• EMPAT PULUH DUA •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gopal Acrowl memperhatikan area yang mereka lewati dengan seksama. Ia harus menjalankan perintah dari Halilintar dengan cepat sehingga ia bisa kembali untuk membantu tuannya itu.

Gopal Acrowl melirik kebelakang, dimana Sang Kaisar dan Ratu mengikutinya dengan tenang, meskipun sesekali mereka bertanya dan Gopal Acrowl hanya bisa menjawab seadanya.

"Sir Acrowl, apa Arter bisa bertahan? Apa kalian benar-benar sudah memperkirakan ini?" Ratu Althea bertanya dengan wajah khawatir.

Gopal Acrowl menghentikan langkahnya sejenak.

"Yang Mulia Ratu, anda bisa mempercayai Putra Mahkota. Beliau pasti akan kembali dengan keadaan baik-baik saja."

"Apa kau yakin!? Jika memang begitu mengapa dia mengurus itu sendiri?! Tidak dibandingkan itu dimana Arven? Kenapa dia tidak ikut dengan kita juga? Lalu bagaimana dengan Arlen?"

Gopal Acrowl melirik kearah Gempa yang terus saja berbicara dengan nada marah. Sedari tadi Yaya Douter sudah berusaha untuk menenangkan Pangeran itu, namun nampaknya sia-sia. Bahkan Hannah Holfer pun terlihat sekesal itu pada tuannya.

"Pangeran Arzen, saya akan menyampaikan pesan Putra Mahkota untuk anda." Hannah Holfer berujar dengan tenang.

"Katakan ini pada Arzen, aku tau kau memiliki emosi yang panas. Ikuti dengan tenang mereka dan kau akan menemukan alasan mengapa selama ini aku berusaha untuk tidak membiarkan kalian terlibat. Kali ini saja, kumohon ikuti permintaanku ini."

Gempa terlihat tersentak. Ia menatap Hannah Holfer yang berada disebelahnya.

"Jangan menatap saya begitu. Saya juga diminta untuk rukun dengan anda, Pangeran."

Gempa menghela napasnya kesal. Pada akhirnya ia menurut dan mengikuti Gopal Acrowl dan Yaya Douter dengan tenang.

Sementara itu, Ice yang mengikuti paling belakang, berbisik pada ksatrianya.

"Sir Amar, setelah ini selesai cari tau tentang semua yang dilakukan Putra Mahkota selama 1 tahun belakangan."

"Baik, Pangeran." Amar Vere mengangguk menjawab ucapan Ice.

Mereka berjalan menyusuri lorong panjang yang berada dibawah istana. Ini mungkin terasa familiar untuk Kaisar Azarn, Ratu Althea, Gopal Acrowl juga Hannah Holfer. Tapi tidak untuk para Pangeran. Mereka tidak pernah tau ada lorong bawah tanah seperti ini.

"Ayahanda, tempat apa ini?" Blaze akhirnya bertanya setelah beberapa saat ia hanya diam.

"Hm? Ini lorong rahasia, jalan bawah tanah menuju bagian lain istana," jawab Kaisar Azarn.

"Kenapa Sir Acrowl sangat paham tempat ini? Apa Putra Mahkota juga mengetahui tempat ini?" tanya Taufan.

Kaisar Azarn menghentikan langkahnya lalu berbalik. Tersenyum pada putra keduanya itu.

"Axer, Arter mengenal tempat ini jauh lebih banyak daripada kita."

Taufan merasa bingung, tak mengerti maksud perkataan ayahnya itu.

"Yang Mulia, kita sudah sampai."

Setelah Gopal Acrowl mengatakan itu, mereka akhirnya keluar dari lorong bawah tanah yang panjang itu. Apa yang menyambut mereka adalah lapangan luas dimana beberapa senjata dan juga kuda-kuda perang berada.

Blaze tersentak ketika melihat tempat ini. Manik jingga miliknya membulat dan kemudian ia berlari melewati Gopal Acrowl dan langsung menatap sekitarnya.

"Ini... bukankah ini tempat latihan pasukan Thunderbird?!" serunya sambil menatap Gopal Acrowl lekat.

Gopal Acrowl dan Hannah Holfer mengangguk ketika mendengar tebakan Blaze. Sedikit tak menyangka Pangeran Keempat itu mengetahui tempat ini.

"Kau tau darimana Asern?" tanya Ice heran.

"Oh, itu aku pernah diam-diam mengikuti Arven kesini--ups!!"

Stanley Lorn menepuk dahinya pusing begitu mendengar kebodohan yang dikatakan tuannya itu. Itu artinya Pangeran Keempat baru saja mengatakan bahwa ia menerobos tempat ini. Jika Putra Mahkota mengetahui tentang ini, mungkin saja ia akan sangat marah.

Hannah Holfer menatap datar kearah Blaze yang kini bersembunyi dibalik tubuh Gempa.

"Dame, jaga pandanganmu itu pada adikku," tegur Gempa dingin.

"Maafkan saya. Saya tidak menyangka Pangeran Keempat mengetahui tempat ini."

Hannah Holfer mencoba menahan sedikit rasa kesalnya.

"Aku bahkan tidak tau, padahal kau adalah ksatria pribadiku," kesal Gempa.

"Saya berniat memberitahu anda setelah semua ini selesai," balas Hannah Holfer.

"Oh benarkah?💢" Gempa terlihat kesal.

Keduanya kini saling bertatapan tajam.

"Baik, saya mohon agar anda semua bisa fokus sekarang."

Yaya Douter menepuk tanah dengan menggunakan tombaknya, mencoba menarik perhatian mereka.

"Sebelumnya saya akan jelaskan lagi apa yang diminta oleh Putra Mahkota sehingga kami membawa anda semua kesini."

"Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Ratu, anda berdua bisa pergi bersama dengan Sir Acrowl. Lalu Pangeran, anda semua tolong ikut dengan saya untuk pergi menghancurkan salah satu tempat milik pelaku hari ini."

"Tunggu dulu! Arlen dan Arven tidak bersama kita! Kita harus mencari mereka kan?!" Taufan menolak untuk ikut.

Ia merasa khawatir dengan Thorn dan Solar yang tidak terlihat bersama mereka.

"Aku tau Kak Arter kuat, tapi tidak dengan Arlen dan Arven! Kita harus mencari mereka dulu!"

"Anda tidak perlu khawatir, Pangeran Axer. Kita akan segera bertemu mereka. Jadi tolong ikuti kami dulu," tegas Gopal Acrowl.

Taufan menggeram kesal, ia hendak menggunakan kekuatannya sebelum telinganya menangkap suara bising dari langit.

"AL LEPAS!"

"AL TURUNKAN AKU!! KAK ARTER MASIH DISANA! AKU HARUS MEMBANTUNYA!"

Diatas langit sana, nampak seekor dragbel dewasa terbang dengan seseorang dikakinya.

Dragbel itu mendarat dengan cepat dihadapan mereka, menurunkan pelan Thorn yang langsung saja ditarik oleh Taufan.

"Arlen! Kau baik-baik saja? Kau terluka? Dragbel ini menyakitimu?" Taufan mencoba memeriksa tubuh adiknya itu.

Para Pangeran lain mendekat sambil memasang sikap waspada pada dragbel dihadapan mereka itu. Merasa asing dengan dragbel itu.

"Hiks! Kak Axer huhuhu! Kak Arter!"

"Apa yang terjadi dengan Arter!?"

Kaisar Azarn mendekat dan memegang bahu Thorn kuat.

"Arlen, bagaimana dengan Arter?" tanya Ratu Althea.

Thorn mencoba menghentikan tangisannya.

"Hiks.. Kak Arter berusaha mengalahkan mereka berdua.. tapi Al membawaku pergi sebelum aku bisa melihat lebih lanjut kondisi kak Arter.. hik.."

"DIA AL!?"

Semua orang, kecuali Gopal Acrowl, Hannah Holfer dan Yaya Douter, berteriak dengan wajah terkejut.

"Kok bisa!? Bukankah dia masih bayi dragbel!?" Gempa terlihat kaget.

"Al, bagaimana dengan Kak Arter? Kau akan kembali padanya?" Blaze mencoba mendekati Al meski sedikit takut.

Al mengangguk. Ia mengusapkan kepalanya pada Blaze.

'Pergilah ikuti mereka okay. Bantu kami dari sini, bisakah kau melakukannya?'

Blaze mengangguk begitu mendengar mindlink dari Al. Ia balas mengusap kepala Al.

"Okay, aku akan ikut mereka. Berhati-hatilah kalian."

"Al, apa kau akan kembali pada Putraku?"

Al menatap Kaisar Azarn lalu mengangguk. Kaisar Azarn tersenyum tipis.

"Ratu, aku serahkan anak-anak padamu. Jaga mereka."

"Apa yang kau lakukan, Amato? Kau ingin pergi kesana lagi?" tanya Ratu Althea.

Kaisar Azarn tersenyum. "Kali ini aku harus menemani anak laki-lakiku berperang, Althea. Aku tidak bisa membiarkannya sendirian lagi."

Senyuman itu terasa tak asing. Ratu Althea kembali mengingat mimpi buruknya.

"Saya akan melindungi Ibu dan yang lain. Percayalah pada saya dan Al."

Tiba-tiba perkataan Halilintar saat mereka berbincang ditepi danau hari itu terbayang diingatan Ratu Althea. Ratu Althea tersenyum tipis, ia mengusap tangan Kaisar dengan lembut dan menatapnya.

"Pergilah Yang Mulia, saya akan menjaga para Pangeran."

"Kaing!? Kaingg!!"

Al nampak menggeleng kuat begitu Kaisar mengatakan bahwa dia akan kembali ke dalam. Al menggeram marah, ia menunjukkan taringnya tanda ia tak setuju.

"Al, aku tau seberapa dekat kau dengan Putra Mahkota, tapi meski begitu, aku minta kau untuk membawaku kembali kesana ya," ujar Kaisar Azarn.

"Kaingg!" Al kembali menggeleng, ia hendak terbang kembali sebelum sebuah rantai tiba-tiba menjalar ke tubuhnya dan Kaisar Azarn sudah berada diatas tubuhnya.

"Kaingg!? Kaingg!!" (Apa yang Ayah lakukan!? Cepat turun!?)

"Hm? Kau menyuruhku?" Kaisar Azarn tersenyum lebar.

"Yang Mulia Kaisar! Tolong kembali! Putra Mahkota meminta agar anda pergi bersama kami!!"

Gopal Acrowl mendekat dengan raut panik. Ia akan dalam masalah jika Kaisar sampai kembali dalam aula istana.

"Ayah! Ikut! Arlen ikut!!" Thorn berteriak heboh.

"Tidak bisa Pangeran! Putra Mahkota akan membunuh saya jika anda memaksa pergi! Ada tempat yang harus kita datangi jika anda benar-benar ingin membantu beliau!!" seru Yaya Douter begitu Thorn hendak menggunakan kekuatannya. Ia menahan Thorn dengan kekuatan gravitasi miliknya

"Yang Mulia Kaisar, anda juga harus ikut kami. Putra Mahkota mempercayakan saya untuk bisa melindungi anda," kata Gopal Acrowl, wajahnya mulai panik.

"Al, ayo berangkat!" ucap Kaisar Azarn, mengabaikan teriakan panik Gopal.

Kaisar Azarn menarik rantai yang mengikat paksa tubuh Al dan memintanya untuk terbang. Membuat Al terkejut ketika rantai yang mengikat dirinya itu menekan tubuhnya.

"Kaingggg!!!" (Aku benci Ayah!!!)

Dengan sangat terpaksa, Al terbang dengan Kaisar bersamanya. Gopal yang berlari panik berusaha mengejar mereka dari bawah.

"Al berhenti!! Putra Mahkota akan mengamuk nanti!!!"

"Yang Mulia Kaisar! Al! Kembali anda berduaaa!!!!"

"YANG MULIA!!!"

Dan teriakan frustasi Gopal menggema di tempat latihan Thunderbird itu.

---------

"Aku akan membunuhmu!"

Setelah mengatakan itu, aku mencoba mengatur mana milikku. Untungnya luka ini tidak terlalu dalam, jadi aku bisa menggunakan sedikit kemampuan Spirit Daun milikku untuk mengobati luka di perutku ini.

"Kau benar-benar percaya diri, Putra Mahkota. Kau pikir kau akan bisa mengalahkan kami?" sinis Leiron Argan.

"Sungguh! Apa yang membuat kau membenciku Leiron Argan?? Apa yang membuatmu ingin menghancurkan keluarga Kekaisaran sampai berkerja sama dengan Penyihir Gelap!?"

"Karena aku menginginkan takhta! Harusnya itu menjadi milikku!" seru Leiron Argan.

"Apa yang kau katakan!? Takhta!? Kau melakukan ini hanya untuk itu?!"

Aku menatap tak percaya kearah Leiron Argan.

"Hanya!? Hanya kau bilang?!" Leiron Argan mengepalkan tangannya penuh amarah. "Sedari awal jika bukan karena Amato aku pasti akan menjadi Kaisar! Ayahmu merebut semuanya dariku!"

"Permasalahanmu itu pada Yang Mulia Kaisar! Kenapa kau membenciku hingga terus menerus membunuhku!?"

Aku berteriak dengan penuh emosi. Dia benar-benar kehilangan akalnya.

"Karena kau dan ayahmu itu adalah monster! Kalianlah yang harus aku hancurkan!"

"Kau benar-benar gila Leiron!" Aku berseru dengan penuh amarah. Tanganku mengepal kuat.

Hanya karena takhta dia ingin membunuh kami!?

Karena dia, aku memiliki hubungan yang buruk dengan adik-adikku. Karena dia mencuci otak adik-adikku, aku harus merasakan penyiksaan dari mereka. Karena dia, aku terus mengulang kehidupanku. Karena dia, aku terus merasa kehilangan. Meski di kehidupan sebelumnya aku tidak terlalu ingat apa penyebab kecelakaan yang merebut orang tua dan kedua adikku, tapi jika sampai mereka terlibat dalam itu juga, aku akan benar-benar kehilangan kontrol.

Aku, di kehidupan sebelumnya sungguh menyedihkan, berjuang sendirian di dunia itu. Sekarang aku harus kembali berjuang agar aku tidak mati. Tak bisakah aku hidup dengan tenang?

"Dengan kekuatanku dan Penyihir Gelap disini, aku pasti akan menghancurkan kalian semua dan merebut apa yang akan menjadi milikku!"

"Jangan harap! Pedang Halilintar! Mari sini kau!"

Aku dengan cepat melesat dan menyerang Leiron Argan dengan pedangku. Ia dengan cepat menghindari seranganku dan membalasnya dengan sihir miliknya.

Aku melompat ketika sebuah bola sihir hitam mengarah padaku dari belakang, menebas sihir itu dan menyebabkan bola sihir hitam itu meledak seketika.

"Aku tidak menyangka kau begitu pintar, Putra Mahkota."

Penyihir Gelap tertawa kecil, ia mengeluarkan kekuatannya dan mulai menyerangku.

Aku menghindar sebisa mungkin. Luke dan pasukannya saat ini mungkin sedang mengurusi area depan aula, sementara aku yakin Gopal dan Nona Douter pasti sudah sampai di tempat Thunderbird.

Lalu dimana Solar dan Yvone? Kenapa aku belum melihat mereka lagi?

"Apa yang kau pikirkan sampai lengah begitu?"

"Hah?!"

Sebuah pukulan mendarat dengan kuat di wajahku hingga aku terlempar dan menabrak meja.

Sial, sakit.

"Aduh, jangan pukul wajahku dong. Wajahku ini aset loh," kataku sebal.

Leiron Argan menggeram kemudian kembali melayangkan sihir cahaya tinggi kearahku.

Dengan cepat aku berteleportasi ke belakang Leiron Argan dan tersenyum tipis.

"Meski begitu, jangan melambat dong, Paman."

"Kejut Listrik!"

"ARGHHHHH!!!"

Suara teriakan penuh kesakitan itu membuatku tersenyum puas. Aku lalu beralih pada Penyihir Gelap yang kini melayangkan beberapa serangan sihir padaku.

Aku dengan cepat melompat mundur ketika sebuah panah mengarah padaku.

"Pelindung Halilintar!"

Klanggg klanggg klanggg

Sial, terlalu banyak. Aku dengan cepat berlindung disalah pilar dinding kemudian melirik sekitarku. Para prajurit sibuk melindungi para bangsawan, sebagian lagi sibuk melawan ksatria dari para bangsawan yang berkhianat.

"ARTER! TERLALU BANYAK MONSTER KEGELAPAN!!"

Laporan penuh kecemasan dari Luke membuatku menggeram marah.

"Halang mereka agar tidak menuju tempat rencana kita. Kabarkan pada pasukan lainnya."

"Baik! Sir Browkel akan segera menuju tempat itu, jadi bertahanlah dulu sampai kami selesai disana."

Aku tidak membalas lebih lanjut. Fokusku kini untuk membangun barier untuk melindungi orang-orang yang tak bersalah. Beruntung sejauh ini belum ada korban jiwa.

"Untuk apa kau bersembunyi Arter?"

Huh?

Sebuah sihir cahaya tinggi muncul dan dengan cepat menyerangku yang bersembunyi. Sebagian aula istana hancur terkena sihir itu, membuatku melotot seketika.

"Sial! Spirit Cahaya! Ikatan Bola Cahaya!"

3 buah bola cahaya muncul di hadapanku, ketiga bola itu terikat kuat dan kemudian aku melepaskan serangan kepada Leiron Argan dan Penyihir Gelap.

"Rasakan ini!"

Leiron Argan sempat menghalangi seranganku dengan tongkat sihirnya namun kemudian ia terlempar. Sementara itu dengan Penyihir Gelap itu dengan santai menahan seranganku kemudian berpindah dengan cepat.

"Apa!? Kemana dia!?"

"Disini."

Aku berbalik dan dengan segera melayangkan pukulan bertubi-tubi kearahnya. Ia mengelak dari seranganku membuat mendesis kesal.

Kami saling menyerang satu sama lain, beberapa prajurit berusaha membantuku namun berakhir dengan mereka yang terluka parah akibat serangan dari Penyihir Gelap itu.

"Sebenarnya siapa kau!? Kau juga menyerang Arlen saat kami terperangkap di batu mana!"

"Hm? Kau masih tidak menyadarinya?"

Manik rubi itu menatapku dengan wajah penuh seringai. Sial, aku merinding melihat seringainya.

Ia kembali menyerangku dengan cepat.

Tiba-tiba dari tangannya muncul percikan petir berwarna merah. Membuatku tersentak dan spontan membangun barier ketika ia menyerangku dengan petir-petir yang terus menyambar kearahku.

Bagaimana bisa dia punya kekuatan itu? Bukankah itu kekuatan Spirit Petir? Tidak salah lagi, bukan hanya Spirit Petir, tapi Sihir Petir! Bagaimana dia bisa memiliki itu!?

Sebuah lingkaran sihir muncul dibawah kakiku, menahan tubuhku hingga aku tidak bisa bergerak.

"Ukh.. hah!?"

Wushhh BUAGHHHH!!!

Tiba-tiba saja Penyihir Gelap itu melesat kearah dan kembali memukulku kuat. Aku langsung saja terhempas menabrak dinding aula hingga hancur dan terlempar ke luar aula istana.

Keadaan di luar istana bahkan jauh lebih kacau. Banyak spesies monster tingkat menengah yang muncul. Namun aku tak melihat makhluk iblis yang bekerjasama dengan Leiron Argan. Dimana makhluk itu?

Aku terbatuk-batuk, mencoba menarik napasku sedalam mungkin. Kepalaku terluka dan kini wajahku sudah kotor dengan debu dan luka.

Ini kacau.

"Arter!!!!"

Sebuah barier sihir berwarna merah muncul, melindungiku dari serangan yang muncul lagi.

"Luke!" seruku begitu melihat Luke berlari kearahku.

"Sebagian pasukan sudah membawa orang-orang ke tempat yang aman! Aku akan membantumu disini."

"Bagaimana dengan Arven!? Lalu Noma Douter?"

"Arven sudah membawa semua yang ia perlukan. Ia juga sudah memindahkan laboratorium miliknya ke tempat latihan Zeus. Sementara Noma Douter sedang berusaha untuk membawa semua orang bersama Sir Acrowl ke tempat itu."

Bagus. Solar berhasil memindahkannya tepat waktu. Sekarang ia hanya perlu bergabung dengan Yaya Douter dan yang lain untuk menghancurkan laboratorium milik Leiron Argan yang ada di mansion Argan.

Aku sudah menyiapkan portal telepotasi sehingga mereka bisa dengan cepat pergi dan kembali dengan portal itu. Kuharap para Pangeran lain bisa bekerjasama kali ini

"Ada kabar dari Al?" tanyaku sambil melayangkan puluhan bola berapi kearah Leiron Argan dan Penyihir Gelap.

"Belum ada. Namun pasukan Zeus dan pasukan Nona Douter sudah berhasil menonaktifkan alat-alat sihir yang diletakkan Target A yang ada di istana," jawab Luke, ia menembakkkan panah petir kearah monster-monster yang menyerang dari belakang.

"Grrr! Jangan banyak bicara dan berhentilah menghindar Arter!!!"

Leiron Argan kembali berteriak padaku. Kali ini ia melemparkan serangan sihir yang cukup besar sehingga menghancurkan barier yang dibuat oleh Luke.

"Gila! Dia ternyata kuat banget?" heran Luke.

Aku menatapnya kesal. "Makanya jangan meremehkan musuh!"

"Luke, berlindunglah dengan sihirmu okay," ujarku lalu terbang dengan sihir Anginku.

"Hei! Jangan bilang kau ingin--!"

Luke dengan cepat memberi kode pada para prajurit untuk berlindung dibawah barier pelindung miliknya.

Aku menyeringai tipis.

"Tapi kalian juga jangan terlalu meremehkanku," ujarku dingin.

"Sihir Angin!"

Aku membentuk lingkaran sihir besar di langit. Seketika langit berubah gelap, angin perlahan-lahan mulai terasa berat.

"Pusaran Angin! Rasakann!"

Aku melemparkan pusaran angin buatanku pada Leiron Argan dan Penyihir Gelap itu, menjebak mereka dalam pusaran angin yang cukup kuat itu.

"Hahahaha! Ini saja kekuatanmu?"

Aku berdecak kesal begitu mendengar tawa licik dari si Penyihir Gelap.

"Hmp! Lihat ini!"

Aku merentangkan tanganku kesamping, perlahan membentuk sebuah kubah angin besar.

Lalu tangan kananku kemudian terangkat. Manik rubiku bersinar.

"Hujan Halilintar!"

Suara gemuruh petir terdengar kuat, petir-petir langsung muncul dari atas langit dan turun dengan cepat. Petir berbentuk pedang itu melesat dengan cepat untuk menusuk Leiron Argan dan Penyihir Gelap yang baru saja melepaskan diri dari pusaran angin milikku.

"Rasakan ini! Kubah Angin! Tornado-tornado Halilintar!!"

Aku memasukkan hujan halilintar yang kubuat dan dengan cepat memasukkannya ke dalam kubah angin yang ku buat dan mengunci kedua bajingan itu didalamnya.

"Sambaran Halilintar!!"

Dengan cepat, petir yang ada dalam kubah itu menyambark seluruh bagian kubah itu. Menyerang kedua orang yang terperangkap di dalamnya.

Suara jeritan milik Leiron Argan terdengar sangat kuat. Aku menyeringai. Merasakan kepuasan dari teriakan yang kencang itu.

"Hahaha."

"Huh?"

"Hahaha, kau pikir, kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan serangan remeh ini?"

Aku menatap kaget kubah angin yang kubuat ketika tiba-tiba cahaya berwarna merah muncul dari sana dan dengan cepat meledakkan kubah itu.

Dibawah sana, Leiron Argan berdiri dengan tubuh penuh luka, tubuhnya nampak oleng seolah berusaha untuk tetap sadar. Sementara Penyihir Gelap itu bahkan tidak terluka!? Gila! Aku sudah melayangkan kekuatan seperti itu dan dia tidak terluka!?

---------

Sementara itu, Arven dan Yvone...

Solar melesat cepat dengan kekuatan cahayanya, dibelakangnya Yvone mengikuti sambil melindunginya.

"Yvone! Cepat bangun barier cahaya untuk menjauhkan makhluk menjijikkan itu!!"

Yvone mengangguk lalu melaksanakan tugasnya. Sementara itu, Solar menatap kristal berwarna merah ditangannya. Kristal ini diberikan Halilintar semalam sebelum ia kembali.

Saat ini menuju istana Ruby Diamond untuk mengambil salah satu benda yang akan ia gunakan untuk misi yang diberikan Halilintar.

Ia membuka pintu ruang kerja milik Halilintar dan dengan cepat membuka lemari yang ada dibelakang meja kerja.

Ia memasukkan sihir miliknya untuk membuka kunci sebuah kotak yang ada didalamnya. Lingkaran sihir pengunci itu terbuka dan sebuah botol cairan berwarna kuning dengan bola-bola hitam terlihat.

Itu Air Mata Ratu Peri. Barang yang ia dan Al curi di mansion Argan sebelumnya.

"Larutkan kristal ini dalam Cairan Air Mata Ratu Peri dan teteskan sebanyak 2 tetes pada saudara-saudara kita, Ibu dan juga Ayah. Kupercayakan ini padamu. Kau bisa kan?"

Ucapan Halilintar terngiang-ngiang di kepalanya. Halilintar yang menatapnya dengan pandangan dingin itu terlihat sangat serius, seolah ia tidak menerima adanya kegagalan.

"Aku harus berhasil. Aku adalah pedang Kak Arter, aku harus melindunginya," ucap Solar sambil melirik pedang Dwarf yang tersimpan di pinggangnya.

"Pangeran, barier sudah terbentuk."

Yvone masuk setelah berhasil menghalau beberapa monster yang mengikuti mereka dan mendekat pada Solar yang terdiam.

"Kita harus melarutkan benda ini? Bagaimana caranya menghancurkan kristalnya?" tanya Yvone.

Solar tersenyum tipis. Ia menggenggam erat kristal itu, menghancurkannya dengan tenaga miliknya. Kristal itu pun hancur menjadi serpihan-serpihan kecil yang kemudian dengan cepat Solar masukkan ke dalam botol berisi Air Mata Ratu Peri.

Seketika warna dalam kristal itu berubah menjadi kuning kemerahan. Ia tidak menyangka Halilintar tau mengenai ramuan pengendali dan pemurni Pikiran. Apa Halilintar berpikir jika mereka akan terkena sihir gelap seperti sebelumnya? Luar biasa, padahal baru sebelumnya Halilintar terlihat kebingungan untuk memakai kristal pemberian Ibu mereka ini, tapi sekarang ia berhasil menemukan ide yang membuat cairan dalam botol ini bisa melakukan pengendalian pikiran maupun pemurnian pikiran.

Solar dengan cepat kembali menutup botol itu dan menyimpannya dalam sakunya.

"Yvone, kita ke markas Thunderbird sekarang."

"Baik Pangeran!"

Solar dengan cepat membuka lembaran portal telepotasi yang diberikan Halilintar.

Sihir telepotasi muncul, Solar dan Yvone dengan cepat berteleportasi menuju markas Thunderbird.

Ketika mereka sampai disana, terdengar keributan yang sedikit membuat Solar merasa heran. Di kejauhan, ia melihat Gempa yang sedang berdebat dengan Hannah Holfer dan Yaya Douter.

"Kak Arzen!"

Solar berteriak dan berlari mendekati mereka. Ratu Althea menoleh ketika mendengar suara Solar dan langsung mendekati putra bungsunya itu.

"Arven! Kau darimana saja nak! Apa kau terluka?" Ratu Althea memeluk si bungsu kemudian memeriksa Solar dengan tajam.

"Ibunda, saya baik-baik saja. Ada apa ini? Kenapa dengan Kak Arzen? Oh, Ayahanda dimana?"

"Pangeran Arven! Kita dalam masalah!"

Tiba-tiba saja Gopal Acrowl datang dengan wajah paniknya, membuat Solar dan Yvone bingung.

"Yang Mulia Kaisar! Yang Mulia Kaisar pergi bersama Al untuk kembali kesana!"

"APA!?" kaget Solar dan Yvone.

Yvone menepuk dahinya pusing sementara Solar langsung menarik kerah pakaian Gopal Acrowl.

"Apa yang kau lakukan!? Kau tidak mencoba menghentikan Ayah?! Apa kau lupa apa perintah dari Kak Arter hah!? ITU ADALAH UNTUK MELARANG AYAH UNTUK MENDEKAT KESANA!"

"Arven! Jelaskan pada kami ada apa sebenarnya ini!? Benarkah semua ini sudah direncanakan!?"

Gempa mendekat dan menatap penuh amarah Solar.

Solar menatap Yaya Douter dan Hannah Holfer yang terlihat sangat kesal itu. Terlihat dua perempuan itu sudah menjelaskan semuanya namun sepertinya saudara-saudaranya itu tidak percaya. Ia melepaskan tangannya dari kerah pakaian Gopal Acrowl.

"Ya, aku akan menjelaskannya lagi. Jadi diam dulu, Arzen," ucap Solar.

"Sebenarnya apa yang terjadi?! Apa yang direncanakan Putra Mahkota sebenarnya!?"

"Sebentar Arzen," Solar menahan Gempa yang hendak kembali berbicara. "Dimana Arlen?!"

"Di-disini.."

Solar dengan cepat menuju kearah Thorn dan memukul kuat saudara kembarnya itu di wajah. Semua orang disana sontak saja terkejut.

Terutama Thorn yang kini memegangi pipinya dan menatap Solar dengan tatapan berkaca-kaca.

"Apa kau gila!? Bukankah Kak Arter sudah bilang padamu untuk memberitahunya jika kau diberikan batu mana lagi!? Kenapa kau tidak bilang padanya Arlen!" Solar terlihat marah.

"Aku yakin Kak Arter sudah menjelaskan seberapa berbahayanya Leiron Argan kan!? Dan kenapa kau bertindak bodoh!!"

"Dan kalian juga, kenapa tidak menghalangi Kaisar!? PUTRA MAHKOTA MEMERINTAHKAN KALIAN UNTUK MENJAGA KAISAR DAN RATU AGAR TIDAK TERLUKA! APA KALIAN LUPA DENGAN PERINGATAN DARI ARTER SEBELUMNYA HAH!?"

Gopal Acrowl dan para ksatria pribadi lainnya terlihat terkejut melihat Pangeran Bungsu itu marah.

"Kalian benar-benar --!"

"BERHENTI MENYALAHKANKU!"

Thorn tiba-tiba saja berteriak. Ia menatap Solar dengan airmata yang berlinang.

"Pada awalnya kau dan Kak Arter menyembunyikan semuanya dariku! Kalian tau kalau aku adalah target utama dari Paman! Tapi kalian bahkan tidak membiarkanku tau! Jika aku tidak memaksa Kak Arter untuk bercerita pun aku pasti akan tetap menjadi pangeran bodoh yang tidak tau apa-apa! Aku juga ingin melindungi Kak Arter!"

"Aku tau aku memang lemah! Aku tau itu!" Thorn mengepalkan tangannya erat. Tubuhnya gemetar, ia mencoba menahan tangisnya.

"Apa kau tau bagaimana perasaanku ketika aku sadar tadi? Aku melihat kakakku terluka dihadapanku! Aku melihat Kak Halilintar terluka lagi karena melindungiku!"

Thorn menunduk, membiarkan airmata jatuh dari pelupuk matanya. Solar terdiam. Ia tidak tau kalau kakaknya terluka. Ia mengepalkan tangannya.

"Arven, Arlen, sebenarnya apa yang terjadi? Jelaskan pada kami. Kami berusaha mendengarkan dari Dame Holfer dan Nona Douter, namun kami masih tidak paham."

Taufan mencoba menengahi kedua adiknya itu. Ia mengusap bahu Solar, memintanya untuk menahan emosinya. Sementara Blaze memeluk Thorn yang terisak.

"Hah! Sial! Dari penjelasan mereka, mereka mengatakan mengenai penghianatan yang dilakukan Count Argan dan Putra Mahkota memang sengaja menjebaknya di debutante ini. Tapi kenapa harus hari ini, Arven!? Kenapa!?"

Gempa terlihat frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya kasar.

"Karena pada hari ini, jika Kak Arter tidak mencegahnya, Arlen akan terluka parah dan Ayah..."

"Ayah kenapa, Arven?" Ice ikut mendekat dan kini menatap lekat Solar.

Solar menatap manik aquamarine milik Ice yang terlihat gusar itu. Ia menggigit bibirnya, merasa kalut.

"Ayah akan mati."

"Spirit Kak Arter mampu melihat beberapa hal di masa depan, dan disalah satu masa depan yang ia lihat adalah kejadian pada hari ini. Pada hari ini seharusnya hanya Arlen yang melakukan debutante, kita melakukan debutante secara bergiliran dan Arlen mengambil bagian terakhir. Ia melakukan debutante bersamaan dengan perayaan hari ulang tahun Ayahanda. Namun, sesuatu yang besar terjadi."

Solar berhenti sejenak, ia mencoba menenangkan gejolak amarah dalam dirinya.

"Leiron Argan melakukan penyerangan bersama para bangsawan yang berkhianat. Halilintar sudah berusaha melindungi semua orang, namun Leiron Argan melakukan sesuatu yang diluar perkiraan semua orang. Ia melakukan perjanjian dengan iblis dan nyari membakar seluruh tubuh Halilintar. Ayah mencoba membantu Halilintar dan melindungi Arlen, namun Ayah tewas karena berusaha melindungi Arlen. Dan Arlen kehilangan kendali akan kekuatannya yang tak terkendali, dan pada saat itu, Halilintar menjadikan dirinya tameng untuk melindungi kita."

Suara yang terdengar sendu itu mengejutkan semua orang. Ratu Althea menutup mulutnya dengan wajah tak percaya dengan airmata mengalir di wajah cantiknya, Blaze menunduk menahan air matanya dan Thorn menangis sembari dipeluk oleh Blaze.

Taufan dan Gempa sangat terkejut hingga tak mampu berkata-kata, sementara Ice membelalakkan matanya. Manik aquamarine itu terlihat gemetar.

"Karena itu.." Solar menatap semua orang disana.

"Kumohon, bekerjasamalah dengan kami. Aku mohon, mari kita lindungi Kak Arter, seperti dia yang mencoba melindungi kita. Kumohon kakak-kakak..."

---------

Aku turun ke tanah dengan napas tersengal-sengal, diujung sana, Luke berlari kearahku dengan cepat.

"Arter! Gila! Kau benar-benar menghabisi mereka?!"

Aku menggelengkan kepalaku. Manik Rubi milikku menatap kearah dimana Penyihir Gelap itu berdiri dengan tegap sambil tersenyum mengejekku.

"Tidak. Penyihir Gelap itu bahkan tidak terluka!"

Aku berujar marah. Tanganku mengepal kuat. Sial, seberapa kuat dia sebenarnya? Mampukah aku mengalahkannya?

"Yang Mulia! Al datang!"

Aku menoleh ketika salah satu prajurit berteriak padaku.

Bagus, jika Al datang itu artinya mereka sudah berkum--- AYAH NGAPAIN IKUT!!??

Aku langsung melotot begitu Ayah melambaikan tangannya.

'APA KAU GILA AL!? KENAPA KAU BAWA AYAH KESINI!!?'

'Jangan marahi aku! Lihat! Aku diikat paksa!'

'KENAPA KAU TIDAK MENCOBA MELEPASKAN IKATAN ITU HAH!?'

'KAU PIKIR AKU TIDAK MENCOBANYA!? AYAH MENGIKATKU DENGAN KUAT!'

ARGHHH!!! KENAPA PAK TUA ITU MALAH MERUSAK RENCANAKU SIH!?

"APA YANG AYAH LAKUKAN DISINI!?" Aku berteriak begitu Ayah berjalan dengan tenang kearahku.

"Aku ingin membantu Putraku tersayang."

Ia menjawab pertanyaanku dengan tenang. Senyum tipis terpasang diwajah tuanya.

"Apa Ayah bodoh!? Aku menyuruh Ayah pergi karena aku ingin menghindari hal terburuk! Tapi apa yang Ayah lakukan disini sekarang!!! Cepat kembali ke Sir Acrowl Ay---"

SLASHHHHH!!

Aku terkejut ketika ayah tiba-tiba saja berlari kearahku dan menebas serangan sihir yang mengarah kepadaku dari belakang.

"Nah anakku sayang, seperti kau yang tidak ingin aku mati, maka aku juga tidak ingin kau mengulang kehidupanmu lagi."

"Apa!?" Aku berteriak terkejut dan berbalik.

"Ayah juga ingin melindungi anak-anak ayah, apa itu tidak boleh, Halilintar?"

Aku terdiam melihat punggung besar dihadapanku ini. Ayah memasang tubuhnya untuk melindungiku. Tapi kenapa?

Ah, aku tidak tau harus berkata apa. Haruskah aku jujur setelah semua ini selesai? Haruskah aku mengatakan semuanya? Tapi, bagaimana jika aku gagal lagi menyelamatkan Ayah?

Apa yang harus aku lakukan?

.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Apa kabar semua? Semoga sehat selalu ya. Kabar saya baik setidaknya sekarang hehehe.

Chapter depan kita akan lihat Arter yang menderita hahaha (⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~ Oh, dan sedikit ingatan dari salah satu Pangeran akan kembali muncul.

Semoga puas dengan chapter kali ini ya(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠) Jangan lupa komennyaa~ Saya suka sekali membaca komen kalian dan maaf tidak bisa membalasnya satu-satu (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

Typo bertebaran🚨

Okay, see you again in the next chapter~~


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro