A Place Between Light and Dark

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Sesampainya di kastil utama The East of Cassylum, Minhyun dan Woojin dengan cepat membawa Daehwi dan Jinyoung ke sebuah kamar. Jinyoung masih cukup sadar ketika ia melihat para vampire itu bergegas mengurus dan mempersiapkan segala kebutuhan mereka. Jinyoung tidak perduli, tubuhnya terlalu Lelah untuk protes atau melawan. Dan sedetik kemudian Jinyoung sudah tertidur lagi bersama Daehwi di dalam pelukannya.

Sementara itu Guanlin membawa Jihoon ke kamar mereka. Mata merahnya berangsur menjadi cokelat saat ia menatap Jihoon.

"Jangan lakukan itu lagi."

Jihoon menatapnya bingung, dan sang vampire membawanya ke dalam pelukannya, menyelimutinya dengan jubahnya.

"Jangan menghilang lagi. Kau tidak tahu aku hampir gila saat mereka membawamu pergi."

"Kau tahu itu bukan mauku. Mereka membiusku saat membawaku pergi."

"Apakah para manusia itu menyakitimu?"

Jihoon menggeleng dan tersenyum,

"Mereka baik padaku."

Guanlin memutar bola matanya, ya tentu saja ia tidak percaya pada Jihoon. Jihoon bahkan bisa mengatakan bahwa para pengawal vampire di kastil utama baik padanya, padahal mereka bernafsu ingin menggigit Jihoon. Tapi tidak ada, tidak ada satupun yang berani menyentuh Jihoon, kecuali mati di tangan Guanlin.

Bukan rahasia lagi bahwa Jihoon adalah kepunyaan Guanlin sehingga tidak ada yang berani mengusiknya, meskipun mereka benar – benar tergoda untuk melakukannya. Selain fakta bahwa dirinya adalah satu – satunya manusia di kastil penuh vampire itu, Jihoon menawarkan kehangatan dan kebaikan hatinya. Lama kelamaan para vampire mulai terbiasa dengan kehadiran Jihoon dan bahkan mulai bersahabat dengannya.

"Tidurlah, kau pasti kelelahan."

Guanlin menarik Jihoon berbaring bersamanya dan Jihoon memejamkan mata dengan cepat. Ia mendengkur lembut sambil memeluk Guanlin sementara Guanlin membelai Jihoon dengan lembut. Akhirnya ia bisa bernapas lega setelah mendapatkan miliknya kembali.

---- TDW ----

Jinyoung perlahan membuka mata dan menemukan Jihoon dan Daehwi yang menatapnya dengan bahagia. Jinyoung melihat sekelilingnya dengan bingung sampai Jihoon menceritakan bahwa ia berada di markas utama The East Of Cassylum, dan bahwa Jinyoung sudah pingsan dua hari. Mata Jinyoung mendelik sementara Daehwi tersenyum gugup. Ia tidak menyangka bahwa Jihoon benar – benar serius membawanya ke sarang para vampire.

"Tenang saja, vampire lainnya tidak akan berani mengganggu kalian karena kalian berada langsung di bawah perlindungan Guanlin."

Dan benar saja, sang pangeran vampire memberikan tugas pada Jinyoung dan Daehwi sebagai pengawal dan asisten bagi Jihoon. Jinyoung dan Daehwi tidur bersama di kamar yang dulu ditempati Jihoon. Jisung berkata bahwa saat Jihoon berusia 16 tahun Guanlin memintanya pindah ke kamarnya sampai saat ini.

Masalahnya sang pangeran vampire terlihat jelas tidak menyukai Jinyoung. Ia bisa dibilang bersikap baik pada Daehwi, tapi reaksinya pada Jinyoung benar – benar berbeda.

Pernah suatu waktu Jinyoung membuka pintu untuk memanggil Jihoon namun apa yang dilihatnya hampir membuatnya shock. Ia melihat Jihoon dan sang pangeran vampire sedang bergumul di atas ranjang, keduanya tidak memakai pakaian, dan Guanlin mendongak. Matanya bersinar kemerahan dan mulut serta taringnya penuh darah. Ia mendesis marah pada JInyoung tapi Jihoon menarik Guanlin ke tubuhnya dan Jinyoung menutup pintu dengan hati tidak karuan.

Ia bergegas pergi dari ruangan itu dan berusaha menghapus adegan itu dari pikirannya. Dan berikutnya Jisung memberitahunya bahwa vampire sejatinya tidak suka ditonton saat mereka sedang 'makan'. Menghisap darah adalah momen yang sangat privasi bagi para vampire dan Jinyoung ingin menabrakkan kepalanya ke tembok. Lengkap sudah alasan sang pangeran vampire untuk tidak menyukainya.

Kemudian pernah juga ia, Jihoon, dan Daehwi bermain di dekat danau sampai sore. Mereka berniat mandi dan pergi lagi bersama Jisung. Jinyoung sudah selesai mandi dan berniat menjemput Jihoon sebelum mengunjungi Daehwi, tapi karena Jihoon masih mandi ia menunggunya di depan pintu kamar mandi. Beberapa saat kemudian Guanlin memasuki kamarnya dan heran melihat Jinyoung. Ketika ia bertanya dimana Jihoon dan menunjuk kamar mandi, Guanlin dengan santai berjalan menuju kamar mandi, sebelum dicegat Jinyoung yang mengatakan Jihoon sedang mandi. Namun sang pangeran justru menatapnya sinis dan berkata,

"Lalu?"

Dan kesadaran menghantam Jinyoung seketika. Dengan wajah memerah ia meminta maaf dan berlari keluar ruangan. Guanlin hanya mendengus jengkel sebelum melepas pakaiannya dan memasuki kamar mandi. Jinyoung yang berlari keluar terus memaki dalam hatinya. Sialan, seharusnya ia tahu bagaimana hubungan mereka. Dan malam itu mereka semua tidak jadi pergi karena Guanlin yang mengunci Jihoon bersama dirinya di kamar mereka sampai pagi.

Entah kenapa ia selalu berada di situasi yang salah ketika bertemu Lai Guanlin.

---- TDW ----

Pada suatu malam Jihoon sedang membaca buku di kamarnya ketika Guanlin tiba – tiba masuk. Guanlin masuk dengan wajah kesal dan membuka baju perangnya tanpa melihat Jihoon. Jihoon pun mendekatinya diam – diam dan memeluk lehernya dari belakang. Memeluknya seperti anak koala yang bergantung pada induknya.

"Hari yang buruk linlin?"

Guanlin tersenyum ketika Jihoon mencium pipinya. Ia menarik Jihoon ke pangkuannya. Wajah mereka kini berhadapan dan saling bertatapan sementara Jihoon menatap Guanlin dengan bingung. Guanlin tersenyum. Sampai sekarang ia masih tidak paham mengapa satu senyuman dari Jihoon bisa mengubah emosinya dengan begitu drastis. Satu kecupan dari Jihoon dan ia akan melupakan segala masalahnya hari itu. Ia mengecup bibir Jihoon dengan cepat dan berkata,

"Aku akan mandi dulu hyung, setelah itu aku akan menyusulmu ke ranjang."

Guanlin selesai mandi ketika Jihoon masih sibuk membaca bukunya. Ia meraih tubuh Jihoon dan memeluknya tapi Jihoon masih serius dengan bukunya. Ia bahkan mengerutkan dahi ketika membalik halaman berikutnya. Dengan jengkel Guanlin menarik bukunya dan sebelum Jihoon sempat memprotes Guanlin menciumnya dengan segenap hasrat.

Jihoon tertawa di antara ciuman mereka. Mereka berciuman dengan penuh gairah, saling melepaskan rindu yang sudah tertahan. Guanlin mencumbu Jihoon dengan nikmat, merasakan suhu tubuh Jihoon meningkat dan nafas keduanya semakin berat. Guanlin duduk dan menarik Jihoon ke dalam pangkuannya, matanya berpendar kemerahan dan ia berbisik,

"Hyung aku tidak tahan lagi."

Paham maksud Guanlin, Jihoon mengangguk dan tersenyum,

"Tidak apa - apa Guanlin-ah."

Kemudian tanpa peringatan, Guanlin memeluk tubuh Jihoon lebih erat dan menggiggit leher Jihoon. Jihoon merintih namun berusaha menahan sakitnya. Ia bisa merasakan Guanlin menyentuhnya dengan lebih bernafsu dari biasanya. Dadanya menempel erat pada dada Guanlin sementara Guanlin mengisap darahnya dengan rakus. Jihoon maklum, mereka terpisah lama dan mengingat sifat keras kepala Guanlin, kemungkinan besar ia belum meminum darah siapapun. Jihoon mengerti bahwa Guanlin sedang kelaparan saat ini. Beberapa hari sejak kedatangannya Guanlin menolak meminum darahnya karena ingin memastikan Jihoon benar – benar sehat. Terbukti meskipun sang pangeran vampire merasakan kelaparan dan kehausan, kesehatan Jihoon tetap menjadi prioritas baginya.

Proses ini terkadang menyakitkan namun Jihoon menahannya. Sensasi keintimannya kadang tidak terbayangkan, antara rasa sakit dan nikmat yang menyiksa. Guanlin hanya menginginkan Jihoon karena hanya Jihoon yang bisa membuatnya kenyang dan puas. Guanlin berhenti mengisap darah Jihoon, menjilat luka di leher Jihoon dan seketika luka gigitan itu tertutup. Wajahnya menatap wajah Jihoon yang tersenyum dan Jihoon menariknya untuk ciuman yang lebih panas. Jihoon bisa merasakan darahnya di mulut Guanlin tapi ia tidak peduli. Guanlin memberi ciuman perlahan pada leher sampai ke dada Jihoon dan kemudian tanpa peringatan menancapkan taringnya lagi di dada Jihoon. Jihoon merintih kesakitan tapi Guanlin memeluknya semakin erat. Setelah beberapa saat Guanlin mencabut taringnya dan Jihoon menatap mata merah Guanlin, ada sinar kepuasan di matanya dan Jihoon tersenyum lelah padanya. Guanlin menjilat luka di dada Jihoon dan menarik Jihoon ke pelukannya.

"Kau tidak apa – apa hyung?"

"Aku tidak apa – apa."

Mata Guanlin sudah kembali berwarna cokelat, ketika ia mengamati wajah Jihoon lebih dekat dan menyadari wajah Jihoon yang memucat. Guanlin bangun dan berkata,

"Kau harus makan dulu hyung, ayo, aku akan menemanimu. Setelah kau makan kita akan beristirahat oke?"

---- TDW ----

Jinyoung terbangun tengah malam dan merasa lapar. Ia mendengar suara berisik di dapur dan berjalan ke sana. Ia melihat Guanlin dan Jihoon yang sedang berbicara dengan Jisung.

"Aku tidak peduli kau pangeran vampire Lai Guan Lin, tapi aku benar – benar akan memukul pantatmu kalua kau bertindak kelewatan oke? Jihoon bisa mati kalau kau menghisap darahnya terlalu banyak! Kau harus bisa mengendalikan dirimu!"

Jisung terlihat menceramahi Guanlin dan Guanlin tampak bersalah, tapi Jihoon tersenyum dan berkata,

"Aku tidak apa – apa Jisung eomma, sungguh aku baik – baik saja kok."

"Aigooo anakku yang malang, ke sini Jihoon – ah, aku sudah mempersiapkan banyak makanan untukmu."

Jisung memeluk Jihoon kemudian berlari menyiapkan makanan. Beberapa menit kemudian Jihoon sudah duduk di meja makan dengan setumpuk makanan di depannya. Jisung dan Guanlin mengamatinya dengan sayang,

"Oh Jinyoung, kau belum tidur?"

Jihoon menyadari keberadaannya dan tersenyum padanya. Guanlin dan Jisung menatap ke arahnya. Jisung tersenyum padanya sementara Guanlin mendengus jengkel. Jisung pun memanggil Jinyoung sambil menyediakan makanan dan segelas susu untuknya.

Jinyoung diam – diam melirik Jihoon. Wajahnya pucat, bibirnya bengkak, namun ada rona kebahagiaan di wajahnya. Jinyoung kemudian melirik Guanlin yang sedang menatap Jihoon dengan senyum di bibirnya. Kantung matanya hilang dan wajahnya terlihat lebih segar. Jinyoung tidak habis pikir, ini jelas Guanlin yang berbeda dengan Guanlin yang menembus bentengnya dan membunuh hampir setengah dari pasukan hunter.

Kemudian Jisung, vampire aneh yang lebih mirip manusia dibanding vampire. Ia sudah mengasuh Guanlin dan Jihoon sejak mereka masih kecil, dan juga yang memasak makanan untuk Jihoon. Dan anehnya, masakannya benar – benar enak. Jisung sangat menyayangi Guanlin dan Jihoon meskipun kasih sayangnya lebih terfokus pada Jihoon. Mungkin karena Jihoon adalah satu – satunya manusia di kastil ini dan ia begitu lemah, dan bisa terbunuh kapan saja.

"Dia hanya cemburu dengan kedekatanmu dan Jihoon."

Jisung meletakkan makanan Jinyoung di depannya dan Jinyoung mengerutkan dahi. Adegan berlanjut dengan keesokan harinya saat waktu makan siang. Jinyoung sedang melamun mengamati Jihoon dan Guanlin saat Jisung berbicara dengannya. Daehwi tertawa kecil di sebelahnya. Daehwi dan Jisung bercanda dan Jinyoung mengernyitkan dahi melihat bagaimana Daehwi memuji masakan Jisung dan membuat si vampire tersenyum lebar. Kenapa Daehwi cepat sekali berubah? Bukankah kemarin ia yang mengatakan bahwa mereka harus berhati – hati Karena para vampire mungkin akan meracuni mereka melalui makanan?

"Tapi aku hanya menganggap Jihoon sebagai sahabat, tidak lebih."

"Kami semua tahu itu Jinyoung, hanya saja Guanlin terlalu idiot untuk menyadarinya."

Daehwi tertawa terbahak – bahak dan Jinyoung menahan senyum tipis di bibirnya. Jisung adalah satu – satunya orang selain Lai Gai Woo yang bisa berkata pedas tentang Guanlin. Well, mengingat ia adalah orang yang membesarkan sang pangeran.

Setelah tinggal beberapa waktu di kastil ini, Jinyoung menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana rumor sang pangeran vampire terobsesi pada Jihoon itu benar adanya. Ia sangat posesif pada Jihoon meskipun Jihoon tidak tampak keberatan dengan hal itu. Sang pangeran tidak pernah bisa berhenti menatap atau menyentuh Jihoon. Setiap bisikan, tatapan, sentuhan, pelukan, begitu terkesan intim di antara Guanlin dan Jihoon. Terkadang Jinyoung sampai harus mengalihkan matanya saat mereka sedang berdua.

Awal kedatangan Jinyoung dan Daehwi tentu saja menyebabkan keributan besar, namun setelah Guanlin dan ayahnya, Lai Gai Woo turun tangan, keributan itu terselesaikan dengan sendirinya. Sebagian vampire penasaran terhadap Jinyoung dan Daehwi, sebagian lagi sudah menerima mereka, dan sebagian masih tidak menyukai mereka.

"Jihoon hyuuuuuung~~~"

Dari sudut matanya Jinyoung melihat seorang vampire muda berlari ke arah Jihoon dan memeluknya. Jihoon tertawa dan mereka berpelukan dengan erat. Guanlin dengan jengkel berusaha memisahkan mereka tapi vampire itu menolak dan menjulurkan lidahnya pada Guanlin, ia bahkan memeluk Jihoon semakin erat.

"Harusnya kau peluk Minhyun – hyung saja! Lepaskan tanganmu dari Jihoon!"

Jinyoung menahan tawa melihat situasi yang agak aneh ini. Yoo Seonho, vampire berdarah murni yang juga sepupu sang pangeran vampire. Ibunya, sang ratu vampire yang masih memiliki hubungan darah dengan ayah Guanlin. Ia berasal dari kastil timur dan sering berkunjung kemari sejak kecil. Dengan kata lain Seonho sudah mengenal Jihoon sejak kecil. Seonho sangat menyukai Jihoon dan membuat Guanlin kesal, meskipun sebenarnya Seonho juga dekat dengan Guanlin. Seonho pernah meminta Jihoon untuk dirinya kepada Lai Gai Woo yang jelas saja ditolak oleh Guanlin. Di belakang Seonho berdiri dua pengawal pribadinya, Kang Dongho dan Jonghyun. Jonghyun tersenyum pada Jinyoung meskipun Dongho masih agak sinis terhadapnya. Namun anehnya Dongho sangat baik terhadap Daehwi. Dongho tersenyum pada Daehwi dan Daehwi melambaikan tangan padanya dengan genit. Jinyoung mengerutkan dahi sambil mengunyah makanannya, Daehwi dan Jihoon tampaknya menjadi magnet bagi para vampire.

"Hai Jinyoung!"

Jinyoung menoleh dan menemukan Kang Daniel, salah satu dari 4 bodyguard Guanlin. Ia duduk di depan Jinyoung, mengelap pedang kesayangannya dan tersenyum pada Jinyoung. Jinyoung terkadang heran bagaimana Daniel selalu bersikap ramah dan tertawa di kehidupan sehari – hari tapi ia bisa menjadi musuh yang begitu berbahaya di medan perang. Daniel dengan tenang menceritakan pedangnya yang ia namai Rooney, dan pistolnya yang ia namai Peter. Jinyoung hanya menganggukkan kepala seolah ia mengerti cerita Daniel meskipun sebenarnya tidak.

"Jisung! Aku minta darah golongan AB ya!"

Jinyoung melirik pemuda yang duduk di sebelah Daniel, Ong Seongwoo, partner sekaligus soulmate Daniel. Vampire ceria dengan selera humor yang luar biasa, tapi sekali lagi, jangan remehkan kemampuannya di pertempuran. Seongwoo menerima gelas berisi darah dan tersenyum pada Jinyoung,

"Cheers, Jinyoung?"

Jinyoung mengangkat gelas susunya dan tersenyum getir. Satu lagi yang harus dibiasakan adalah bagaimana untuk tetap makan di saat vampire di sekitarmu meminum gelas – gelas berisi darah dan kau kehilangan selera makan. Jinyoung bahkan tidak mau bertanya dari mana asal darah itu.

"Tenang saja Jinyoung, kami mendapatkan semua darah itu dari bank darah oke? Kami tidak menghisap atau memeras darah manusia sampai habis seperti rumor yang kau dengar."

Seorang vampire berambut hitam duduk di sebelah Jinyoung dan tersenyum padanya. Kata – katanya seolah ia bisa membaca pikiran Jinyoung. Atau memang Jinyoung terlalu mudah ditebak? Vampire itu bernama Minhyun, dan ia melambaikan tangan kepada Dongho dan Jonghyun yang membalas lambaian tangannya. Ia mempunyai sifat yang tenang dan otak yang sangat cerdas. Sejak awal Minhyun sangat baik padanya dan Daehwi, tidak tampak terganggu dengan fakta bahwa ia adalah seorang hunter.

"Betul, kami menukar darah dengan emas dan permata, seperti transaksi perdagangan yang kalian lakukan, seperti aku dan Hyungseob."

Seorang vampire lain duduk di sebelah Minhyun, sambil nyengir dan menunjukkan gingsulnya. Namanya Park Woojin, dan memang benar, dia memiliki sumber makanannya sendiri. Woojin mengadakan perjanjian dengan seorang anak laki – laki yang seumuran dengannya, Ahn Hyungseob. Hyungseob berasal dari desa sebelah dan Woojin menyelamatkan Hyungseob yang pingsan di tengah hutan. Ketika mendengar bahwa Hyungseob mati – matian bekerja untuk menghidupi adik dan orangtuanya, Woojin menawarkan emas dan permata untuk Hyungseob, dengan syarat Hyungseob menjadi makanan Woojin. Hyungseob menyetujuinya dan ia biasa datang ke kastil beberapa kali dalam seminggu. Woojin dan Hyungseob menjadi berteman baik, tapi Woojin melarang Hyungseob dekat dengan Jihoon karena takut hal itu akan memancing kemarahan Guanlin.

Jinyoung merenungkan satu keanehan lagi tentang para vampire. Para vampire sangat mudah untuk mendeteksi emas, permata, berlian, dan berbagai logam serta mineral dalam tanah, tapi mereka tidak terlalu membutuhkannya. Karena itu para vampire menggunakan semua itu untuk memikat manusia, supaya manusia setuju memberikan darahnya pada vampire.

Vampire berdarah murni atau para bangsawan vampire umumnya memegang teguh tradisi bahwa mereka akan meminum darah manusia yang bersedia memberikan darahnya. Atau istilahnya mengadakan perjanjian terlebih dahulu. Seperti yang dilakukan Woojin dan Hyungseob. Dan mereka memegang teguh kode etik untuk tidak menghisap darah manusia sampai mati. Namun sayangnya vampire berdarah campuran seringkali merusak hal itu karena mereka tidak segan – segan menyerang dan menghisap darah manusia sampai mati. Itu juga yang menjadi awal pertempuran yang akhirnya belangsung selama ratusan tahun ini.

Jinyoung juga mempelajari fakta bahwa vampire baru mulai meminum darah sebagai makanan utama mereka saat mereka berusia 17 tahun. Sehingga sebelum usia 17 tahun vampire tidak ada bedanya dengan manusia, mereka bisa memakan makanan manusia atau terkadang makanan mentah. Namun setelah usia 17 tahun, vampire tidak akan bisa kembali memakan makanan manusia, dan mereka akan sepenuhnya menjadi vampire dengan insting luar biasa, kekuatan dan kecepatan yang bertambah, dan naluri hewan buasnya akan bangkit.

Daniel, Seongwoo, Minhyun, dan Woojin adalah empat vampire berdarah murni yang menjadi bodyguard Guanlin, sekaligus prajurit terbaik di antara para vampire. Mereka dipilih dan diseleksi langsung oleh Guanlin dan ayahnya. Mereka ahli dalam pertarungan individu maupun yang membutuhkan kerja sama, dan sangat kompak baik di dalam atau di luar pertempuran. Mereka sangat protektif terhadap Guanlin maupun Jihoon.

Minhyun membelai rambut Jinyoung dengan sayang tapi Jinyoung mengabaikannya dan memilih fokus kepada makanannya. Woojin yang memperhatikan interaksi mereka dari tadi pun berkata,

"Tampaknya Minhyun – hyung ingin mengadakan perjanjian dengan Jinyoung."

Membuat Jinyoung sukses tersedak makanannya sementara Daehwi buru – buru mengambilkan minuman dan Minhyun menepuk punggung Jinyoung,

"Bisa saja kalau Minhyung – hyung ingin mati pelan – pelan karena darahku."

Celetukan Jinyoung sukses membuat empat vampire itu tertawa terbahak – bahak. Darah para hunter memang memiliki racun khusus yang cukup berbahaya bagi para vampire. Racun ini berbahaya bagi vampire tapi tidak berbahaya bagi manusia dan berasal dari makanan yang dimakan para hunter sehari – hari. Bisa dibilang darah para hunter terlarang bagi para vampire. Minhyun tersenyum dan melanjutkan membelai rambut JInyoung,

"Tampaknya akan membutuhkan waktu lama untuk meyakinkanmu agar mau mengadakan perjanjian dengaku Bae Jinyoung."

Jinyoung menatap Minhyun dengan heran sementara Minhyun tertawa kecil. Segala yang dilakukan Jinyoung tampak lucu di matanya. Tapi ia tidak tertarik pada JInyoung karena itu, sejak awal Minhyun tertarik dengan darahnya. Woojin mencoba meniru Minhyun dengan membelai kepala Daehwi tapi Daehwi malah memukul tangannya,

"Isshh, galak sekali manusia kurus satu ini."

Membuat semuanya tertawa terbahak – bahak. Jinyoung menghela napas sambil mengunyah makanannya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya di kastil yang dipenuhi para vampire ini.



To Be Continued




~ An author, a readers, and a friend, leenaeunreal, at your service ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro