The Mother of Spiders

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Guanlin berusaha menghindari serangan Hanbin. Ia tidak benar – benar berusaha menyerang balik dan masih mencoba untuk meyakinkan Hanbin,

"Aku bukan pembunuhnya!"

"Jangan banyak bicara kau vampire pengecut!"

"Pikir baik – baik Hanbin! Jika memang aku adalah pembunuh Chaeyeon, apakah kau mencium bau darah Chaeyeon dariku, dari senjataku, atau bahkan teman – temanku?!"

Pertanyaan itu agaknya membuat logika Hanbin bergerak. Ia mundur meskipun masih menggunakan posisi waspada.

"Kau adalah Cerberus yang terkenal dengan indera penciumanmu Hanbin, maka dari itu buktikanlah, apa benar ada bau darah atau bekas darah Chaeyeon dari aku, senjataku, maupun teman – temanku."

"Lalu siapa yang melakukan ini?"

Tanya Hanbin perlahan, namun sarat dengan kekecewaan. Guanlin menggelengkan kepala dan berkata pelan,

"Kami sungguh tidak tahu, saat kami datang sudah seperti ini keadaannya. Darahnya masih hangat yang berarti ia baru saja dibunuh ketika kami datang. Kunci miliknya juga entah kenapa tidak diambil."

Suasana menjadi hening sampai Jihoon berkata,

"Kalau kau sendirian maukah bergabung dengan kami? Kita akan lebih kuat jika bersama – sama."

Namun Hanbin menatap Jihoon dengan aneh,

"Kau... manusia yang terjatuh itu?"

Jihoon mengangguk dan Hanbin hanya menggerutu,

"Kulepaskan kalian kali ini, sampai bertemu di arena terakhir, aku akan mengambil kunci Chaeyeon dari kalian setelah aku menemukan pembunuhnya."

Hanbin pun pergi dan menghilang entah kemana sementara Guanlin dan yang lain dengan lega melanjutkan perjalanan. Namun sejauh apapun mereka berjalan, mereka tidak menemukan satu pun bangunan Mercusuar. Sejauh mata memandang pun tidak ada bangunan tinggi sama sekali. Guanlin dan yang lain pun memutuskan beristirahat di sebuah oasis dengan kolam yang cukup besar. Mark mulai menggerutu dengan berkata,

"Bagaimana kita menemukan mercusuar putih itu? Sementara semuanya hanya padang pasir, beberapa pohon kristal, perbukitan, dan oasis?"

"Kau lupa memang tidak ada yang logis di area ini."

Guanlin seperti tersentak ketika mendengar kata - kata Sunmi dan berkata,

"Sunmi, kau memang jenius!"

Guanlin kemudian melihat ke arah kolam yang terlihat pendek itu. Air kolam itu sangat bening sehingga mereka bisa melihat sampai ke dasar kolam. Ia berjalan dan air kolam itu hanya sampai sepinggangnya, namun ia masih mencoba berjalan terus ke tengah dan tiba – tiba tenggelam saat mencapai tengah kolam,

"GUANLIN!"

Jihoon berusaha mengejar Guanlin tapi ditahan oleh Jeong In. Tidak berapa lama Guanlin muncul ke permukaan dan tersenyum lebar,

"Ketemu, The White Mercusuar itu ada di bawah air."

"APA?!"

Jihoon, Sunmi, Jeong In, dan Mark berteriak secara serempak. Guanlin terkekeh dan berkata,

"Benar kata Sunmi bahwa tidak ada yang logis di area ini, dan jika kita sudah mencari di darat tapi tidak menemukannya, kenapa kita tidak mencoba mencari di bawah air? Kolam ini juga salah satu tipuan lainnya. Dari atas seolah terlihat airnya tidak begitu dalam dan kita bahkan bisa melihat seisi kolam sampai ke dasarnya, sehingga tidak akan ada yang berpikir untuk mencoba berjalan sampai ke tengah, dan jika kalian mau tahu, di tengah adalah sebuah lubang yang cukup dalam dan jika kalian menyelam sedikit kalian sudah bisa melihat bangunan itu di bawah air. Tampaknya semua kolam mengarah pada bangunan itu yang artinya kita bisa memasuki bangunan itu dari kolam manapun, tapi kita tidak menyadarinya karena terlalu terfokus pada daratan."

"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita segera ke sana!"

Mark berteriak dengan semangat dan segera berlari dan melompat ke tengah kolam. Benar saja, sesampainya di tengah kolam satu persatu mereka jatuh tenggelam. Kolam itu ternyata lebih besar dan lebih dalam dari yang mereka duga. Benar bahwa penampakan batu – batuan di dasar kolam hanya tipuan, terutama di bagian tengah. Mereka semua berenang, berusaha menyelam ke bawah air.

Namun mereka tidak tahu bahwa mereka tidak sendirian di bawah air itu. Sesuatu di bawah air sudah mengamati mereka sejak tadi.

Guanlin mengingatkan mereka untuk tetap berenang bersama, namun tiba - tiba sesuatu menyambar Jihoon yang tepat berada di sebelahnya. Jihoon berjuang antara menahan napasnya dan berusaha memberontak pada apapun yang sedang membawanya berenang menjauh dari Guanlin. Makhluk itu bergerak sangat cepat dan cengkeramannya pada tubuh Jihoon sangat kuat. Sementara dari jauh Jihoon bisa melihat bahwa temannya sedang bertarung dengan beberapa makhluk yang berusaha menyeret mereka ke bawah. Jihoon menoleh ke bawah dan melihat ratusan tubuh di dasar air, yang kaki atau tubuhnya diikat dengan rantai besi yang tersambung dengan bola besi. Sebagian besar sudah berupa tengkorak, namun pandangannya terfokus pada tubuh Hanbin di dasar danau. Jihoon berusaha semakin memberontak tapi makhluk itu membawa Jihoon ke depannya sehingga kali ini Jihoon bisa melihat bentuknya dengan jelas.

Makhluk itu adalah putri duyung. Sangat cantik dengan sepasang mata tajam dan bibir yang mungil namun penuh. Jihoon pernah membaca informasi mengenai bangsa duyung di buku, tapi baru kali ini dia bertemu langsung dengan mereka. Mereka adalah penguasa bawah air dengan kemampuan adaptasi yang mengagumkan. Memiliki penciuman yang sangat tajam di bawah air. Mereka bisa hidup di air laut maupun air tawar. Umumnya bangsa duyung memang memiliki tubuh yang panjang sekaligus langsing, rata – rata panjangnya 1 meter, bahkan bisa lebih. Insang mereka berada di belakang leher. Semakin tua usia duyung maka mereka akan semakin kuat dan bisa mengubah ekornya menjadi kaki dan berjalan di daratan. Selain itu semakin tua usia duyung, mereka akan semakin lancar berkomunikasi dengan makhluk lain. Tubuhnya dipenuhi sisik. Mereka hanya memiliki 4 jari dengan selaput di antaranya. Giginya kecil tapi tajam, sangat bermanfaat untuk membunuh dan mengoyak lawannya. Dan matanya besar, dengan bola mata berwarna hijau pekat. Kebalikan dengan penampilannya yang mengerikan, bangsa duyung adalah herbivora yang hanya memakan tumbuhan dan rumput laut. Mereka tidak menyerang ikan karena menganggap ikan dan segala makhluk air adalah saudaranya. Para duyung juga tak pernah menyerang kecuali diserang duluan, terutama jika makhluk asing memasuki wilayahnya.

Putri duyung itu mendekat dan anehnya Jihoon terdiam, seperti terhipnotis dengan penampilannya. Ia mengulurkan tangan dan Jihoon memejamkan mata ketakutan. Tapi yang terjadi, telapak tangan duyung itu dengan lembut membelai kepala Jihoon. Dan sebuah kubah udara membungkus kepala Jihoon membuatnya bisa bernapas. Ia menatap duyung itu, dan menatap matanya yang teduh dan dalam,

"Kenapa kau menolongku? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Dan duyung itu menggeleng serta berbisik pelan di kepala Jihoon,

"Karena bangsamu sudah menolong bangsaku. Dan bangsaku tidak membenci bangsamu.."

Suaranya merdu dan halus, seperti dengungan pelan di dalam kepala. Ia menatap rantai besi di leher Jihoon dengan ekspresi sedih dan membelai lembut bahu Jihoon, seolah menguatkannya. Putri duyung itu lantas mengangkat tangannya dan membuat mereka berhenti menyerang Guanlin dan kawan – kawannya.

"Siapa namamu?"

"Namaku Tzuyu, Ikuti aku, aku akan membawamu ke pintu menara bawah air itu."

Putri duyung itu dengan lembut menarik tangan Jihoon dan otomatis teman – temannya mendekati Jihoon, namun Jihoon menarik tangan putri duyung itu dan berkata,

"Temanku di bawah air, bolehkah aku menyelamatkannya? Tolong izinkan dia ikut dengan kami."

Putri duyung itu menatapnya sejenak dan mengangguk lalu memerintahkan teman – temannya membawa tubuh Hanbin yang lemas ke arah mereka. Sampai di depan pintu putri duyung itu berniat pergi, namun ia menatap Guanlin dengan penuh benci sambil memamerkan giginya sementara Guanlin hanya terdiam.

"Kenapa kau bisa berada di sini dan bahkan berada dekat dengannya? Hampir ratusan tahun vampire tidak pernah mengikuti turnamen ini lagi karena terlalu sibuk dengan peperangan kalian sendiri."

Tapi Guanlin tidak menjawab apapun dan putri duyung itu mendesis kesal. Jihoon menyentuh tangannya dan berkata dengan lembut,

"Terima kasih Tzuyu – sshi."

Putri duyung itu melunak dan melembut saat menatap Jihoon namun matanya kembali memicing tajam saat menatap Guanlin yang berdiri di sebelah Jihoon. Entah karena alasan apa ia tidak menyembunyikan kebenciannya pada Guanlin.

"Berhati – hatilah dengan vampire ini."

Ia berbisik pada Jihoon sementara Jihoon menatapnya bingung. Ia lantas mencium pipi Jihoon, kemudian berenang menjauh bersama kawanannya. Jihoon dan kawan – kawannya memasuki istana itu dan langsung memasuki ruangan penuh udara. Mark dan Sunmi tampak terbatuk – batuk sementara Jihoon berusaha menolong Hanbin. Jihoon memukul dada Hanbin sampai Hanbin terbatuk dan mengeluarkan sejumlah air,

"Syukurlah kau baik – baik saja Hanbin-sshi."

Jihoon berbaring terengah – engah di sebelah Hanbin sementara Mark berkata dengan heran,

"Aku tidak tahu kau ternyata mengenal bangsa duyung Park Jihoon."

"Tidak, aku tidak mengenal mereka, dia hanya mengatakan bahwa bangsaku sudah menolong bangsanya, dan bahwa bangsanya tidak membenci bangsaku, tapi aku juga tidak tahu apa maksudnya."

"Aneh, setahuku bangsa duyung tidak melakukan kontak sama sekali dengan manusia. Aku hanya tahu bahwa bangsa duyung cukup dekat dengan beberapa spesies seperti para centaur dan kaum penyihir, tapi tidak semua juga. Apa kau tahu sesuatu Guanlin?"

Guanlin menggeleng dan berkata,

"Aku juga tidak paham apa maksudnya mengatakan hal itu."

Mark dan teman – temannya kebingungan sementara Guanlin hanya terdiam. Tidak lama kemudian secara otomatis pakaian mereka yang tadinya basah kuyup menjadi kering total, dan tenaga mereka mulai kembali. Mereka berada di ruangan yang cukup luas dan terbuat dari bata putih. Ruangan itu terasa hening dan dingin, terasa sunyi tanpa kehidupan. Dan jika mereka berjalan ke tengah ruangan, mereka bisa melihat puluhan lantai sampai ke puncak,

"Memang hanya Leeteuk yang cukup gila untuk membangun sebuah menara dengan ratusan anak tangga di bawah air, yang dikelilingi para duyung."

"Apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus menaiki tangga itu satu persatu?"

"Tampaknya begitu."

Saat Mark sedang melihat ke atas tiba – tiba ia menghindar dan Vernon muncul dari atas. Ia berusaha menebas Mark namun untunglah Mark berhasil menghindar. Hyunjin juga loncat di sebelahnya, namun ia kelihatan menolak menatap Guanlin dkk. Vernon tersenyum sinis menatap Hanbin. Sementara Hanbin yang menatap Hyunjin langsung meraung marah dan berusaha menyerang Hyunjin. Namun Vernon menahan serangan Hanbin sampai pedang mereka bertemu.

"KAU! Kau yang membunuh Chaeyeon!"

Terdengar bunyi pedang beradu dan Vernon tertawa,

"Cerberus dan penciumannya yang hebat, aku memang tidak bisa menyembunyikan bau darah temanmu bukan? bagaimana kabar Hades, ah maksudku Choi Seung Hyun?"

Hanbin menggeram marah dan mendorong Vernon. Ia sibuk bertarung dengan Vernon ketika Guanlin mendengar nyanyian lembut dari belakangnya. Ia langsung memasang posisi waspada ketika mendengar nyanyian Banshee mengerikan itu, Jeon Soyeon. Ia tak menyangka bahwa si banshee sampai juga ke sini. Atau jangan – jangan ia bekerja sama dengan Vernon?

Sementara Sunmi berhadapan dengan Hyunjin,

"Kenapa kau tega mengkhianati kami Hyunjin?"

Hyunjin tidak menjawab pertanyaan itu dan melanjutkan serangannya pada Sunmi.

"JIHOON!"

Sunmi berusaha menghadapi serangan Hyunjin sambil memanggil Jihoon dan Jeong In karena dua orang itu sedang berhadapan langsung dengan si Banshee. Soyeon memiringkan kepalanya dan tersenyum menatap Jihoon. Sementara itu Jaehyun dan Taeyong muncul di belakang Soyeon, mereka loncat dari atas menuju ke bawah, dan kemudian menyerbu Guanlin. Jaehyun dan Taeyong dengan sengaja menyerang Guanlin dan mengalihkannya ke arah lain, berusaha memisahkannya dengan Jihoon. Mark berusaha menolong Guanlin dan melawan Taeyong. Dan kemudian si Banshee menyerang Jeong In dan melemparnya ke dinding. Setelah Jeong In pingsan ia mengalihkan perhatiannya pada Jihoon.

"Lari.. Jihoon..lari..ke atas..."

Jeong In berkata terpatah – patah sebelum jatuh pingsan dan Jihoon segera berlari ke atas tangga dan Soyeon mengejarnya. Tawa mengerikannya menggema di antara dinding batu mercusuar itu.

"HANBIN!"

Guanlin berteriak histeris ketika pedang Vernon menembus dada Hanbin. Hanbin memuntahkan sejumlah darah sebelum Vernon menarik kunci miliknya dan kunci Chaeyeon dari lehernya dan menendang Hanbin keluar jendela, dimana para duyung yang kelaparan sudah menunggu Hanbin sekali lagi. Guanlin berusaha menyelamatkan Hanbin tapi ia gagal dan Guanlin meraung, menyaksikan para duyung dengan penuh semangat mencabik dan menarik tubuh Hanbin ke dasar danau.

"Bajingan kau Vernon! Kenapa kau harus membunuhnya?"

"Kenapa tidak?"

Setelah menjawab itu Vernon hanya tertawa sambil mengedipkan mata pada Guanlin sebelum berlari mengejar Soyeon dan Jihoon. Guanlin berusaha mengejar mereka tapi Jaehyun menghentikannya, ia berkata dengan lembut

"Mau kemana kau pangeran vampir, masih ada aku di sini."

Guanlin menggeram penuh amarah dan segera bertarung melawan Jaehyun.

Sementara itu Sunmi berhasil membanting Hyunjin ke dinding dan memerangkapnya dengan senjatanya,

"Haruskah kau berkhianat? Atau jangan – jangan kau memang mata – mata dari awal."

"Aku bukan mata – mata!"

Kata – kata Sunmi agaknya mengusik Hyunjin sampai Hyunjin yang sedari tadi diam berteriak dengan marah,

"LALU KENAPA!?"

Sunmi berteriak dengan penuh amarah dan Hyunjin membalas teriakannya,

"AKU TIDAK PUNYA PILIHAN!"

Sunmi dan Hyunjin sama – sama terdiam meskipun mereka saling bertatapan dengan penuh amarah. Sunmi melepaskan Hyunjin dan membiarkannya jatuh ke tanah,

"Jihoon benar – benar terluka kau tahu, dia tidak menyangka bahwa kau akan mengkhianatinya, dia menganggapmu sebagai temannya..."

"Aku bukan temannya!"

Sunmi hanya tersenyum dan berkata,

"Kau boleh berbohong kepada siapapun, tapi kau tidak bisa membohongiku Hyunjin. Kalau memang kau tidak menganggapnya teman, kenapa kau mengkhawatirkan nyawanya?"

Hyunjin memejamkan mata dan sekilas ekspresi terluka Jihoon muncul di kepalanya,

"Vernon mengatakan bahwa ia tahu dimana Felix, dan ia mengatakan bahwa Felix masih hidup. Aku tidak punya pilihan selain mengikutinya."

"Vernon berbohong, bisa jadi dia hanya memanfaatkanmu Hyunjin. Kau tahu bukan, dia bahkan membunuh partnernya sendiri di turnamen lalu, menikamnya dari belakang dan menyobek jantungnya, kau pikir dia tidak akan melakukan hal yang sama padamu? Lagipula lihat sekarang, dia bahkan meninggalkanmu."

Hyunjin menjambak rambutnya sendiri dan meraung penuh kemarahan, tapi hanya Sunmi yang menyadari bahwa teriakannya penuh dengan kepedihan. Sunmi menunduk dan mendekati Hyunjin yang berlutut di tanah,

"Kita akan mencarinya Hyunjin, kita akan menemukan Felix, dan kita akan keluar bersama – sama. Bertahanlah sebentar lagi."

Hyunjin mengangguk lemah dan Sunmi menoleh, ia berusaha mencari Jeong In dan heran karena ia tidak menemukan Jeong In dimanapun. Namun ketika ia menoleh ke pojok, ia sangat terkejut melihat seekor laba – laba raksasa tengah membungkus tubuh Jeong In. Laba – laba berbulu dengan tinggi mencapai satu meter dan berwarna hitam itu tengah asyik membungkus tubuh Jeong In dengan jaringnya sampai tidak menyadari bahwa Sunmi diam – diam mendekat dan langsung membelah laba – laba raksasa itu. Sunmi segera menarik tubuh Jeong In sementara darah kehitaman laba – laba itu membasahi lantai. Sunmi berusaha menarik Hyunjin juga tapi Hyunjin diam terpaku dan menunjuk ke atas.

Sunmi menoleh, dan bagaikan mimpi buruk, ia melihat puluhan laba – laba hitam raksasa berbulu menuruni dinding. Besarnya bervariasi tapi tingginya rata – rata mencapai 1 meter. Guanlin dan Mark yang sedang bertarung dengan Jaehyun dan Taeyong pun sama – sama terdiam, dan Mark berkata,

"Aku tarik kata – kataku, Leeteuk tidak hanya cukup gila untuk membangun kastil yang dikelilingi duyung tapi juga memelihara laba – laba raksasa di dalam kastil itu."

"Dengar, aku tidak tahu apa kalian memihak Vernon atau bagaimana, tapi kali ini kita harus bekerja sama membunuh laba – laba ini. Kita masih bisa bertarung lagi setelah menghabiskan laba – laba ini dan mencapai lantai atas bagaimana?"

Guanlin berteriak pada Jaehyun di sebelahnya dan Jaehyun terdiam, ia lantas tersenyum dan berkata dengan santai,

"Tawaran diterima."

Jaehyun berbisik kepada Taeyong. Taeyong hanya mengangguk patuh dan memasang kuda – kuda. Bersiap melawan sekumpulan laba – laba raksasa di hadapannya. Guanlin dan kawan – kawannya pun melawan puluhan laba – laba raksasa itu, sambil sesekali menatap ke atas dan berdoa dalam hati,

"Bertahanlah Jihoon, kumohon bertahanlah sampai aku datang."

Guanlin hampir membunuh semua laba – laba raksasa itu sampai sebuah raungan wanita terdengar. Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam muncul dan menangisi mayat laba – laba yang terbelah dan berserakan,

"Kalian.. membunuh.. anak – anakku.."

Wanita itu bangkit, air matanya berwarna hitam dan matanya penuh kemarahan. Guanlin perlahan mundur karena dari auranya, ia yakin wanita ini bukan wanita sembarangan.

"Brengsek... dia permaisuri bangsa laba – laba, Chungha, kenapa dia bisa berada di sini.."

Mark berbisik takut dan Guanlin mulai merinding. Ia paham rasa takut yang dirasakan Mark karena Chungha adalah Ratu siluman laba – laba yang sudah berusia ratusan tahun. Ia salah satu makhluk yang paling kuat dan ditakuti sampai menghilang entah kemana bersama para laba - labanya. Semua orang menyangkanya sudah meninggal dan Guanlin tidak mengerti kenapa ia cukup sial untuk bertemu dengannya, di dalam turnamen ini.

Dalam beberapa detik, tiba – tiba Mark dan Jaehyun tumbang di sebelahnya, dan ketika Guanlin menoleh lagi, Taeyong, Sunmi, dan Hyunjin juga jatuh. Kemudian Guanlin merasakan rasa nyeri di dadanya saat ia melihat kuku wanita itu menancap di tubuhnya. Ia bahkan tidak tahu kapan wanita itu bergerak. Guanlin merasakan rasa sakit yang hebat di seluruh tubuhnya dan kesulitan untuk bernapas. Sebelum ia jatuh, Guanlin masih menyebutkan nama Jihoon, sebelum semuanya menjadi gelap...



To Be Continued



~ An author, a reader, and a friend, leenaeunreal, at your service ~



Halo sheyeng – sheyengku semua, apa kabar kalian? Sehat semuanya? Ku kangen kalian huhuhu :') Maaf karena lama banget adpetnya, tapi jangan kuatir aku masih di sini, masih bersama kalian, masih mencintai wanana dan panwink sampai saat ini hihihi. Terima kasih karena masih inget sama ff ini, bener2 makasih banget, dan aq ga lupain kalian juga kok, Cuma berbagai kesibukan dan urusan di real life aja hufh. Bagi yang lupa ceritanya gpp, silakan baca lagi dari awal hehehe ^^

Udah siap ngikutin petualangan Guanlin dan kawan – kawan menuju arena keempat? Apa ya kira – kira yang menunggu Guanlin di kawan – kawan di arena keempat? Kira – kira siapa yang bakal tetap hidup dan siapa yang bakal mati hayooo?

See you in the next chapter ^^



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro