dan segera enyah dari Estate, tetapi tentunya tidak bisa semudah itu.

Akio sedang merapikan tumpukan dokumen dan amplop-amplop ke dalam laci mejanya ketika pintu ruangannya diketuk. Pekerjaannya hampir selesai, dan mantel clock-nya juga sudah menunjukkan waktu untuk elevenses.

"Masuk!" jawabnya, seraya mengantongi kunci setelah memastikan laci meja kerjanya cukup tersegel.

"Permisi, maaf mengganggu, Mr. Kai, Sir!"

Yang masuk adalah salah satu maid. Melihat wajah perempuan yang masuk adalah perpaduan antara cemas, takut, dan khawatir, Akio segera mengetahui bahwa ada lagi masalah yang terjadi.

"Ada apa?" tanyanya, mengharapkan penjelasan singkat tetapi padat.

Maid itu terlonjak hanya karena dua patah kata darinya. Akio menghela napas panjang. Selalu seperti ini, padahal dia juga tidak akan memarahi orang yang tidak berbuat salah.

"Bisa tolong jelaskan kepada saya, apa yang membuatmu meninggalkan pekerjaan rutin hari ini, dan malah mendatangi kantor saya padahal ada Mrs. McFadden yang bisa menampung aspirasi maupun keluhanmu?"

Akio mencoba menghaluskan nada suaranya dan merinci pertanyaan, dengan harapan Maid itu bisa menjawab dengan lebih tenang.

Namun yang terjadi malah butiran-butiran air mata bercucuran, diikuti rentetan ucapan maaf dan gumaman tak jelas karena isakan, sembari menyeka pipi dan hidung. Akio bisa melihat di tangan Maid itu tergenggam sesuatu yang terlipat bersama saputangan. Rasa penasaran pun timbul, tetapi dia juga sepertinya tidak bisa meminta Maid yang masih histeris itu untuk segera menyerahkan apapun yang sedang digenggamnya.

Butler itu tak tahu harus berbuat apa.

Menghibur orang, apalagi perempuan, bukan sesuatu yang menjadi keahliannya, bahkan Master Myrtle juga pernah menyinggung soal itu. Gelisah melihat waktu terus berjalan, akhirnya Akio memutuskan mengambil sebuah cangkir bersih dari rak meja kerjanya.

Sambil membiarkan perempuan itu menangis hingga puas, dia keluar untuk menyeduh ulang sepoci teh. Supaya lebih cepat air panasnya dari termos, tetapi sudah cukup baginya untuk membuat dua cangkir teh. Saat dia kembali ke ruangannya Maid itu sudah sedikit lebih tenang.

"Minum dulu?" tawarnya pada Maid yang masih terisak dan kini tampak kebingungan.

Apa yang dia dia dapatkan dari perempuan yang akhirnya bisa menemukan lagi suaranya untuk bicara dengan benar itu cukup untuk membuat Akio harus bergegas pergi menemui Head Maid

Living Room,
hari kedua para tamu berada di Estate.

Tidak biasanya Akio berjalan tergesa-gesa melintasi lorong Manor. Butler itu hanya menaikkan kecepatan langkahnya, tetapi orang yang cukup lama bekerja di Myrtlegrove Estate langsung tahu bahwa ada sesuatu yang cukup gawat terjadi. Gema langkah yang ditimbulkan terdengar tidak tenang.

Ketika hampir mencapai ruangan yang dituju, Akio perlu mengatur napas sebelum mengetuk pintu yang memang dibiarkan terbuka. Saat buku jarinya yang masih terbungkus sarung tangan putih hendak menyentuh kayu bagus pintu Living Room, dia mendengar suara percakapan.

Hanya perlu sedikit melongok untuk melihat sosok Detektif Viper berdiri di dekat Mrs. McFadden. Orang yang paling tidak ingin ditemui Akio saat ini. Sempat terlintas dalam benaknya untuk mundur saja, tetapi lipatan kertas di genggaman tangan membuat Akio merasa harus mengambil resiko.

Pintu diketuk tiga kali untuk mengumumkan kehadirannya.

"...Permisi, apakah saya mengganggu sesuatu?"

"Ada yang bisa saya bantu, Butler Kai?" tanya Head Maid setelah membungkuk memberi salam.

Walau demikian Akio sempat melihat bagaimana Jane McFadden, Head Maid di Estate terlonjak kecil hanya karena menyadari kehadirannya. Sementara Detektif Viper terlihat jauh lebih tenang.

"Ada masalah apa, Mr. Akio? Saya cuma hendak bertanya pada Mrs. McFadden mengenai beberapa hal."

Bertanya pada Head Maid memang bukan masalah, tetapi mengganggu pekerjaan pegawai jelas sebuah masalah. Akio datang bukan untuk bertengkar dengan utusan dari Scotland Yard itu, jadi dia menelan kembali kata-kata yang sempat timbul dalam benaknya. Dia perlu merangkai kalimat yang tepat untuk tidak membuat berita yang ada di tangannya menjadi bahan keributan baru.

Namun tanpa menunggu jawaban dari Akio, detektif itu kembali meneruskan bertanya pada Jane, "Apa yang anda ketahui tentang Katherine dan Dorothy, kalau begitu, Mrs. McFadden?"

Mendengar nama Ms. Taylor disebut oleh Detektif Viper, Akio menghela napas. Rasa enggan menanyakan perihal surat di tangannya pada Mrs. McFadden makin menguat.

"Maaf bila saya memotong pembicaraan Anda berdua, tetapi saya perlu menanyakan sesuatu pada Mrs. McFadden," akhirnya dia berbicara.

"Ya, Butler Kai?"

Akio menggigit bagian dalam mulutnya sendiri, masih ada keraguan tersisa dalam benaknya untuk bertanya di hadapan Detektif Viper. Namun dia juga tak bisa mengenyahkan perasaan untuk bertindak secepat mungkin. Ada pikiran yang bercokol dan mengatakan: bila dibiarkan lebih larut, bukan tak mungkin tragedi Ms. Herring kembali terulang.

"Sebetulnya berat mengganggu pembicaraan tamu, tetapi saya perlu tahu, apakah Ms. Taylor menyampaikan sesuatu perihal kepergiannya yang mendadak padamu, Mrs McFadden?"

Surat yang hanya terbuat dari robekan buku catatan, tetapi ditulis dan dilipat serapi mungkin oleh Ms. Taylor, dia ulurkan pada Head Maid itu.

Jane menerima secarik kertas itu dan membacanya dalam diam.

Tidak banyak perubahan berarti dari ekspresi Jane. Dengan sebuah helaan napas, dia berkata, "Baik, saya akan segera menyesuaikan pembagian pekerjaan dengan kepergian Ms. Taylor."

"Jadi Miss Katherine Taylor pun sudah ikut lenyap seperti Miss Dorothy Herring, begitukah, Mr. Akio?"

Pertanyaan yang terdengar seperti tuduhan dari Detektif Viper sungguh tak enak didengar. Namun Akio juga sulit menyangkalnya. Pada kenyataannya, Ms. Taylor memang pergi meninggalkan Estate, lolos dari pengawasannya.

"Saya kurang suka berasumsi, Mr. Whetstone. Tetapi mengingat Ms. Herring juga pergi dengan meninggalkan surat sejenis, saya hanya bisa berharap Ms. Taylor tidak ikut menghilang."

Keningnya berkerut mengingat bagaimana terguncangnya teman sekamar Katherine Taylor ketika menyerahkan surat itu padanya. Entah apakah Maid itu menangis histeris karena takut diminta pertanggungjawaban atas kepergian Katherine atau karena ada sebab lain.

"Untuk sementara, kami akan membagi ulang beban kerja setiap staf. Jadi apabila Anda dan rekan Anda sedikit terabaikan, mohon dimaklumi."

"Tenang saja, toh saya di sini tidak menuntut pelayanan, tapi saya menginginkan kebenarannya," ucap Detektif Viper tegas setelah sempat terdiam sejenak.

"Walau agak memalukan, saya merasa lega mendengar Anda tidak keberatan dengan keterbatasan kami, Mr. Whetstone."

Namun kemudian detektif itu menambahkan, "Apa boleh saya melihat surat ini? Untuk kepentingan investigasi, tentu saja. Dan bila ada hal-hal lain yang bisa anda atau Mrs. McFadden sampaikan berkaitan dengan kasus ini, saya harap kalian tidak sengaja menyembunyikannya untuk kepentingan pribadi maupun kelompok."

Melihat Head Maid masih menggenggam lipatan surat yang ditinggalkan Ms. Taylor, Akio memberikan sinyal dengan anggukan kecil padanya, tanda dia memberi izin.

"Of course, Mr. Whetstone, Sir, " dia menambahkan dengan senyum ramahnya yang biasa.

Lipatan kertas berpindah tangan dari Head Maid ke Detektif Viper dengan mulus. Akio sedikit berharap detektif itu sudah cukup puas dengan apa yang baru saja didapat.

Sayangnya tidak.

"Apa dari kalian berdua ada yang tahu siapa yang berani mengancam para pekerja? Yah, selain kalian tentunya karena kalian berdua termasuk atasan para pelayan." Mata detektif itu menyipit. "Atau bahkan Tuan Myrtle tidak tahu apa yang sudah terjadi di bawah atap rumahnya?"

Kalau ada yang berani mengancam para pekerja, tentu saja dirinya selaku Kepala Rumah Tangga, Jane yang menjadi Head Maid, serta Mrs. Stone yang bertanggungjawab menangani penerimaan, penggajian, dan pemecatan pegawai. Namun Detektif Viper menginginkan nama lain atau orang lain atau malah sesuatu yang lain, entah apa.

Ketika Akio sedang berusaha mengenyahkan nama Harold dalam benaknya untuk diutarakan pada Detektif Viper, lelaki sangar itu kembali menusuk dengan menyebut nama Master Henry. Luar biasa. Berbeda dengan rekannya yang sering asal sebut dan berakhir hanya memberi provokasi murahan padanya, lelaki di hadapannya lebih bisa memilih waktu yang tepat.

"Pegawai segan terhadap atasan dan kemungkinan kehilangan gaji bukankah itu wajar, Mr. Whetstone?" Akio memulai dengan retoris. "Apabila ada ketakutan lain yang bercokol dalam benak mereka, selama tidak mengganggu kinerja sehari-hari, saya rasa bukan masalah. Saya bukan orang yang akan menghakimi kepercayaan orang lain. Kalau dalam bahasa di tempat asal saya, iwashi no atama mo shinjin kara."

"Kalau begitu, atas sepengetahuan kalian sebagai yang berpangkat tinggi di antara para pelayan dan sesuai ucapan kalian berdua, kalian profesional, apakah Dorothy Herring dan Katherine Taylor berada dekat dengan lingkungan orang yang sama? Misal footman, tukang kebun, ... atau dokter?"

Jane hanya menarik napas ketika Mr. Whetstone bertanya, namun dia tidak menjawab.

Sementara Akio mengernyit mendengar pertanyaan Detektif Viper kali ini.

"Maafkan ketidakpahaman saya, berada dekat itu maksudnya ... Secara badaniah berada di tempat yang sama?"

Detektif Viper menekan batang hidungnya, terlihat berpikir keras sebelum mengulang pertanyaan, "Maksud saya, apa dari pelayan dan staff terkait memiliki hubungan tertentu selain profesional? Atau mungkin ada juga kelompok-kelompok kecil. Mengingat pelayan yang 'mengundurkan diri' atau 'pergi' cukup banyak, saya rasa ada bibit masalah internal juga bukan, di antara para pekerja?"

Kemudian menambahkan, "Kalau anda punya sesuatu yang bisa anda bagi, silakan saja, Mrs. McFadden!" ketika melihat Jane hanya diam.

Akio masih terdiam mendengar penjelasan ulang dari Detektif Viper. Wajahnya tak banyak perubahan ekspresi, tetapi kemudian tiba-tiba dia mengacungkan telunjuk seperti baru menyadari sesuatu.

"Ah, rupanya begitu," dia bergumam. Cukup keras tetapi bukan ditujukan kepada siapa-siapa. "Jadi penyebab perseteruan antar pegawai bukan hanya karena rasa permusuhan atau persaingan yang berlebihan, hubungan pertemanan dan romantisme antar manusia juga ternyata bisa menjadi pemicu!"

Kemudian Akio kembali melanjutkan dengan berseri-seri, "Terimakasih atas informasi baru yang Anda berikan, Mr. Whetstone. Sungguh sangat bermanfaat."

"Jadi anda mengiyakan soal adanya kemungkinan ini ada kaitannya dengan konflik asmara?" kejar Detektif Viper dengan kernyitan di dahi—entah karena ketidaksetujuannya dengan reaksi Akio yang mana.

"Mr. Akio," dia menambahkan setelah berdehem, menenangkan diri. "Anda belum menjawab pertanyaan saya. Apa dari sesama pelayan atau staf ada masalah satu sama lain atau tidak?"

"Mohon maaf, Mr. Whetstone. Sejujurnya, saya tidak terlalu tahu soal itu. Selama ini hubungan antar pegawai adalah hal terakhir yang kami perhatikan," jawab Akio. Ada sedikit penyesalan dalam suaranya.

"Seandainya saya memahami tentang hal ini sejak awal ...." dia tidak meneruskan kata-katanya. Hanya saja salah satu tangannya yang tidak disimpan di belakang punggung, terlihat menggenggam lebih erat.

Mata Detektif Viper menyipit.

Mungkin bagi detektif gila kerja yang bisa hidup 12 jam dengan selembar roti bakar, bercangkir-cangkir kopi hitam, dan beberapa pak rokok komersil, dan tak terlalu peduli saat rekannya terjerembab sekalipun, standar kepekaan sosial Akio terlalu rendah.

"Baik," ujar utusan Scotland Yard itu, kemudian memberi antara yang cukup panjang.

"Karena hampir tidak ada keterkaitan antara Tuan Rumah dengan perangkatnya, saya kira masalah ini berawal dari sebuah ... peristiwa yang belum bisa saya pastikan. Tapi anda pun mengaku tidak tahu tentang hubungan antar pegawai, mau pun siapa yang terakhir berhubungan dengan Katherine Taylor dan Dorothy Herring ..."

Detektif itu mulai menyalakan rokoknya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain masih menahan buku catatannya. "Kapan terakhir anda melihat Katherine Taylor, Mr. Akio?"

Ingatan Akio mundur ke malam setelah para tamu kembali ke kamar masing-masing. Dia kembali ke Annex lebih terlambat dari biasanya karena jadwal kerjanya mundur untuk menyambut para tamu, jadi tidak bertemu dengan Katherine.

Mundur lagi ketika mengantar para tamu dari Ante Room hingga ke Dining room, maid yang ditemui di lorong maupun yang mengantarkan makanan bukanlah Katherine.

Perlu penelusuran cukup jauh hingga pagi, pada hari yang sama dengan kedatangan para tamu, Akio menemukan wajah gelisah Katherine yang menuruni tangga dari area kamar para pegawai, menuju Dining Room di Annex.

"Saya terakhir kali melihat Ms. Taylor di Annex, kemarin pagi, ketika para pegawai bersiap-siap untuk bertugas pada hari Anda berdua datang," dia menjawab.

"Apa tugas Katherine Taylor pagi itu, Mr. Akio? Bila anda masih melihatnya pagi itu, tidak mungkin dia pergi saja dari Estate tanpa melaksanakan tugas, bukan?"

Detektif Viper melirik ke arah Head Maid, "Apa anda sempat melihat atau berbicara dengan Katherine Taylor kemarin, Mrs. McFadden?"

Sebelum Akio sempat menjawab, Jane mendahului, "Saya masih bertemu dengannya ketika sedang beristirahat siang hari. Dia memang menukar shift kerja dengan maid lain di sore hari."

Head Maid itu mengembuskan napas pelan. "Dia berkata bahwa ada janji yang harus dia tepati di sore hingga malam. Hanya itu yang saya ketahui. Kami tidak mengatur hubungan personal para pekerja."

"Terima kasih atas jawaban kalian," ucap Detektif Viper, sambil mencatat sesuatu di bukunya. Akio sempat mendengar decakan tak puas dari sang Tamu, tetapi yang bersangkutan sudah kembali menikmati sisa rokoknya.

"It's a pleasure, Mr. Whetstone, Sir, " timpal Akio seraya menundukkan kepalanya, santun.

Ketika dia menegakkan kepala matanya tertuju pada rokok yang terselip di jemari kasar Detektif Viper. Melihat orang di hadapannya terlihat sangat menikmati saat menghisap asap penuh nikotin dari benda itu, rasa penasaran sedikit menggelitik benaknya.

"Sedikit pertanyaan, Sir—apakah Anda berminat dengan cerutu?"

"Cerutu?" dengkus Detektif Viper, seraya menyundutkan puntung rokoknya ke asbak. "Rasanya saya tidak akan terbiasa untuk menyesap barang semahal itu."

Akio mengangguk setuju, "Memang agak terlalu intens."

Namun pandangan matanya masih belum berpindah. "Ah ... bagaimana dengan mini cigar? Cerutu yang ukurannya seperti rokok pada umumnya, tidak terlalu berat, saya rasa?"

Detektif Viper tersenyum tipis. "Terima kasih atas tawarannya, tapi maaf saya harus menolaknya. No hard feelings, Mr. Akio."

Akio yang sampai dengan beberapa saat yang lalu masih terfokus pada rokok Detektif Viper, kembali memusatkan pandangan pada lawan bicaranya seperti biasa.

"Saya mengerti," jawabnya menimpali, dengan senyumnya yang biasa.

Mata Detektif itu melihat ke arah jendela, matahari sebentar lagi ada di tengah-tengah langit, pagi sudah berganti siang.

"Toh, sebentar lagi waktunya ... ah, makan siang? Elevenses? Saya tidak tahu jam makan di Estate ini," dia menambahkan sembari mengantongi buku catatannya.

Mendengar Detektif Viper menyebut soal waktu elevenses, dia bermaksud untuk mengoreksi tetapi ucapannya diputus oleh bunyi lagu pendek pertanda lonceng Mantel Clock—jam besar berpendulum, biasa disebut juga dengan Jam Kakek— di Living Room akan berdentang.

"Walau sudah lewat dari elevenses, sayangnya Anda benar, sebentar lagi waktunya makan siang."

Setelah dia mengucapkan itu jam besar berdentang kencang, berturut-turut, hingga 12 kali.

"Mrs. McFadden, sepertinya sebentar lagi dapur harus mulai menyiapkan makan siang."


(Bersambung ke ruangan berikutnya)

Kai Akio/Akio Kai, karakter milik saya sendiri. Dari karya: The Butler - Mystery of Myrtlegrove Estate.

Viper Whetstone, karakter milik frixasga. Dari karya: Battlefield for One.

Jane McFadden, karakter NPC dari admin NPC2301.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro