Chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam gelap, dan kesunyian memekakkan telinga, kecuali suara napas yang terengah-engah dan pengejaran tanpa henti dari para pengejarnya.

"Brengsek! Mau sampai kapan mereka mengejarku?"

Dia bisa mendengar kaki mereka menghentak tanah yang kering, seperti suara genderang yang menandai ajalnya. Dia kelelahan, kakinya terbakar, dadanya naik-turun, tetapi dia terus berlari, Nine— seorang gadis yang tetap bertahan untuk kelangsungan hidupnya.

Tiba-tiba, dia tersandung, kakinya tersangkut di batu lepas. Dia jatuh ke jurang kecil, sedalam beberapa kaki, tapi cukup dalam untuk melukai beberapa bagian tubuhnya. Dia berbaring di sana sejenak, terengah-engah, berjuang untuk mengatur napas. Tubuhnya memar dan berdarah, tapi dia tidak bisa berhenti bergerak. Dia harus terus berjalan. Tapi tubuh yang sudah kelelahan dengan banyak luka memaksa dirinya untuk duduk dan melihat sekeliling ke hutan gelap yang mengelilinginya.

Di saat hal darurat mengancamnya, tiba-tiba Nine teringat semua ingatan masa lalunya.

Sejak saat dimana semua teman yang ia anggap keluarga muncul dan bertemu dengannya, untuk pertama kalinya Nine merasa begitu sendirian. Walaupun ia dan teman-temannya hidup di lingkungan keras dimana jika mereka lemah mereka akan mati. Dia tetap berusaha hidup menjalani tugas yang diberikan organisasi yang sudah memanfaatkannya sebagai pembunuh bayaran.

Nine bertahan, demi para Number, teman sekaligus keluarganya. Mereka lah alasan Nine tetap hidup.

Tapi semua berubah saat tadi pagi, divisi lain di organisasi tiba-tiba menyerangnya dan para Number.

Ini adalah sesuatu hal yang mengejutkan. Number adalah divisi yang di bentuk pertama kali oleh organisasi, pelatihan yang mereka jalani pun sudah pasti berada di level yang berbeda, membuat mereka menjadi luar biasa hingga saat divisi lain terbentuk pun mereka tidaklah melemah.

Di semua aspek, Number sangatlah kuat. Intensitas dari setiap number tidak diragukan lagi sangat tangguh.

Mereka hidup untuk berperang.

Itulah kenapa kejadian yang menimpa para Number sangatlah mengejutkan. Jangankan untuk menyerang, menyinggung para Number pun mereka tak berani.

Tapi ... Sekuat apapun mereka, mereka tetaplah manusia. Adakalanya mereka menjadi lengah dan kalah.

Dia lelah, dipukuli, dan terluka, dan dia tidak tahu berapa lama lagi dia bisa terus berlari. Dia tahu dia harus menemukan tempat berlindung, untuk membalut lukanya dan beristirahat, tetapi dia juga tahu bahwa pengejarnya sudah dekat.

Nine menarik napas dalam-dalam, dia merasa pesimis. Bagaimana dengan para Number yang lain? Apa mereka terluka parah? Atau apakah mereka mati? Semua pertanyaan tentang mereka yang sudah ia anggap keluarga yang berharga baginya membuat ia merasa resah.

Setelah dikejar melalui hutan yang gelap dan sunyi selama berjam-jam, dan akhirnya berhenti. Kakinya terasa terbakar karena berlari tanpa henti, dan dadanya terasa sakit setiap kali bernapas. Tapi dia belum bisa menyerah, mereka semakin mendekat. Dia harus terus bergerak, terus berlari, dan berharap dia bisa menemukan semacam tempat berlindung atau tempat persembunyian lain sebelum orang-orang yang mengejarnya bisa menangkapnya.

Saat dia berhenti dan mengamati area untuk mencari tanda-tanda tempat yang aman untuk bersembunyi, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia tersesat. Dia telah berlari begitu lama dan dalam keadaan panik sehingga dia kehilangan arah sama sekali. Dan sekarang dia berada di bagian hutan yang sama sekali tidak dia kenali.

Dengan perasaan tenggelam di perutnya, dia tahu bahwa ini bukan pertanda baik. Jika dia tidak bisa menemukan jalan keluar dari bagian hutan ini, maka dia akan bergantung pada belas kasihan orang-orang yang mengejarnya dan satwa liar berbahaya yang mengintai di hutan ini.

Tidak! Bisa-bisanya dia memikirkan sesuatu yang rendah seperti itu. Jika memang harus mati dia harus mati karena luka yang dialaminya dibanding harus mati ditangan orang-orang itu, mana sudi ia meminta belas kasih dari orang-orang yang sudah menyerang dia dan divisinya.

Tiba-tiba, dia mendengar suara berisik. Itu adalah suara gemerisik yang berasal dari semak terdekat, diikuti dengan apa yang terdengar seperti bernapas. Hati Nine semakin tenggelam. Dia tahu bahwa dia harus benar-benar diam, kalau tidak siapa pun - atau apa pun - yang ada di semak itu pasti bisa mendengarnya.

Dia bersikap waspada dan menajamkan telinganya, mencoba mendengarkan tanda-tanda gerakan lainnya. Tapi dia tidak bisa mendengar apa-apa selain suara napasnya sendiri. Dan kemudian, ketika dia berpikir mungkin dia aman, matanya membulat ketika melihat sekelompok musuh yang tadi mengejarnya.

"Alphabet!"

Nine tertawa ringan, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Jadi, Alphabet pun sekarang jadi budak yang patuh bagi organisasi, ya?" sarkas Nine.

Alpha selaku ketua dari divisi Alphabet menatap Nine sendu.

"Kau salah, sampai kapan pun kami tidak akan pernah menjadi budak dari organisasi itu. Kami memang ada dan dibentuk oleh mereka, tapi bukan berarti kami akan menyerahkan hidup kami begitu saja," jelas Alpha.

Raut wajah Nine menjadi bengis, "lalu kenapa kau mengejar dan membunuh kami? Jika bukan karena kalian menjadi budak dari organisasi, karena apalagi kalian mencoba memusnahkan kami? Tersaingi, dendam, atau rasa iri?" Nine berbicara dengan sedikit emosi.

"Alpha, bertahun-tahun divisi kita bersama, menjalin hubungan baik yang pada dasarnya adalah mustahil terjadi di organisasi, dan setelah semua yang terjadi, kenapa kau malah berbalik melawan kami? Semudah itu kah kalian mengkhianati kami setelah semua hal yang kita semua lalui?" Nine berbicara dengan lirih.

Alpha terkejut setelah mendengar penuturan dari Nine dan memandang Nine sendu, "Tidak Nine, kau salah paham. Aku kesini memang dengan perintah untuk menghancurkan divisi Numbers bersama divisi lain, tapi kami tidak benar-benar ingin menghancurkan kalian. Karena itu kami mengejar kalian dan merahasiakan niat kami yang sebenarnya dari organisasi," Alpha berusaha untuk membuat Nine mengerti.

"Aku harap kau mengerti penjelasan singkatku ini sebelum mereka menyusul Nine. Mereka mengawasi kami karena hubungan kedua divisi kita, karena itu kita harus cepat sebelum mereka menemukan kami membantu kalian."

Tiba-tiba, mereka mendengar suara tembakan mendekat. Alpha beraksi, menarik Nine untuk berdiri dan membantunya berjalan untuk menjauh.

"Kita harus pindah sekarang, kita ketahuan!" Teriak Alpha, saat mereka terhuyung-huyung melewati hutan, sebisa mungkin menghindari pertarungan mengingat kondisi Nine yang terluka parah.

Saat mereka berlari, Alpha merasakan rasa takut melanda dirinya. Bertahun-tahun ia bekerja untuk organisasi, selama ia dilatih untuk menjadi tentara bayaran , ia selalu diajarkan untuk menghapus emosi atau perasaan yang ia rasakan karena hal itu akan mempengaruhi performa pekerjaannya sebagai pembunuh.

Walau begitu, ia tidak sepenuhnya  bisa menghilangkan emosi dan perasaannya, terutama saat ia pertama kali bertemu Nine saat divisi Alphabet dan Numbers bekerjasama untuk menjalankan sebuah misi besar. Ia terpesona dengan kepribadian Nine yang ebgitu lembut dan penyayang.

Walau dia sedari kecil hidup dalam lingkungan keras, ia bersikap seperti layaknya orang-orang yang hidup di lingkungan normal. Ia memperlakukan anggota divisi numbers dengan lembut dan menyayangi mereka hingga sebuah ikatan terjalin di antara para numbers. Mereka menyayangi Nine seperti layaknya keluarga dan menganggapnya spesial. Begitu dengan Alpha dan divisinya, walau memang apa yang Alpha rasakan berbeda dengan para numbers. Ia menumbuhkan perasaan yang seharusnya tidak ia rasakan.

ya, Alpha mencintai Nine.

Karena itu saat organisasi memerintahkan Alpha untuk memusnahkan numbers, Alpha tidak bisa tidak panik. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa mereka sedang diburu.

Tiba-tiba, sebuah tembakan terdengar, membuat Nine terjatuh ke tanah. Jantung Alpha berdebar kencang saat dia melihat noda darah mulai menyebar di pakaian Nine.

"Nine!" Alpha berteriak, saat dia berlutut di sampingnya, mencoba menghentikan pendarahan dengan tangannya sendiri. 

Rekan satu divisi pun tidak kalah paniknya dengan Alpha. "Sial, mereka menembak tepat di jantungnya, Nine bertahanlah," ucap Theta.

Saat kedua orang itu fokus pada keadaan Nine, Iota yang juga merupakan anggota dari Alphabet mengawasi keadaan sekitar, dan mencari musuh yang menembak Nine, dan saat ia melihat bayangan musuh ia langsung memberitahu pada Alpha dan Theta.

"Alpha! Theta! Fokuslah, mereka mendekat."

Setelah mendengar ucapan Iota, Alpha pulih dari keterkejutannya dan berpikir bahwa ia harus menghancurkan para musuh yang mengejarnya agar bisa segera menyelamatkan Nine. Dia segera mengambil alih dan memerintahkan timnya untuk berpencar dan berlindung.

Mereka dengan cepat membalas tembakan, tetapi jelas bahwa musuh lebih terlatih dan mempunyai perlengkapan yang lebih baik. Alpha menyadari bahwa mereka sedang melawan tim pasukan khusus dari organisasi, tim pembunuh yang kekuatannya setara dengan Numbers. 

Saat baku tembak berlangsung, Nine kehilangan lebih banyak darah. Walaupun Alpha melakukan yang terbaik untuk membuat dia tetap sadar, tetapi kondisinya semakin memburuk. Karena hal ini, Nine tahu bahwa sebentar lagi ia akan mati. Tembakan yang tepat menembus di jantungnya, membuat dia terluka lebih parah lagi dari sebelumnya. Tindakan penanganan yang dilakukan Alpha sia-sia.

Adu tembak yang berlangsung selama beberapa menit pun berhenti. Alpha dan kedua rekannya berhasil mengalahkan musuh. Segera setelah mereka selesai, mereka menghampiri Nine, yang terbaring dengan darah yang menyebar.

"Nine!!" Alpha berteriak, dia berlutut disampingnya, mencoba menahan pendarahan dengan tangannya sendiri.

"Itu tak berguna, Alpha," ucap Nine lemah dan lembut.

"Waktuku sebentar lagi, kau tak perlu melakukan sesuatu yang tak berguna seperti ini," lanjut Nine.

Alpha mengindahkan ucapan Nine dan tetap berusaha menangani luka yang ada di tubuh Nine. Air mata mulai mengalir saat Alpha benar-benar menyadari jika tindakannya tidak berguna.

"Kau harus hidup," Alpha memohon pada Nine. "Kau harus hidup untuk menghancurkan organisasi dan memastikan hal ini tidak terjadi lagi. Kau juga harus hidup demi kami. Nine, aku akan menikahimu jika kau bertahan. Aku mencintaimu."

Nine tertawa kecil dan sedikit terkejut dengan pengakuannya di akhir, "eiyy, itu tidak mungkin Alpha. Seandainya aku masih hidup pun, aku tidak bisa menikah denganmu. Kau masih berumur 17 tahun, dan aku tidak ingin menikah dengan seseorang yang sebelas tahun lebih muda dariku."

Dengan sisa tenaganya, Nine mengangkat tangannya, meletakkannya di kepala Alpha lalu mengelusnya. "Andai saja aku bisa tetap bertahan," ucap Nine.

Nine tersenyum, dan kembali berbicara, "setelah konflik ini selesai, kuharap kalian dan Numbers bisa bebas dari jeratan organisasi dan hidup dengan normal. Selain itu, aku ingin kalian bisa terus bersama dan menjaga Numbers, terutama Five. Dia mungkin akan mengamuk jika tahu aku mati. Bisakah kalian mewujudkan permintaanku?"

Alpha, Theta, dan Iota mengangguk. "Kami akan mewujudkan permintaanmu, Nine."

"Syukurlah," lega Nine. Dan saat Nine selesai bicara, dia menghembuskan napas terakhirnya.

Tangis Alpha dan dua rekannya mulai pecah, mereka menatap tubuh tak bernyawa itu, merasakan kemarahan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, terutama Alpha. Dia bersumpah untuk menjatuhkan Organisasi dan memastikan mereka tidak akan menyentuh Alphabet dan Numbers, persis seperti keinginan Nine.

_____

Setelah sekian lama akhirnya saya kembali membawa novel baru tanpa genre Fanfiction.

Jangan lupa kasih bintang dan komentar kalian ya!

Sankyu,
Yukaellroux.

1 Sep 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro