Querencia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lapangan kastil penuh dengan para prajurit vampire muda. Suara tawa dan teriakan penuh semangat ramai bergemuruh di sana. Mereka sedang berlatih bersama. Guanlin dan para bodyguardnya jelas berada di sana. Pelatih mereka adalah Oh Sehun dan Park Chanyeol, salah satu jenderal perang terbaik kepercayaan Lai Gai Woo.

Sementara Jinyoung menatap sekelilingnya dengan kepercayaan diri yang hampir menyusut. Berusaha melupakan fakta bahwa dia adalah satu – satunya manusia di antara kerumunan vampire itu dan bisa dibunuh kapan saja kalau mereka mau. Beberapa vampire menatapnya dengan penasaran dan sebagian lagi mulai terbiasa dengan kehadirannya, tapi Jnyoung mulai terbiasa dengan semua itu.

Jinyoung tak sengaja menatap balkon dan melihat Daehwi dan Jihoon tersenyum penuh semangat padanya. Mudah saja menemukan Jihoon karena sweater pink kesayangannya. Daehwi dan Jihoon melambaikan tangan berusaha menyemangatinya. Jinyoung melambaikan tangan sambil tersenyum lebar, berusaha menahan ketar ketir di hatinya. Salahkan pangeran vampire sialan itu yang memasukkannya dalam jadwal latihan para vampire. Ingatannya kembali pada 2 minggu lalu saat Guanlin mengumumkan hal itu padanya.

"Aku tidak salah dengar kan Lai Guanlin?"

"Tidak, dan aku yakin kau pasti merasa bangga karena aku sudah memilihmu untuk latihan khusus para vampire, selamat, kau hunter pertama yang bergabung dengan pasukanku."

Jinyoung mati – matian berusaha menahan dirinya untuk tidak mencekik sang pangeran vampire yang sedang tertawa terbahak – bahak. Jinyoung tidak tahu mengapa Guanlin senang sekali mengejeknya tapi bukan Jinyoung namanya jika tidak berani melawan Guanlin, tapi anehnya itu hanya membuat Guanlin semakin tertawa.

Saat itu mereka berempat sedang bermain sambil bersantai di depan perapian. Daehwi dan Jihoon sedang sibuk bermain monopoli dan berbagai makanan sudah terhidang di dekat perapian untuk para manusia. Guanlin hanya bermalas – malasan sambil tetap merangkul pinggang Jihoon dengan posesif.

"Kenapa hanya aku? Kenapa tidak mengajak Daehwi juga?"

Daehwi yang mendengar ini langsung merangkul lengan Jihoon erat dan mencebik,

"Aku harus selalu berada di dekat Jihoon."

Daehwi menjulurkan lidahnya pada Jinyoung dan membuat Guanlin dan Jihoon tertawa. Jinyoung menyipitkan matanya dengan curiga. Ia tahu bahwa Daehwi juga takut berada di tengah – tengah para prajurit vampire dan lebih nyaman berada bersama Jihoon. Dan dengan demikian, tega membiarkan JInyoung berlatih sendirian bersama sekawanan vampire.

"Bukannya Daehwi tidak mempunyai bakat, tapi aku membutuhkan Daehwi untuk selalu menemani Jihoon dan tidak membiarkannya sendirian saat aku tidak bisa berada di dekatnya. Lagipula aku lihat kau mempunyai bakat lebih dari pertempuran, Jisung hyung juga berkata kau cepat belajar, jadi kenapa kita tidak maksimalkan bakatmu dengan pelatihan bersama pasukanku? Toh kau akan mendapat berbagai ilmu yang bermanfaat nantinya."

Guanlin akhirnya berbicara dan Jinyoung menghela napas. Daehwi menatap penuh kemenangan pada Jinyoung dan Jinyoung memutar bola matanya. Mungkin tidak ada salahnya mencoba. Lagipula bau darah hunter tidak terlalu tajam untuk para vampire karena sudah didesain sedemikian rupa agar tidak menarik perhatian vampire. Dan Jung Sewoon berjanji untuk mengawasinya selama pelatihan dan menariknya pergi seandainya yang terburuk terjadi.

"Hei, kenapa kau melamun?"

Perhatian Jinyoung terpecah ketika Kim Taemin memanggilnya. Prajurit vampire muda yang seusianya dan dengan cepat berteman dengannya.

"Ah, ti, tidak."

"Ayo cepat! Katanya mereka akan mengumumkan siapa yang berduel hari ini!"

Taemin menarik Jinyoung dengan semangat dan Jinyoung menghela nafas dengan frustasi. Di akhir pelatihan selalu diadakan duel satu lawan satu antar prajurit, dan prajurit dipilih secara acak. Sebagian sangat bersemangat, dan sebagian lagi tidak terlalu semangat akan hal ini. Dan Jinyoung mati – matian selalu berdoa agar jangan sampai mereka memilih dirinya.

Prajurit yang terpilih hari ini adalah Jang Moon Bok dan Im Young Min. Dan Jinyoung mengamati dengan kagum pertarungan jarak dekat dua prajurit itu. Ada bagusnya juga Taemin menariknya duduk di paling depan sehingga ia bisa mempelajari gerakan mereka.

"Menurutmu siapa yang akan menang hari ini?"

Taemin berbisik pada JInyoung tanpa mengalihkan pandangannya dari pertarungan itu.

"Aku pikir Jang Moon Bok."

"Tidak, menurutku Im Young Min."

"Tentu saja Jang Moon Bok, kau lihat kan gerakannya lebih cepat?"

"Tapi kan serangan Im Young Min lebih akurat."

"Kalian bisa diam tidak, aku mau menonton pertarungan mereka."

Taemin dan Jinyoung menoleh ke belakang dan menemukan Kim Dong Hyun yang cemberut. Taemin dan Jinyoung tertawa geli sebelum mengalihkan fokus mereka pada pertempuran itu. Para prajurit menatap pertarungan itu dengan penuh minat dan gemuruh teriakan terdengar ketika Im Young Min berhasil mengalahkan Jang Moon Bok. Taemin berteriak frustasi sementara Jinyoung dan Kim Dong Hyun bersorak.

Sementara itu Im Young Min membantu Jang Moon Bok berdiri sambil memeluknya. Mereka tertawa satu sama lain. Hubungan persahabatan dan solidaritas antara prajurit vampire nyatanya cukup kuat meskipun terkadang mereka juga bersaing satu sama lain.

Selesai pelatihan Lai Gai Woo memanggil Oh Sehun, Park Chanyeol, dan juga putranya.

"Ada serangan di wilayah barat, pasukan kita cukup kesulitan menanganinya dan aku harap kalian bisa membantu ke sana."

Tiga orang itu menurut dan Guanlin bersiap ke ruangannya, Jihoon menyambutnya dan membantunya menyiapkan kostum perangnya.

"Kapan kau akan pulang?"

"Kalau tidak malam ini mungkin besok pagi, kaum pemberontak di wilayah barat memang cukup kuat."

Guanlin duduk di depan Jihoon ketika Jihoon yang berdiri sedang mengikat kostumnya. Jihoon menangkup wajah Guanlin dengan kedua tangannya, bayangan kekhawatiran terpancar jelas di matanya.

"Kembalilah padaku secepatnya, dalam keadaan hidup dan tidak kekurangan satu apapun."

Guanlin tersenyum dan mencium tangan Jihoon.

"Aku tidak pernah mematahkan janjiku padamu kan?"

Guanlin berdiri dan meraih Jihoon ke dalam pelukannya. Ia tahu bahwa Jihoon selalu merasa berat ketika melepas Guanlin ke pertempuran.

"Aku berjanji aku akan baik – baik saja."

Jihoon tidak menjawab dan meraih kepala Guanlin, menciumnya cepat dan keras, dan Guanlin menarik manusianya lebih dekat. Menciumnya dengan segenap hasrat. Guanlin menarik dirinya perlahan dan menatap ke dalam mata indah kekasihnya itu, bayangan kekhawatirannya telah lenyap, berganti dengan mata sayu dan ekspresi yang paling disukainya,

"Kalau aku tidak ingat bahwa aku harus pergi perang mungkin aku sudah menyeretmu ke ranjang hyung."

Wajah Jihoon memerah dan Guanlin tertawa terbahak – bahak.

Lai Gai Woo dan Jihoon berdiri di depan balkon, mengawasi kepergian Guanlin dan pasukannya. Guanlin melambaikan tangan kepada dua orang yang paling disayanginya itu dan Jihoon melambaikan tangan, dengan senyuman paling lebar. Namun setelah Guanlin pergi, Jihoon akan menangis di dada Lai Gai Woo. Dan Gai Woo akan menenangkan Jihoon. Selalu seperti itu.

Jinyoung dan Daehwi menatap Jihoon dan Lai Gai Woo dengan bingung sampai Jaehwan muncul di sebelah mereka,

"Jihoon memiliki hati yang sangat lembut dan sensitive, dan ia membenci pertempuran tapi selalu berhati – hati dalam menunjukkan emosinya karena tidak ingin membuat Guanlin khawatir."

Jinyoung menatap adegan di depannya dan merenungkan bahwa beban perasaan Jihoon cukup besar. Seorang kekasih yang harus melepas orang yang dicintainya pergi ke medan pertempuran setiap saat. Itulah sebabnya Guanlin menginginkan Daehwi dan dirinya untuk selalu menemani Jihoon saat dirinya pergi berperang. Supaya Jihoon tidak tenggelam dalam perasaannya sendiri. Dan setiap Guanlin kembali ia akan memastikan selalu meluangkan waktu untuk Jihoon.

"Kenapa mereka tidak menikah saja? Toh Lai Gai Woo juga sudah merestui hubungan mereka."

Jaehwan tersenyum sedih dan berkata,

"Tidak semudah itu Jinyoung. Pernikahan antara spesies yang berbeda masih sulit diterima dan masih banyak orang takut terhadap anak – anak campuran. Banyak juga anak – anak berdarah campuran yang diburu untuk dibunuh. Lagipula perang masih terjadi dimana – mana. Aku yakin bahwa Guanlin dan Jihoon sudah memikirkannya hanya saja mungkin sekarang belum saatnya."

"Lagipula, dua dari empat dewan vampire tidak menyukai Jihoon karena keadannya sebagai manusia. Hingga saat ini mereka masih belum menerima Jihoon sepenuhnya. Mereka masih mengawasi Jihoon dan masih penasaran dengannya."

Jaehwan tersenyum, menepuk bahu Jinyoung dan berlalu pergi. Jinyoung sebenarnya tidak terlalu kaget dengan fakta ini. Satu – satunya alasan kenapa Jihoon masih hidup sampai saat ini adalah karena Lai Gai Woo dan Lai Guan Lin yang menyayangi dan melindunginya. Namun ini menimbulkan satu pertanyaan baru di kepala Jinyoung mengenai siapa sebenarnya Jihoon dan mengapa seakan ia begitu istimewa?

Begitu Jihoon kembali, Jinyoung segera melupakan hal itu dan bersama Daehwi berusaha menghiburnya. Mereka menunjukkan berbagai lelucon dan Jihoon mulai tertawa. Ditambah Jisung yang sangat memperhatikan mereka. Namun Jinyoung cukup peka untuk menyadari sebuah pola aneh bahwa dimana ada Jaehwan di situ tidak akan ada Jisung dan sebaliknya. Seolah mereka saling menghindari untuk bertemu.

Jihoon melakukan rutinitasnya seperti biasa dan Daehwi serta Jinyoung dengan setia menemaninya. Hari berlalu dengan cepat, dan menjelang pagi Jihoon mendengar derap kuda. Senyum mengembang di wajahnya dan ia berlari ke arah balkon. Benar saja, pasukan Guanlin telah kembali.

Jihoon berlari turun untuk menyambut Guanlin dan pasukannya, tapi sebuah teriakan bergaung di kastil itu,

"JUNG SEWOON AKU BUTUH BANTUANMU!!"

Daniel berteriak masuk dengan kostum perang berlumuran darah, ia juga terlihat berusaha menahan sakit sambil memegang bahunya, kemudian mengusap darah dari kepalanya. Sekelompok pasukan membawa Guanlin yang berbaring di tandu, berlumuran darah dan mengerang kesakitan. Secara refleks Jisung, Jung Sewoon, dan Jinyoung berlari menuju kerumunan vampire dan menolong mereka. Situasi kastil menjadi mencekam karena sebagian besar pasukan vampire terluka cukup parah.

"Aku butuh air hangat dan kain bersih!"

Jinyoung, Daehwi, dan Jihoon bersama para pelayan berlarian kesana kemari. Berusaha menyiapkan obat – obatan dan perlengkapan medis lainnya.

"Daniel! Apa yang terjadi!"

Lai Gai Woo dan Jaehwan berlari menuju kerumunan dengan wajah penuh kecemasan. Daniel duduk di pinggir tangga dan Ong Seongwoo mengobati luka – lukanya.

"Kami berhasil menyingkirkan kaum pemberontak, tapi harus kuakui mereka cukup kuat. Ada pihak lain yang membantu kaum pemberontak, aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya. Namun mereka segera mundur ketika kaum pemberontak mulai mengalami kekalahan. Kami kesulitan mengalahkan mereka pada awalnya sampai Guanlin maju menyerang mereka terlebih dahulu. Guanlin berhasil membuka jalan untuk kami, tapi akibatnya ia terluka cukup parah."

"Baik, tolong pastikan semua prajurit yang terluka memperoleh perawatan Daniel."

Lai Gai Woo segera berlari menuju putranya yang masih terbaring, Jung Sewoon dan Jihoon berada di dekatnya, dan Jihoon tidak pernah melepaskan tangan Guanlin sedikitpun,

"Sewoon! Bagaimana keadaan putraku?"

"Lukanya cukup parah, tolong segera pindahkan Guanlin ke ruangannya, bahunya tertusuk pecahan senjata dan aku harus segera mengeluarkannya agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut."

Tapi tidak semudah itu mengeluarkan pecahan senjata itu karena Guanlin terus mengerang kesakitan dan tubuhnya terus memberontak.

"Tolong bantu aku menahan Guanlin!"

Jinyoung dan Jaehwan menahan kedua tangan Guanlin tapi Guanlin masih terus memberontak dan berteriak, Tidak tahan melihat kekasihnya seperti itu, Jihoon pun maju memeluk Guanlin,

"Jihoon! Jangan mendekat atau Guanlin bisa menyakitimu!"

Tapi Jihoon tidak mempedulikan semua itu, karena di matanya ia hanya melihat Guanlin, ia hanya mempedulikan sang pangeran vampire yang dicintainya. Jihoon memeluk Guanlin yang sedang kalap, dan secara refleks mata Guanlin memerah dan menggigit bahu Jihoon tanpa peringatan terlebih dahulu.

Jihoon menahan rasa pedih yang menyiksa ketika taring tajam Guanlin mengoyak kulitnya dan ia malah berteriak,

"Cepat obati lukanya selagi ia mengisap darahku! Cepat!"

Guanlin mengisap darah Jihoon dengan penuh nafsu sementara Jihoon berusaha membisikkan kata – kata menenangkan di telinga Guanlin. Dan tanpa mempedulikan rasa sakitnya ia justru memeluk Guanlin lebih erat. Karena satu kebahagiaan Jihoon adalah ia memiliki Guanlin kembali dalam pelukannya. Dengan cekatan Sewoon beraksi dan luka itu berhasil tertutup. Namun Guanlin masih tidak melepaskan Jihoon yang mulai melemas dalam pelukannya,

"Segera pisahkan mereka! Jihoon bisa mati jika Guanlin mengisap darahnya terlalu banyak!"

Jisung dengan susah payah melepaskan mereka dan sementara itu Lai Gai Woo dan Jaehwan menyeret Guanlin keluar ruangan.

"Ambilkan infus dan vitamin!"

Jisung menggendong Jihoon yang sudah tidak sadarkan diri ke tempat tidur. Secepat kilat Jinyoung dan Daehwi membawa peralatan yang dibutuhkan dan Jisung dengan cekatan memasang infus, membersihkan luka Jihoon, dan meminumkan vitamin serta beberapa obat padanya. Daehwi dan Jinyoung hampir menangis melihat keadaan Jihoon sampai Jisung berkata,

"Jihoon akan baik – baik saja."

Daehwi pun memeluk Jinyoung untuk menahan tangisnya, sementara Jinyoung keluar untuk mengecek teman – teman vampirenya.

Sementara itu Lai Gai Woo dan Jaehwan berhasil membaringkan Guanlin yang terlelap ke kamarnya. Sewoon mengusap keringatnya sambil berkata,

"Guanlin akan baik – baik saja, aku sudah mengobati lukanya, lagipula dia mengisap darah Jihoon cukup banyak, dia akan segera sembuh."

Lai Gai Woo dan Jaehwan menghela napas lega dan vampire tua itu membelai surai hitam putranya dengan penuh rasa sayang,

"Tapi kalian harus melihat ini."

Sewoon mengulurkan pecahan senjata yang berhasil dikeluarkannya dari tubuh Guanlin,

"Sejujurnya aku tidak percaya saat aku melihatnya, hampir 17 tahun aku tidak pernah melihat senjata ini lagi."

Lai Gai Woo dan Jaehwan menatap benda yang berada di tangan Sewoon dengan tidak percaya. Pecahan panah yang terbuat dari logam tipis dengan ukiran rumit di seluruh permukaannya. Senjata khas para penyihir, yang telah musnah 17 tahun yang lalu.

"Bukankah kaum penyihir sudah punah sejak peperangan terakhir?"

"Apakah mereka yang membantu kaum pemberontak tadi?"

"Tampaknya mereka sudah kembali."

Ucapan Lai Gai Woo seketika menghentikan ucapan Jaehwan dan Sewoon. Vampire tua itu menghela napas dan menyimpan pecahan senjata itu dalam kotak.

"Kalian cari informasi sebanyak mungkin tentang mereka, dan tolong rahasiakan hal ini dari siapapun, aku tidak ingin membuat kekacauan di tengah pasukan kita."

Jaehwan dan Sewoon mengangguk dan keluar dari ruangan tersebut. Lai Gai Woo duduk di kursinya dan menghela nafas dengan kasar. Ia memutuskan keluar ruangan dan mengunjungi Jihoon yang juga masih berbaring tidak sadarkan diri. Jisung, Daehwi, dan Jinyoung ada di sana untuk menemaninya.

"Bagaimana keadaan Jihoon?"

"Jihoon baik – baik saja, ia akan siuman beberapa jam lagi."

"Bagus, beristirahatlah, kalian sudah bekerja keras hari ini."

Lai Gai Woo keluar ruangan dan mengecek keadaan para prajurit sebelum kembali ke ruangannya. Suasana kastil akhirnya tenang kembali. Para vampire sudah beristirahat. Menjelang pagi Jisung masih menunggu Jihoon dengan sabar. Ia sudah menyuruh Daehwi dan Jinyoun untuk beristirahat duluan. Pintu ruangan terbuka dan Jisung menoleh, namun ia segera tersenyum ketika ia melihat Guanlin yang datang.

"Bagaimana keadaanmu Guanlin?"

"Aku sudah lebih baik hyung, bagaimana keadaan Jihoon hyung?"

"Ia juga sudah lebih baik, tekanan darahnya sudah stabil, ia hanya perlu banyak istirahat dan banyak makan. Jangan khawatir Jihoon akan segera sembuh."

"Boleh aku tidur bersama Jihoon, Jisung hyung?"

"Tentu saja boleh, aku akan meninggalkan kalian berdua, istirahatlah oke?"

Jisung membelai kepala Guanlin dengan sayang dan menutup pintu di belakangnya. Guanlin mendekat dan naik ke atas tempat tidur, berbaring di sebelah Jihoon tanpa suara. Tangannya terulur, membelai lembut pipi Jihoon yang kehilangan rona alaminya.

Hatinya sakit ketika ia menatap keadaan Jihoon seperti ini. Terbaring tidak sadarkan diri dengan infus yang menancap di lengannya. Dan yang menyedihkan, ini bukan pertama kalinya. Vampire yang terluka parah bisa menyembuhkan dirinya atau minimal mengurangi lukanya dengan meminum darah manusia segar lebih banyak. Namun semakin parah luka vampire tersebut, semakin banyak darah manusia yang dibutuhkan. Pada beberapa kasus sang vampire bisa sembuh namun sang manusia bisa mati karena kehabisan darahnya.

Jihoon perlahan membuka matanya dan ketika menoleh ia menemukan Guanlin yang menatapnya dengan air mata berlinang. Jihoon membalikkan tubuhnya menghadap Guanlin, dan tersenyum lembut,

"Apa kau baik – baik saja Guanlinnie?"

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu hyung."

Jihoon membelai wajah Guanlin. Ia tidak suka melihat ekspresi terluka di wajah Guanlin,

"Kenapa wajahmu sedih seperti itu hmm?"

"Kenapa kau adalah manusia dan kenapa aku adalah vampire?"

Suara Guanlin serak, sarat dengan kepedihan dan Jihoon mati – matian menahan air matanya. Tangan Guanlin terulur membelai lembut pipi Jihoon,

"Aku benci dengan fakta bahwa aku harus mengisap darahmu untuk bertahan hidup. Aku benci dengan fakta bahwa aku harus menyakitimu seperti ini. Dan aku benci, saat aku harus menyakitimu untuk bertahan hidup."

Jihoon menghela napas dan berkata dengan lembut,

"Tidak ada yang salah dengan dirimu sebagai vampire dan aku sebagai manusia. Malah, di saat seperti ini, aku bahagia karena aku adalah manusia. Karena jika aku vampire, aku tidak akan bisa menyembuhkanmu saat kau terluka parah. Sedikit rasa sakit kadang kita perlukan, supaya kita benar – benar hidup. Dan aku merasa benar – benar hidup saat bersamamu. Dan karena kau vampire kau bisa melindungiku bukan? Ingatkah sudah berapa kali kau menyelamatkan nyawaku dari musuh?"

Air mata Jihoon jatuh saat ia melanjutkan kata – katanya,

"Terima kasih sudah kembali padaku."

Guanlin memeluk Jihoon dengan erat dan mencium puncak kepala Jihoon. Ia mencintai Jihoon, sedalam rasa cinta yang dirasakan Jihoon padanya. Jihoon memeluk Guanlin dengan erat dan tidak ingin melepaskannya.

Terlepas dari fakta bahwa ia adalah sang pangeran vampire dan tanggung jawab yang harus dipikulnya sejak kecil, Guanlin tetaplah seorang remaja vampire berusia 17 tahun yang juga mempunyai rasa kekhawatiran dan ketakutan. Tapi anehnya, seorang manusia lemah mampu menguatkan hatinya, menemaninya di saat ia terluka, dan mendampinginya saat ia menangis. Kehangatan dan kelembutan hati Jihoon mampu mencairkan kebekuan dalam hati Guanlin, mengobati lukanya, dan menyingkirkan ketakutannya. Jihoon adalah alasannya untuk kembali, dan juga alasannya untuk bertarung, untuk menciptakan sebuah dunia yang aman baginya dan Jihoon. Dunia dimana ia bisa bahagia bersama Jihoon tanpa ada peperangan dan kebencian.

Terdengar klise karena Guanlin tahu bahwa Jihoon sebenarnya membenci peperangan. Tapi Guanlin tidak punya cara lain, ia akan melakukan apapun untuk memastikan Jihoon tetap aman dan tetap di sampingnya. Bahkan meskipun itu berarti dia harus terjun ke medan perang dan mengalahkan musuh – musuhnya. Rasa takut tidak akan membawamu kemanapun, dan keberanian yang Jihoon berikan justru menguatkan hatinya untuk menghadapi segala situasi, bahkan yang terburuk sekalipun. Karena keberanian seorang manusia untuk mencintai seorang vampire, dan keberanian sang vampire untuk melindungi manusia kesayangannya...



To Be Continued




~ leenaeunreal, an author, a reader, and a friend, at your service ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro