The Vampire Prince's Treasure

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

JINYOUNG POV

"Jinyoung! Ayo cepat kemari!"

Aku tersentak dari lamunanku ketika melihat dua temanku menghampiriku,

"Dia pasti melamun lagi."

"Memangnya kapan dia tidak melamun?"

Mereka terkikik dan aku menggeleng. Aku berjalan ke arah mereka dan berikutnya yang kami tahu, kami sudah tertawa bersama.

Namaku Bae Jinyoung. Usiaku 19 tahun dan aku adalah hunter yang tinggal di perkumpulan barat. Ah seandainya kalian bertanya – tanya, hunter adalah manusia yang dilatih untuk membunuh vampire. Usiaku 2 tahun ketika para hunter menemukanku dan membawaku tinggal bersama mereka. Mereka bilang aku satu – satunya yang selamat ketika seisi kotaku diserang oleh vampire. Aku tidak ingat soal masa kecilku selain masa latihan yang berat yang kujalani bertahun – tahun.

Aku hidup di tengah peperangan yang terjadi antara vampire dan manusia. Vampire bukan makhluk mati seperti yang kau pikir. Mereka hidup, bernafas, dan bisa menghasilkan keturunan seperti makhluk hidup lainnya, tapi yang membedakan kami dengan para vampire adalah makanan dan kekuatan.

Bukan rahasia lagi bahwa makanan vampire adalah darah manusia. Mereka juga bisa minum darah binatang tapi menurut mereka darah manusia lebih lezat. Kekuatan mereka juga lebih hebat, jauh lebih cepat, dan jauh lebih kuat. Peperangan antara manusia dan vampire sudah terjadi selama ratusan tahun dan aku sering bertanya entah kapan ini semua akan berakhir.

Aku menoleh pada laki – laki berkepala kecil di sebelah kiriku. Namanya Lee Daehwi, usianya 18 tahun. Dia adalah satu – satunya temanku di kastil barat ini. Ia datang ke kastil ini saat berusia 8 tahun dan aku 9 tahun. Aku dengar dia juga satu – satunya yang tersisa dari desanya. Kesamaan nasib membuatku dekat dengannya. Kami bergantung satu sama lain, melindungi satu sama lain, dan mengandalkan satu sama lain. Hubungan para hunter tidak sedekat apa yang kalian pikir, tapi Lee Daehwi dan aku berbeda. Dia satu – satunya yang aku miliki saat ini dan begitu pula arti diriku untuknya. Aku rela mati untuknya dan begitu pula Daehwi padaku.

Tiba – tiba sebuah jari telunjuk menekan pipiku. Aku menoleh ke sebelah kananku dan melihat seorang lelaki manis yang tersenyum jahil,

"Jangan terlalu serius Bae Jin Young."

Park Jihoon. Sekilas ia terlihat seperti pemuda biasa berusia 20 tahun, tapi ia memiliki sejarah yang luar biasa. Ia adalah manusia yang dibesarkan oleh kelompok vampire terkuat, The East Of Cassylum. Perkumpulan vampire dari timur yang sebagian besar adalah vampire darah murni. The East Of Cassylum sedikit berbeda dengan kelompok vampire lainnya. Mereka hanya menyerang manusia dan vampire yang melawan mereka. Mereka adalah vampire modern dengan pemikiran dan juga strategi perang yang jauh lebih maju dibandingkan kelompok lainnya. Mereka kelompok tersembunyi dan sangat terorganisir. Mereka menginginkan perdamaian dan menjalin persahabatan dengan manusia dan juga vampire. Salah satu buktinya adalah Park Jihoon.

Jihoon menceritakan bahwa saat ia masih bayi desanya diserang oleh para vampire jahat, dan The East Of Cassylum berhasil mengusir mereka pergi. Hanya ia yang selamat dari pembantaian sadis itu dan The East Of Cassylum memutuskan untuk membawanya pergi. Semua orang menyangka bahwa mungkin anak laki – laki itu sudah menjadi santapan para vampire tapi ternyata semua anggapan itu salah. Ia tumbuh besar dalam perlindungan para vampire tersebut. Dan bukan rahasia lagi bahwa Jihoon adalah milik pangeran dari The East Of Cassylum, Lai Guanlin. Vampire muda berbakat yang mencuri perhatian manusia dan kaum vampire karena kecerdasannya dan kelihaiannya bertempur. Meskipun usianya terbilang muda, ia salah satu yang paling ditakuti karena dikenal paling kuat dan berbahaya di medan pertempuran. Dan Jihoon selalu berada di sisinya.

Hunter dari perkumpulan barat cukup gila untuk menculik Park Jihoon di saat mereka lengah. Saat itu terjadi pertempuran antara The East Of Cassylum dengan para pemberontak. Para hunter berhasil menyusup dan membawa Jihoon pergi, itupun dengan harga yang cukup mahal. Dari 12 hunter terbaik yang berhasil membawa Jihoon pergi, hanya empat orang yang kembali dengan selamat. Sisanya mati di tangan Lai Guan Lin.

Aku dan Daehwi ditugaskan untuk menjaga Park Jihoon, dan entah kenapa kami menjadi cepat akrab. Mungkin karena hanya kami yang paling muda di perkumpulan barat ini. Para hunter mencoba mengorek informasi dari Jihoon tapi tidak banyak yang mereka dapatkan. Jihoon kurang lebih seperti sandera bagi para hunter, mereka berniat mendapatkan sesuatu dari para vampire dengan memanfaatkan Jihoon. Meskipun sebenarnya rencana ini seperti rencana bunuh diri, seakan para hunter menyulut api peperangan dengan The East Of Cassylum. Aku bahkan tidak mengerti apa agenda mereka.

Jihoon sedang bercanda dengan Daehwi. Mereka saling berbisik dan tertawa geli seperti anak perempuan. Aku menatap Jihoon dengan heran. Mengingat bahwa ia dibesarkan oleh kaum vampire tapi sama sekali tidak kehilangan rasa kemanusiaannya. Ia benar – benar terlihat seperti orang biasa pada umumnya. Jihoon hanya tertawa melihat kebingunganku,

"Kau terlalu banyak mendengar rumor yang salah Jinyoung-ah. Meskipun mereka mengisap darah dan bisa berlari ratusan kilometer dalam beberapa menit, mereka tidak jauh berbeda dari kita. Mereka bisa merasakan bahagia dan sedih. Mereka juga suka bermain dan belajar."

Aku mengerutkan dahi. Jihoon membicarakan para vampire itu seakan mereka adalah keluarganya. Aku tidak benar – benar membenci vampire, tapi dari apa yang kudengar mereka adalah makhluk yang sangat mengerikan. Kadang aku dan Daehwi juga turun ke lapangan dan bertempur dengan mereka. Kami melihat dari jarak dekat bagaimana berbahayanya para vampire. Hampir seumur hidupku aku mempelajari tentang vampire, tapi persepsi vampire yang kudapatkan dari Jihoon benar – benar berbeda. Bagaimana hal itu mungkin terjadi?

Jihoon mendesah dan berkata,

"Aku benar – benar berharap suatu hari nanti bisa mengenalkan kalian pada keluargaku, lagipula kalian dua manusia pertama yang bersahabat denganku, aku rasa mereka akan menerima kalian."

Aku dan Daehwi bertukar padangan dengan panik,

"Errrr Jihoon, aku rasa itu bukan ide yang baik, lagipula kami masih ingin hidup."

Daehwi mengangguk penuh semangat dan Jihoon semakin kesal,

"Aku rasa aku benar – benar harus mengenalkan kalian kepada para vampire untuk membuka mata kalian."

Jihoon sendiri mempunyai sifat yang ceria dan hati yang sangat baik. Ia berteman dengan semua orang, mempelajari dan menanyakan berbagai hal. Ia sangat cerdas dan mampu menyerap semua informasi dengan cepat. Ia juga tidak pernah marah kepada beberapa hunter yang bersikap sinis dan kasar padanya. Dan terutama, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus cantik. Kedekatanku dengan Jihoon sempat membuat Daehwi sangat cemburu sampai Jihoon menjelaskan pada Daehwi bahwa ia tidak melihatku seperti itu dan bahwa ia adalah milik Lai Guanlin. Sejak itu Jihoon dan Daehwi praktis menjadi sahabat.

Ya, misteri terbesar lainnya tentang Jihoon adalah hubungannya dengan Lai Guanlin. Ia tampak sedikit malu jika berbicara mengenai sang pangeran vampire itu, meskipun tidak pernah bercerita secara detail. Jihoon bercerita bahwa ia pertama bertemu Guanlin saat Jihoon berusia 10 tahun. Guanlin dibesarkan dan dilatih secara bertahun – tahun oleh ayahnya di tempat yang sangat jauh. Guanlin baru resmi bergabung dengan The East Of Cassylum pada usia 13 tahun dan bersama ayahnya kembali ke kastil utama, saat Jihoon berusia 15 tahun. Ayah Guanlin, Lai Gai Woo adalah pimpinan sekaligus generasi kedua dari pendiri The East Of Cassylum. Ia adalah sosok ayah dan orangtua bagi Jihoon, dan sangat menyayangi Jihoon. Jihoon mengatakan bahwa Lai Gai Woo akan sesekali datang ke kastil utama untuk mengunjunginya. Sementara Jihoon dibesarkan di kastil utama The East Of Cassylum oleh Yoon Jisung, tangan kanan Lai Gai Woo. Jihoon sudah dipersiapkan sebagai partner sekaligus makanan utama dan satu – satunya bagi sang pangeran vampire, dan Jihoon tidak keberatan dengan hal itu. Dan fakta bahwa sang pangeran vampire itu sangat protektif dan posesif terhadapnya.

Aku mengernyitkan dahi setiap kali ia menceritakan tentang keluarga vampirenya, dan Jihoon mendesah Lelah. Ia tahu tatapanku yang sulit mempercayainya,

"Aku tidak bermaksud untuk tidak mempercayaimu Jihoon, tapi semua ini masih terasa sedikit aneh untukku. Aku dibesarkan untuk bertempur melawan mereka, untuk menghabisi mereka, dan kini aku berbicara denganmu, satu – satunya manusia yang dibesarkan oleh para vampire untuk alasan yang tidak kumengerti sama sekali. Dan kau berbicara tentang mereka seakan mereka manusia biasa?"

Jihoon tersenyum dan berkata,

"Terkadang ada hal – hal yang tak bisa kujelaskan dengan kata – kata, tapi aku sungguh berharap suatu hari nanti kau bisa melihat apa yang kulihat Jinyoung. Kau dan Daehwi orang baik, aku rasa kalian akan mengerti nanti. Satu hal yang perlu kau tahu, menurutku manusia dan vampire tidak ada bedanya. Ada manusia yang baik dan jahat, vampire juga begitu. Ada manusia yang lemah dan kuat, vampire juga begitu. Hanya karena kita berbeda apakah kita harus menjadi musuh? Tidak bisakah kita menerima perbedaan itu dan hidup secara berdampingan?"

Aku, Daehwi, dan Jinyoung sama - sama terdiam. Kami melanjutkan makan malam dengan diam, sibuk tenggelam dalam pikiran masing – masing.

Malam harinya aku terbangun dan menemukan Jihoon berdiri di depan jendela. Ia menatap bulan dari balik jeruji besi itu. Ruangan kami kurang lebih didesain seperti penjara, untuk mencegah Jihoon melarikan diri atau ada penyusup yang mencoba masuk. Satu – satunya pencahayaan di ruangan ini adalah dari cahaya bulan dari jendela kaca dengan jeruji besi. Tapi selama 2 bulan berada di sini, Jihoon terlihat tenang dan tidak berusaha melarikan diri sama sekali,

"Tidak bisa tidur?"

Jihoon mengangguk dan berkata,

"Aku sangat merindukannya."

Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui siapa yang dibicarakan Jihoon. Matanya basah oleh air mata. Ia merindukan vampire – nya.

"Ini sudah berbulan – bulan dan tidak ada jejak keberadaannya, mungkin dia tahu yang terbaik bagimu adalah berada di sini."

Jihoon menggeleng, ia tersenyum dan tidak tampak tersinggung,

"Dia akan datang padaku tidak peduli apa yang terjadi. Kami sudah berjanji sejak kecil, seandainya kami sempat terpisah, dia akan datang mencariku dan aku hanya perlu menunggu dan mempercayainya. Lagipula, dia tahu tempat terbaik bagiku adalah di hatinya, dan di sisinya."

Aku tidak pernah melihat Jihoon berbicara seperti ini tentang sang vampire. Tidak ingin membahas hal ini lagi aku mengatakan bahwa aku akan segera tidur dan menyuruhnya cepat tidur. Jihoon hanya mengangguk, tapi aku masih sadar satu jam berikutnya, bahwa ia masih berdiri dan menatap bulan itu dengan penuh kerinduan.

NO ONE POV

Lewat tengah malam terlihat 5 sosok vampire berdiri persis di luar benteng para hunter. Mereka semua berpakaian hitam dengan bahan kulit yang sangat elastis dan juga tahan api. Mata mereka berwarna merah menyala dan mereka berjalan dengan yakin menuju benteng itu. Suara langkah kaki mereka sama sekali tidak terdengar. Tujuan mereka hanya satu, mengambil kembali apa yang telah dicuri dari mereka. Jeritan pertama terdengar dan membangunkan seluruh hunter.

"Para vampire itu sudah memasuki benteng!"

"Cepat sembunyikan bocah itu!"

"Jangan sampai mereka mendapatkan Jihoon!"

Dalam sekejap terdengar jeritan dan teriakan dimana – mana. Sang pangeran vampire bersama 4 pengawalnya dengan mudah menghabisi semua hunter yang menyerang mereka. Dua vampire pertama masing – masing memegang tombak dan pedang. Mereka membuka jalan bagi dua vampire di belakangnya. Dan ketika semua hunter sudah mati, sang pangeran vampire muncul di paling belakang. Matanya bersinar penuh amarah.

Seorang hunter menyeret Jihoon pergi dan menarik Jinyoung bersamanya. Jinyoung menyeret Daehwi bersamanya. Ia tidak bisa membiarkan sesuatu terjadi pada Daehwi. Mereka berlari melewati medan pertempuran dan tumpukan mayat hunter. Bukti keganasan sang pangeran vampire dan 4 pengawal setianya. Daehwi gemetar hebat dalam genggaman tangan Jinyoung. Jihoon tak sengaja menatap para vampire itu dan berteriak dengan segenap kekuatannya,

"GUANLINNNNN!!"

Jinyoung segera menutup mulut Jihoon tapi terlambat, sang pangeran vampire telah melihat mereka. Dengan penuh kemarahan ia maju, dan hanya dengan satu tebasan ia memukul mundur sekumpulan hunter di depannya, mengejar mereka dan meraung penuh kemarahan,

"PARK JIHOOONNN!!"

Suaranya menggelegar di seluruh benteng dan bohong bila Jinyoung tidak merasa takut saat mendengarnya. Jinyoung melihat Jihoon tersenyum ketika hunter lainnya menyeretnya pergi dengan kasar. Jinyoung menutup gerbang besi di belakang mereka yang cukup untuk menahan para vampire, setidaknya untuk sementara. Hunter itu terus menyeret Jihoon dari satu ruangan ke ruangan lainnya sampai menutup gerbang batu. Kemudian dengan marah ia mendorong Jihoon sampai Jihoon menabrak tembok dan jatuh kesakitan. Daehwi dan Jinyoung refleks berlari ke arah Jihoon,

"Youngmin hyung! Apa yang kau lakukan!"

"Ini semua gara – gara anak brengsek itu, sial, harusnya sejak awal aku tidak membawamu! Lebih baik kau mati saja!!"

Hunter itu berteriak dengan penuh kemarahan dan mengambil senjatanya, lalu mengarahkannya pada Jihoon. Jinyoung menahan tangan hunter itu dan terjadi pergulatan di antara mereka, tapi dengan mudah ia mendorong Jinyoung dan juga Daehwi. Jihoon berusaha menolong Jihoon tapi hunter itu memukulnya sampai jatuh. Dan di saat ia mengayunkan pedangnya pada Jihoon, gerbang batu itu pecah dari luar. Jinyoung menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, sang pangeran vampire yang gagah dan penuh kharisma. Matanya berwarna merah menyala dan kedua tangannya menggenggam pedang yang berlumuran darah. Taringnya berkilauan dan ia mendesis. Daehwi gemetar ketakutan dan jatuh pingsan sementara Jinyoung menatap vampire di depannya. Ia tidak pernah merasakan ketakutan dan juga kekaguman yang luar biasa. Lai Guanlin benar – benar memiliki aura yang berbeda sekaligus berbahaya. Tidak heran ia begitu ditakuti sekaligus disegani.

Lai Guanlin melirik Jihoon dan ketika ia berjalan ke arahnya, sang hunter menyerangnya dan mereka terlibat pertarungan jarak dekat. Guanlin memainkan pedangnya dengan sempurna, akurasi dan kecepatan serangannya bukan main – main. Semua rumor tentang kehebatannya di medan pertempuran memang benar. Jinyoung menyaksikan bagaimana pertarungan mematikan tersebut, yang diakhiri dengan pedang sang vampire yang menembus dada hunter itu. Hunter itu ambruk dan sang pangeran vampire meraung atas kemenangannya. Tepat ketika ia berjalan menuju Jihoon, Jinyoung segera menyerangnya dan pedang mereka beradu.

"Minggir kau manusia brengsek!"

"Jangan dekati Jihoon!"

Guanlin mendorong Jinyoung tapi Jinyoung berhasil bertahan dan memukul balik serangan Guanlin. Sang pangeran vampire cukup kaget karena Jinyoung cukup kuat menahan serangannya. Ia semakin marah dan mereka beradu pedang kembali. Guanlin mendesis dan menunjukkan taringnya tapi Jinyoung menatapnya balik tanpa rasa takut. Suara pedang beradu terus terdengar. Guanlin berhasil memukul balik Jinyoung dan Jinyoung terjatuh, pedangnya terpental jauh dan saat Guanlin mengayunkan pedangnya untuk membunuh Jinyoung,

"GUANLIN HENTIKAN!!!!"

Jihoon berteriak. Segala sesuatu menjadi sunyi. Jinyoung pelan – pelan membuka mata dan menemukan pedang sang pangeran vampire hanya berjarak 1cm dari wajahnya. Persis di depan hidungnya.

"Kumohon.. jangan bunuh dia.."

Jihoon berkata dengan suara menahan sakit,

"Kenapa kau melindungi manusia ini Jihoon?"

Nada suara sang pangeran vampire benar – benar terdengar dingin. Ia tidak menoleh ke arah Jihoon sedikitpun. Ia masih menatap tajam manusia di hadapannya, benar – benar tergoda untuk menebasnya sampai mati. Ia tidak suka Jihoon melindungi manusia ini sementara Jinyoung tidak berani bergerak sedikitpun.

"Dia melindungiku selama berada di benteng ini, dan dia menyelamatkan nyawaku Guanlin."

Sang pangeran vampire mendengus, ia menarik pedangnya dan Jinyoung baru bisa bernapas lega. Ia meninggalkan Jinyoung dan berjalan ke arah Jihoon. Ia menatap Jihoon, mencoba memastikan apakah ada luka di wajah dan tubuhnya. Wajahnya mengernyit ketika Jihoon menahan sakit pada rusuknya. Jinyoung menyeret tubuhnya dengan terengah – engah, bersandar kepada tembok, menyaksikan dengan tidak percaya bagaimana sang pangeran vampire meraih Jihoon dengan lembut ke dalam pelukannya, dan Jihoon memejamkan mata, tersenyum bahagia dalam pelukan vampire itu.

"Bagaimana dengan yang ini? Apa kita bunuh saja hunter ini?"

Seorang vampire berjongkok di sebelah Jinyoung, menatapnya dengan penuh minat sementara Jinyoung menatapnya dengan penuh kebencian. Vampire itu hanya tersenyum dan menunjukkan gingsulnya, tidak tampak terganggu dengan tatapan kebencian Jinyoung. Vampire lainnya mengamati Daehwi yang pingsan dengan penuh minat.

"Lagipula West Minerva baru saja menyerbu. Tampaknya mereka sudah lama mengincar benteng ini. Mereka datang tepat setelah kita menyerbu gerbang utama, kemungkinan besar mereka tidak akan menyisakan siapapun."

Jihoon menengadah untuk menatap sang pangeran vampire,

"Guanlin, kumohon, kita tidak bisa meninggalkan mereka di sini. Kumohon bawa mereka bersama kita."

Guanlin dan para pengikutnya kaget dengan permintaan Jihoon. Seorang vampire bertubuh tinggi dan berambut cokelat maju,

"Itu permintaan yang terlalu berbahaya wink boy. Membawa dua hunter ke tempat yang dipenuhi vampire yang ingin membunuh mereka kurasa bukan ide yang bagus."

"Tidak jika dia di bawah perlindunganmu Guanlin."

Guanlin mendesah dengan permintaan Jihoon, wajahnya menyiratkan keraguan,

"Kumohon Guanlin, kumohon, mereka sahabat manusiaku yang pertama, aku tidak bisa, aku benar – benar tidak bisa membiarkan mereka mati."

Sebelum sang pangeran vampire sempat menjawab, seorang vampire bertubuh tinggi dengan bahu yang lebar masuk dan berkata,

"Sebaiknya kita segera pergi dari sini Guanlin, West Minerva baru saja memulai pembantaian dan dipastikan mereka tidak akan menyisakan satu orang pun. Kita tidak boleh terlibat lebih jauh."

Tepat ketika suara jeritan yang memilukan hati terdengar dimana – mana. Jihoon menutup kupingnya dan memejamkan mata, tubuhnya gemetar dan Guanlin memeluknya lebih erat,

"Baiklah, kita segera berangkat dari sini. Minhyun – hyung, kau bawa manusia yang berwajah kecil itu sementara Woojin membawa manusia yang pingsan itu. Kita harus segera pulang sebelum pagi."

Guanlin menggendong Jihoon dan Jihoon merintih ketika Guanlin menekan tulang rusuknya,

"Bertahanlah hyung, sebentar lagi kita akan pulang dan akan segera mengobati luka – lukamu."

Jihoon tersenyum di antara sakitnya dan memeluk leher sang vampire, ia mendesah dan meletakkan kepalanya di dada sang pangeran vampire dengan nyaman.

"Aku sudah berada di rumah, Guanlin."

Sang pangeran vampire membeku sejenak, ia memahami maksud Jihoon. Ia tersenyum dan mencium kepalanya dengan rasa sayang. Dalam sekejap mereka berlari keluar, dan di tengah kesadaran yang semakin menghilang, Jinyoung menatap benteng yang semakin menjauh itu untuk terakhir kalinya. Ia melihat kobaran api yang melalap habis benteng itu. Anehnya, ia tidak merasa sedih. Ia tidak tahu kemana mereka akan membawanya, tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, dan ia tidak memikirkannya lagi seiring dengan pandangannya yang semakin kabur dan semuanya menjadi gelap.



To Be Continued 




~An author, a reader, and a friend, leenaeunreal, at your service ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro