Through The Eyes Of Cupid (M)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Turnamen The Cyclops Hunt ke 106 telah berakhir, dan menyisakan berita panas yang tersebar ke seluruh Dunia Kegelapan. Guanlin telah membawa perubahan paling menakjubkan dalam turnamen, dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah sang juara mengembalikan hadiahnya untuk membebaskan rekan – rekan sesama peserta. Lai Guanlin menjadi sebuah nama yang semakin tersebar di masyarakat, banyak yang menganggapnya pahlawan, meskipun banyak juga yang menganggapnya ancaman. Posisi The East Cassylum semakin kuat, dan bersamaan dengan itu Guanlin juga memperoleh aliansi sekaligus musuh baru. Seperti Chungha, Jaehyun, dan Taeyong yang kini malah menjadi musuh baru Guanlin. Namun Guanlin juga mendapat kawan baru seperti Jeon Soyeon, Sunmi, Hyunjin, bahkan Vernon. Dino dan Ten tampak netral meskipun mereka mengakui bahwa mereka berhutang budi pada Guanlin karena membawa mereka keluar dengan selamat dari turnamen. Di sisi lain Jisung hampir pingsan ketika mendengar apa yang terjadi pada Jihoon dari Jinyoung dan Daehwi.

Soyeon beberapa kali mengunjungi The East Of Cassylum, tentunya ditemani dengan Vernon. Dan meskipun tidak mau mengakuinya, Vernon tampaknya mulai menganggap Guanlin sebagai temannya.

"Untuk apa kau datang kemari?"

"Jangan besar kepala, aku tidak datang untuk menemuimu, aku hanya menemani Soyeon karena ia bersikeras menemui Jihoon."

Guanlin menghela napas dan berkata dengan wajah serius dan tatapan tajam,

"Baiklah, tampaknya aku tidak punya pilihan kecuali harus melakukan ini.."

Vernon seketika merinding. Ia tidak bisa membayangkan apa yang dipikirkan oleh vampire sialan ini. Apa vampire ini berniat membunuhnya dengan Soyeon? Atau membantai sukunya?

"Baiklah.. Aku akan.. menjadi kakakmu.. Itu yang kau inginkan bukan?"

Ekspresi Vernon seketika memucat, kemudian berubah menjadi ingin muntah, dan kemudian memerah karena emosi dan malu. Vernon mencabut pedangnya dan mengayunkannya ke arah Guanlin dengan penuh emosi,

"JANGAN BERMIMPI KAU VAMPIRE SIALAN!"

Guanlin tersenyum lebar, mencabut pedangnya dan pada akhirnya Vernon dan Guanlin akan bertarung di lapangan kastil. Meskipun Guanlin juga senang karena Vernon merupakan lawan yang sepadan baginya. Dentuman keras terdengar bersamaan dengan suara pedang mereka yang beradu. Biasanya para prajurit dan ksatria akan menonton pertarungan mereka dengan kagum dan penasaran sementara Sewoon dengan sigap berada di dekat lapangan untuk mencegah salah satu dari mereka terluka parah. Bila mereka sudah kelelahan barulah Jisung menyajikan makanan sehingga Vernon dan Guanlin bisa berbicara secara normal. Setelah mendengar tentang pil penyembuh klan Direwolf, Guanlin berminat untuk bertransaksi mengenai pil penyembuh itu. Dan meskipun awalnya berlangsung cukup alot (karena Guanlin dan Vernon sama – sama tidak mau mengalah), akhirnya titik tengah kesepakatan ditemukan juga. Guanlin dan Vernon juga sepakat untuk merahasiakan mengenai pil penyembuh dari orang – orang luar untuk sementara waktu, demi kebaikan klan Direwolf sendiri. Sementara para lelaki bertarung, Soyeon memilih bermain atau ngobrol bersama Jihoon. Nyatanya Soyeon juga menjadi cepat akrab dengan Jin young dan Daehwi.

Bersamaan dengan berakhirnya turnamen kegelapan itu, keberadaan Jihoon malah menjadi terekspos. Semua makhluk kegelapan menjadi penasaran terhadap Jihoon dan hubungannya dengan kaum Vampire. Dan jangan salahkan Guanlin bila setelah ini ia menjadi semakin protektif pada Jihoon. Kemarin saja mereka bertengkar karena Guanlin berniat menambah 3 pengawal untuk Jihoon yang jelas saja ditolak oleh Jihoon dan juga Bae Jin Young. Terutama Bae Jin Young yang merasa tersinggung karena menganggap Guanlin meremehkan kemampuannya dan ia hampir saja mengajak Guanlin untuk duel jika tidak dihentikan oleh Daehwi dan Jihoon.

Beberapa waktu lalu Lai Gai Woo dan Guanlin memberikan hadiah kepada Jihoon. Dan Jihoon sangat terkejut ketika mereka memberinya sebuah telur naga. Telur Naga The Black Azure.

"I, ini, tapi kan.. bagaimana bisa.."

Jihoon gugup dan memegang telur naga itu dengan gemetar sementara Guanlin dan ayahnya tersenyum.

"Kemarin LeeTeuk menghubungi kami. Dia bilang terlepas dari apapun yang terjadi, dia menganggap Guanlin juaranya dan memberikan hadiah telur naga ini pada kita. Dan Guanlin mengatakan bahwa ia sudah berjanji untuk memberikannya padamu bukan?"

Jihoon tersenyum memandang telur naga itu dengan takjub. Ia membatin bahwa tampaknya LeeTeuk tidak seburuk penilaiannya. Jihoon memberi kecupan kepada Guanlin dan Lai Gai Woo.

"Terima kasih ayah, terima kasih Guanlin."

Guanlin dan ayahnya tersenyum sambil membelai kepala Jihoon. Telur naga hanya akan menetas dengan tenaga luar biasa yang diberikan pemiliknya. Namun apabila tidak menetas bisa dijadikan benda penangkal sihir yang sangat efektif. Guanlin dan ayahnya merasa tenang memberikan ini kepada Jihoon karena meskipun tidak bisa menetaskannya, telur ini bisa menjadi pelindung bagi Jihoon.

"Oh ayah, aku mau bertanya kenapa namanya The Black Azure juga? Apakah telur naga ini memiliki keterkaitan dengan senjata legendaris itu?"

"Iya betul. Sebenarnya nama senjata legendaris itu diambil dari nama jenis naga ini karena selain naga ini memiliki wujud fisik dan aura berwarna hitam gelap, seperti pedang itu. Jenis naga The Black Azure sudah jauh lebih lama ada dibandingkan dengan pedang itu, meskipun sekarang jenis mereka sudah hampir punah."

Jihoon mengangguk paham dan memeluk telur naga itu erat – erat. Ia segera menyimpannya di dalam kamarnya dan Guanlin. Situasi berjalan seperti biasa di kastil East Cassylum. Seperti suasana menjelang malam ini, cuaca cerah dengan cuaca yang sejuk, dan Jihoon memilih beristirahat di kamarnya. Ia berjemur di depan jendela kamarnya sambil menggosok tubuhnya dengan minyak bunga Assayre. Jendela kamar Jihoon dan Guanlin mempunyai tempat duduk memanjang yang bisa dimanfaatkan untuk duduk sambil mengamati pemandangan dari jendela. Bunga Assayre sendiri adalah bunga khusus bagi bangsa Dunia Kegelapan, bunga ini merawat kecantikan kulit sekaligus menyembuhkan luka. Cara menggunakannya mudah, kelopak bunganya yang berwarna biru keemasan dihancurkan sampai menghasilkan minyak keemasan. Hebatnya, daun dan batangnya yang kasar bisa digunakan sebagai scrub untuk mengangkat kulit mati. Jihoon mengetahui tentang bunga ini dari sahabat barunya, Jeon Soyeon, si banshee yang ternyata sangat menyukai Jihoon. Jihoon memang tergolong rajin dan telaten merawat tubuhnya.

Soyeon juga menceritakan rahasianya bahwa sebenarnya ia adalah tunangan Vernon. Hubungan mereka disembunyikan karena pernikahan antar spesies yang berbeda masih tergolong tidak lazim. Mereka dijodohkan atas hubungan kerja sama yang menguntungkan antar suku, meskipun Soyeon diam – diam mencintai Vernon. Perasaan Vernon kepada Soyeon sendiri tidak pernah diungkapkan secara jelas meskipun Vernon tidak menolak pertunangan itu. Vernon juga tidak menolak ketika Soyeon mengajukan dirinya menjadi peserta untuk melindungi Vernon, meskipun ada kemungkinan Soyeon akan mati di dalam turnamen. Soyeon sendiri mengakui bahwa ia sudah beberapa kali berhubungan intim dengan Vernon, dan pria dingin itu mulai melunak padanya. Dan Soyeon juga mengakui Vernon berubah menjadi lebih baik setelah turnamen itu, dan menjadi lebih terbuka padanya. Itulah salah satu alasan kenapa Soyeon menjadi akrab dengan Jihoon, karena mereka sama – sama mencintai lelaki yang berbeda spesies dengan mereka. Soyeon juga tidak ragu membagi beberapa trik di ranjang untuk Jihoon 😊

Ia hanya menggunakan kemeja putih milik Guanlin dan membuka 3 kancing kemejanya sambil menggosok area leher dan dada. Ia sudah selesai menggosok bagian kaki dan pahanya, dan masih asyik menggosok sambal melamun dan bersenandung kecil tanpa menyadari Guanlin memperhatikannya dari tadi.

Guanlin baru saja masuk ke ruangannya ketika ia melihat Jihoon yang sedang duduk sambil mengoleskan minyak ke bagian kaki dan pahanya yang mulus, disertai cahaya matahari sore yang menyinarinya. Bagi Guanlin, tidak ada pemandangan yang jauh lebih indah dibandingkan ini. Jihoon di bawah sinar matahari, begitu bersinar, begitu indah seperti fatamorgana yang nyata, yang menempati tempat paling istimewa dalam hatinya. Jika ada seseorang yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan lebih dari sekali, itu adalah Jihoon. Dan ia tidak yakin tidak akan ada makhluk lain yang bisa mencintai Jihoon sedalam rasa cintanya pada Jihoon.

Jihoon masih tidak sadar dengan keberadaan Guanlin, namun ketika ia mendongak, ia baru sadar ketika Guanlin meletakkan kedua tangannya di antara dirinya dan tembok. Guanlin menunduk, memerangkap Jihoon dengan tatapannya. Wajah mereka saling berhadapan. Untuk sesaat mereka saling bertatapan di bawah cahaya matahari yang lembut, sampai Jihoon memajukan wajahnya dan mengecup bibir Guanlin pelan,

"Kau benar – benar mengagetkanku."

Seulas senyum mengembang di bibir Guanlin, ia menurunkan kepalanya dan berbisik di kuping Jihoon sebelum mencuri ciuman di pipi Jihoon,

"Kau cantik. Aku sampai salah mengira bagaimana mungkin ada bidadari bersembunyi di dalam kamarku.

"Hei! Aku ini laki – laki!"

Jihoon memukul Guanlin dengan kesal namun tertawa geli karena Guanlin berbisik di telinganya dan Guanlin tersenyum. Baginya, tawa dan senyuman Jihoon adalah hal yang paling indah dan istimewa. Ia yakin bahkan hingga ratusan tahun ia tidak akan bosan melihat atau mendengarnya.

Guanlin langsung menggendong Jihoon dan secara refleks Jihoon memeluk leher Guanlin. Guanlin hanya tersenyum dan membawa Jihoon ke ranjang raksasa mereka. Ia menjatuhkan Jihoon di tengah kasur dan ikut bergabung dengannya. Ia mencium bibir Jihoon dengan penuh nafsu dan Jihoon membalasnya tak kalah panas. Guanlin menjilat dan mencium leher Jihoon membuat Jihoon mendesah pelan. Tapi desahan lembut itu malah membangkitkan nafsu sang pangeran vampir.

"Aku ingin memakanmu sekarang juga Jihoon - hyung."

Tahu apa maksud kekasihnya, Jihoon berbisik pelan,

"Kalau begitu kunci pintunya dan tutup jendelanya, ah apakah kau sudah bilang Daehwi dan Jinyoung agar tidak mencariku?"

Sambil mengunci pintu dan menutup jendela Guanlin berkata,

"Tenang saja aku sudah menyuruh Daehwi dan Jinyoung untuk membantu Jisung – hyung seharian, sehingga mereka tidak akan menganggu kita. Aku juga sudah menyelesaikan seluruh tugas dan urusanku sehingga tidak ada yang akan mencariku hingga besok pagi. Kalaupun ada yang mencariku aku sudah menyerahkan semuanya kepada Daniel hyung dan Seongwu hyung."

Jihoon tertawa sebelum Guanlin dengan tidak sabar meloncat ke atas tubuhnya, Guanlin benar – benar sudah merencanakan agar tidak ada yang mengganggunya dan Jihoon. Guanlin meraba tubuh Jihoon, menyentuh seluruh bagian kulitnya yang lembut dan menikmati ekspresi nikmat Jihoon. Baginya Jihoon seperti opium, candu yang tak pernah berakhir. Ia mengendus leher Jihoon dengan penuh nafsu,

"Dirimu benar – benar membuatku gila Jihoon - hyung.."

Sesaat mereka bertatapan sebelum berciuman kembali. Tangan Guanlin dengan mudah menanggalkan kemeja dan celana dalam Jihoon, membuatnya telanjang seutuhnya di hadapan kekasihnya. Terekspos di depan mata Guanlin tanpa sehelai benang pun. Guanlin suka, sangat suka. Ia sangat menyukai memandang Jihoon seperti ini. Suatu kebanggaan dan kepuasan dalam hatinya bahwa hanya ia yang bisa memandang, menyentuh, dan menikmati Jihoon seperti ini.

"Kenapa hanya aku yang telanjang."

Jihoon merengek dengan muka memerah dan Guanlin tertawa karena Jihoon malah terlihat semakin menggemaskan. Kemudian tanpa melepaskan pandangan mereka, Guanlin membuka pakaiannya satu demi satu penuh kepercayaan diri, dengan senyum menggoda. Jihoon menggigit bibirnya dan ia bisa merasakan wajahnya memanas hebat. Bohong bahwa hati dan tubuhnya tidak tergetar melihat tubuh telanjang sang pangeran vampir. Meskipun sebenarnya ini bukan pertama atau kedua kalinya mereka melihat tubuh telanjang satu sama lain. Guanlin benar – benar memiliki otot yang kekar, bahu yang bidang, tubuh yang tinggi, dan bekas luka luka pertempuran yang malah membuatnya semakin gagah di mata Jihoon. Terkadang Jihoon masih sulit percaya bahwa Guanlin masih berusia 18 tahun, lebih tepatnya lebih muda dua tahun dari Jihoon.

Dan ketika mata Jihoon turun ke bawah ia bisa merasakan wajahnya semakin terbakar sementara Guanlin tersenyum lebar. Well, secara teknis mereka memang memiliki kelamin yang sama, hanya ukuran yang berbeda. Milik Guanlin yah, secara teknis juga jauh lebih besar daripada Jihoon, nafsunya juga 😊

Guanlin dengan santai berjalan dan duduk di kursi sofa besar di depan ranjang mereka. Ia dengan santai duduk, tersenyum menantang sekaligus menggoda sambil membuka kakinya lebar – lebar,

"Ayo ke sini Jihoon - hyung, duduk di pangkuanku."

Jihoon menggigit bibirnya, berjalan pelan ke arah Guanlin dan duduk di atas perut Guanlin. Ia bisa merasakan kelamin raksasa Guanlin bergesekan dengan belahan pantatnya.

"Bukankah kau bilang kau paling suka gaya di atas?"

Wajah Jihoon memerah ketika Guanlin menggodanya, tapi Jihoon tidak mau kalah, ia menundukkan wajahnya sampai berhadapan dengan wajah Guanlin berkata,

"Tapi aku paling suka saat membuatmu kehilangan kendali tuan vampire."

Lantas Jihoon menjilat leher Guanlin, ia membiarkan dada dan perut mereka saling bergesekan dan ia bisa merasakan Guanlin menggeram karenanya. Mereka berciuman dengan panas. Lidah Jihoon terus turun ke bawah, ia menjilat dan menggoda puting Guanlin, dan masih turun terus ke bawah sampai ia berhadapan dengan kejantanan Guanlin yang menegang. Jihoon bisa melihat kabut nafsu di mata Guanlin dan ia menyukainya. Ia suka, sangat suka saat ia membuat Guanlin berekspresi seperti itu. Jihoon langsung memasukkan kejantanan Guanlin ke dalam mulutnya, mengisapnya dan menjilatnya sementara Guanlin meremas rambutnya. Kepala Jihoon naik turun dengan penuh semangat dan Guanlin melenguh merasakan kenikmatan itu.

"Jihoon - hyung.. hentikan.. aku akan.."

Tapi Guanlin tidak sanggup melanjutkan kata – katanya karena mulut hangat dan basah Jihoon benar – benar membuatnya lupa diri sampai ia mencapai puncak di mulut Jihoon. Kejantanannya berkedut hebat di mulut Jihoon dan Jihoon dengan sengaja mengisapnya, menelan sperma sang pangeran vampire. Jihoon melepaskan mulutnya, sedikit terbatuk sambil menghapus jejak sperma Guanlin di bibirnya. Guanlin menutup mulut Jihoon dan berbisik,

"Telan semuanya, jangan sisakan satu apapun."

Dan Jihoon hanya bisa mengumpat di balik tangan Guanlin walaupun ia tetap mengikuti keinginan Guanlin. Guanlin terkekeh dan menggendong Jihoon, menjatuhkan tubuhnya di tengah kasur.

"Kau tahu aku tidak akan selesai hanya dengan sekali kan?"

Jihoon tersenyum nakal dan berbisik,

"Aku juga tidak akan puas hanya dengan sekali."

Guanlin terkekeh dan berbisik, "Manusia kecil kesayanganku." Sebelum mulai mencumbu kekasihnya dengan panas dan Jihoon mendesah hebat. Kali ini lidah Guanlin terus turun ke bawah sampai ia menemukan targetnya. Jihoon seketika mendesah ketika merasakan kejantanannnya di dalam mulut Guanlin. Jihoon merintih dan menjambak rambut Guanlin, namun Guanlin semakin mengisapnya dengan penuh nafsu dan Jihoon berteriak, meledak dengan rasa nikmat ketika ia mencapai puncaknya di dalam mulut Guanlin. Guanlin mencium Jihoon dengan brutal, memaksanya merasakan dirinya sendiri. Memaksanya menyerah ke dalam kenikmatan. Jihoon masih lemas ketika Guanlin mulai memposisikan diri di atasnya, memaksa membuka kedua kakinya dan berikutnya yang Jihoon rasakan adalah sesuatu yang keras dan panas memaksa masuk ke dalam tubuhnya. Sejujurnya meskipun sudah berkali – kali, ia masih belum terbiasa dengan ukuran raksasa Guanlin.

"Sa.. sakit!"

Namun Guanlin malah terkekeh sambil mencium dahi Jihoon yang berkeringat,

"Masih saja ketat seperti perawan, meskipun kita sudah berulang kali bercinta."

Jihoon mendesah lagi ketika Guanlin mulai bergerak dengan pelan, dan kemudian semakin cepat. Bibir Guanlin beralih dan menancapkan gigi tajamnya di dada kiri Jihoon dan Jihoon merintih dengan rasa sakit sekaligus nikmat. Guanlin mengisap darah Jihoon dengan penuh nafsu, sambil terus menggerakkan tubuh bagian bawahnya keluar masuk dengan cepat. Suara rintihan, desah nafas, derit ranjang, dan bunyi kecipak dari dua tubuh yang saling beradu memenuhi kamar itu. Guanlin lantas menjilat bekas luka itu dan dengan cepat bekas lukanya menghilang. Tanpa rasa geli Jihoon meraih bibir Guanlin, kini merasakan darahnya sendiri sambil berciuman panas dengan sang vampir. Jihoon merasa gila setiap kali ia bercinta dengan Guanlin. Ia tidak tahu bahwa rasa sakit dan nikmat yang beradu itu membuatnya tidak bisa berhenti. Tapi tidak, ia tidak akan meminta Guanlin berhenti, karena ia juga menginginkannya.

Tubuh Guanlin gemetar dan Guanlin mengerang hebat ketika mencapai puncaknya di dalam tubuh Jihoon. Tubuh Guanlin ambruk ke atas Jihoon, tapi Jihoon memeluknya dengan erat, menghirup dalam - dalam bau keringat sang vampire. Guanlin berguling ke samping dan membawa Jihoon ke dalam pelukannya. Jihoon tersenyum dan ketika ia berusaha bangun, Guanlin menariknya ke tubuhnya, membuat Jihoon gugup.

"Kau mau kemana?"

"A, aku mau minum.."

"Tapi kita belum selesai."

Dan berikutnya yang Jihoon tahu, Guanlin sudah berada di belakangnya dan membuatnya merangkak, bertumpu dengan kedua lutut dan tangannya. Jihoon bisa merasakan dada Guanlin yang berkeringat di punggungnya dan suara Guanlin yang berbisik dengan penuh nafsu,

"Kau membuatku gila Jihoon - hyung.."

Kemudian sekali lagi kejantanan Guanlin memasuki lubang Jihoon. Membuat Jihoon berteriak kesakitan dan juga karena rasa nikmat. Posisi ini membuat Guanlin masuk lebih dalam ditambah tangan Guanlin memainkan kelamin Jihoon. Saat Jihoon akan mencapai puncak, Guanlin menggigit bahu kanan Jihoon dengan penuh nafsu dan sekali lagi mengisap darah Jihoon.

"Guanlin! Sakit!"

Jihoon menahan air matanya karena gigi Guanlin menancap dengan dalam namun Jihoon tidak bisa bergerak, tubuh Guanlin yang sekuat besi menahannya dengan sempurna, membuatnya tidak bisa bergerak dan tunduk dalam kuasa laki – laki itu. Ada kalanya bila terlalu nafsu Guanlin dapat menyakiti Jihoon. Guanlin pun menjilat bekas lukanya dan seketika lukanya menutup. Jihoon mengambil nafas di antara debaran jantungnya. Ia terus bergerak sambil menjilat punggung Jihoon yang berkilau penuh keringat. Dan mereka terus menikmati percintaan itu sepanjang malam.

Menjelang pagi Guanlin baru puas, namun tidak selelah Jihoon. Nafsu Guanlin tidak main – main dan Jihoon berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya. Ia baru saja berusaha memejamkan mata ketika merasakan sesuatu milik Guanlin mengeras lagi dan Guanlin mulai merangkak ke atasnya. Jihoon melotot, menatap Guanlin dengan tidak percaya dan berkata,

"Lagi?"

"Jangan salahkan nafsuku, salahkan saja kecantikanmu yang terlalu indah dan membuatku lupa diri."

"Tapi ini sudah 4 kali! Pantatku benar – benar sakit!"

Guanlin menyeringai dan dengan wajah memerah Jihoon mengulurkan kedua tangannya untuk mencubit dan menarik kedua pipi Guanlin, membuat sang vampire mengaduh kesakitan.

"Aku serius dengan kata – kataku!"

Guanlin dengan kesal menggosok kedua pipinya yang memerah. Cubitan Jihoon bukan main – main dan ia benar – benar meringis kesakitan. Guanlin pun mengurungkan niatnya dan memilih memainkan anak rambut Jihoon. Masih ada malam – malam lainnya, batin Guanlin dalam hati. Kemudian dengan ekspresi penasaran Jihoon meletakkan kepalanya ke atas bantal, menatap Guanlin, dan bertanya dengan jahil,

"Bagaimana jika aku sudah tua nanti? Saat wajahku berkerut dan kulitku mengendur, aku tidak akan secantik saat ini bukan?"

Guanlin tersenyum, ikut membaringkan kepalanya di bantal sampai wajah mereka saling bertatapan.

"Tidak masalah. Dulu, sekarang, atau nanti, aku akan tetap mencintaimu. Tubuh kita boleh menua dan melemah, tapi perasaanku padamu tidak akan berubah."

Jihoon terdiam. Berusaha mencari kebohongan di mata Guanlin tapi ia tidak menemukannya. Ia malah melihat ketulusan dan cinta di dalamnya. Guanlin tersenyum sambil membelai kepala Jihoon dengan sayang, dan dengan malu Jihoon menyembunyikan kepalanya ke dada Guanlin. Guanlin hanya tertawa dan menarik selimut, memeluk Jihoonnya lebih erat. Menikmati saat dimana mereka hanya berdua, dalam cinta dan kedamaian. Untuk sesaat melupakan dunia berserta segala masalahnya.


...


Namun terlepas dari kebahagiaan yang dirasakan Guanlin dan Jihoon, kejahatan nyatanya sudah merayap dan bergerak di tempat lain. Terlihat LeeTeuk yang sedang berada di kantornya sambil membaca sebuah laporan. Pintu ruangannya terbuka dan ketika melihat siapa yang masuk wajahnya seketika memucat,

"Kau.. apa yang kau lakukan di sini.."

"Tentu saja untuk mengambil senjata itu. Aku tidak menyangkanya bahwa selama ini kau menyimpannya di dalam arena itu."

"A.. aku akan menyerahkan senjata itu, ta, tapi kumohon jangan bunuh aku.."

Makhluk itu menghela napas dan berkata,

"Baiklah, aku berjanji tidak akan membunuhmu, aku hanya menginginkan senjata legendaris itu."

LeeTeuk gemetar ketakutan sambil menyerahkan pedang The Black Azure. Dan di saat makhluk itu berusaha memegangnya, tegangan listrik berwarna hitam menguar dari pedang itu, seolah menolak disentuh oleh makhluk itu. Makhluk itu mengguman kesal namun melawan tegangan listrik itu sampai ia bisa memegang pedang itu. Seketika tegangan listrik berwarna hitam menyelimuti makhluk itu dan sebuah ledakan terjadi, membuat Lee Teuk terlempar sampai menabrak dinding. Lee Teuk mendekati makhluk itu dan makhluk itu tersenyum sambil memegang pedang itu,

"Heh, sulit juga menaklukkan pedang ini, sesuai namanya, senjata legendaris ini memang luar biasa."

LeeTeuk menatapnya dengan kaget. The Black Azure telah memilih Lai Guanlin sebagai majikannya, dan setpanjang pengetahuannya, ikatan itu tidak akan bisa diputuskan, kecuali dalam 2 situasi. Majikan yang sebelumnya mati atau majikannya yang baru jauh lebih kuat dari majikan sebelumnya maupun The Black Azure sendiri. Keringat dingin mengalir di dahi LeeTeuk, baginya kekuatan dan kemampuan Guanlin sudah mengerikan tapi sekuat apa monster ini sampai ia bisa mengendalikan The Black Azure?

LeeTeuk jatuh berlutut di hadapannya dan berkata dengan gemetar,

"Ku.. kumohon ampuni aku.. k,k,k,kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan."

Makhluk itu tersenyum dan menyarungkan The Black Azure, ia berjalan ke sebelah LeeTeuk dan menepuk bahunya dengan santai,

"Tenang saja aku tidak akan membunuhmu."

Leeteuk bernapas lega dan sedetik kemudian lelaki itu berjalan pergi,

"Tapi bohong."

Dan detik berikutnya LeeTeuk memuntahkan sejumlah darah. Saat ia melihat ke bawah, ia melihat pedang The Black Azure menembus dadanya. Makhluk itu menancapkan pedangnya tepat di punggung Leeteuk sampai menembus jantungnya. Ia bahkan melakukannya tanpa berbalik atau menatap LeeTeuk. Makhluk itu kemudian mencabut pedangnya tanpa melihat ke arah LeeTeuk dan meninggalkan tubuh LeeTeuk yang bersimbah darah. Ia tidak perlu membersihkan darah di pedang itu karena darah itu akan menjadi makanan dan sumber energi bagi The Black Azure. Dengan kata lain semakin banyak pedang itu menyerap darah, pedang itu akan menjadi semakin kuat dan tak terkendali. Pedang itu memancarkan aura hitam seakan masih meminta darah. Makhluk itu berjalan ke luar dan menatap bulan yang bersinar terang. Makhluk itu tersenyum menatap bulan dan berbisik,

"Akhirnya.. era baru akan segera dimulai.."



To Be Continued



~ An author, a reader, and a friend, leenaeunreal, at your service ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro