07

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Esoknya adalah hari libur yang kosong. Tubuhku masih menempel di kasur walau hari sudah mulai siang. Aku beranjak dari kasurku, mencari air minum untuk melegakan tenggorokan yang mulai kering ini.

Saat aku keluar terlihat para lelaki yang juga sedang bermalas-malasan. Tentu saja mereka nggak punya kerjaan selain melindungi orang yang tak pantas di lindungi. Aku. Sungguh tidak berguna.

"Oh nona, adakah yang bisa saya bantu?" tanya Glau yang memegang sapu dan serok di tangannya. Sepertinya habis bersih-bersih.

"Tidak, kau sangat banyak membantu. Aku hanya mencari air untuk di minum."

"Akan saya ambilkan," kata Glau yang langsung berbalik.

"Nggak perlu!" seruku sambil berlari kecil mendekatinya.

Akhirnya Glau membiarkan aku mengambil minumanku sendiri sedangkan ia menyiapkan makan siang. Tak lama setelah itu terdengar bunyi bel pintu.

"Biar aku aja yang buka," kataku yang melihat Rio mulai berdiri dengan buku yang terbuka di tangannya.

"Nona yakin?" tanya Rio bingung.

"Tentu saja, kenapa tidak?" tanyaku sambil mengangkat kedua bahuku dan tetap berjalan menuju pintu. Lagi pula aku perlu sedikit berjalan.

Saat membuka pintu terlihat seseorang yang mengenakan pakaian merah dengan topi yang sama sambil mengulurkan sebuah tempat pizza.

"Maaf? Kayaknya kami nggak pesan deh," kataku sembari mengingat perlakuan mereka yang sering meminta izin dariku walaupun ke kamar kecil sekalipun dan Ruber juga termasuk.

"Benarkah? Saya rasa inilah tempatnya." Mataku menatap bingung warna rambutnya yang sebelah panjang, walaupun suaranya lelaki dan berwarna silver yang sedikit kebiruan. "Pesanan dengan nama Alsovi."

"Tunggu, apa? Alsovi?!"

"Nona!"

Seketika pita pink keluar dari bungkus pizza yang telah dibuka dan mengeliliku dengan cepat. Tak butuh waktu sampai sekelilingku gelap, hanya suara seruan kini samar-samar menghilang.

......

Author POV

Di suatu tempat yang redup, seseorang membuka kelopak matanya pelan. Ia melihat sekelilingnya dan dapat ia simpulkan bahwa ia ada di penjara.

Orang itu mulai bangkit, mengambil posisi duduk lalu berdiri dan berjalan entah kemana. Ia berhenti sejenak lalu menoleh ke sampingnya yang terdapat wastafel dan cermin di sana.

Ia dapat melihat wajahnya yang tak berubah, warna rambutnya masih hitam dan terlihat ikal, baju dan jaketnya yang masih ia pakai. Tiba-tiba terdengar langkah kaki yang menggema di antara ruangan-ruangan yang ada di sini. Tak lama terlihat seorang gadis smp yang lebih kecil dari R*se dan Er*c menghampirinya. Gadis itu memeluk bonekanya dengan wajah datar.

"Akhirnya kau bangun juga, bagaimana perasaanmu?" tanya gadis kecil itu terdengar kawatir.

"Biasa saja, aku hanya merasa bahwa aku telah mengalami tidur yang sangat nyenyak. Jika boleh aku bertanya.... ini authornya copas dari ceritanya yang lain ya?" tanya Novi dengan wajah datar sambil melepas rambut palsu di kepalanya serta jaket di tubuhnya.

"Iya, dia menjiplak dari cerita lamanya yang telah tamat," kata gadis--maksudnya lelaki--yang melepas rambut palsunya juga dan melempar boneka di tangannya ke sembarang arah.

Rambut merah jambu yang keriting ditambah baju sailor berwarna pink dan putih menambahkan kesan ia seperti anak perempuan. Mata hijaunya yang mengedip beberapa kali ditambah bulu mata lentiknya menambah kesan imut.

"Cewek bukan?"

"Aku laki-laki!" serunya kesal.

Novi menahan tawanya melihat ekspresi marahnya yang membuat lelaki kecil itu bertambah imut. "Jadi kalian-lah yang ingin menculikku?" tanya Novi sambil berpegangan pada besi di depannya.

"Itu benar," kata seseorang yang berjalan mendekati mereka. Rambut silver kebiruannya yang pertama kali terlihat dan ia memasang senyum dengan kedua alis terangkat. "Apakah anda terluka?"

"Mirip Glau..."

"Apa?" tanya lelaki berambut biru pucat itu bingung.

"Nggak! Bukan apa-apa. Oh iya, aku tidak apa-apa. Terima kasih."

"Syukurlah," katanya sambil tersenyum lembut.

"Kau tahu, ia menyalahkan dirinya sendiri saat nona tidak bangun seharian loh," kata seseorang dengan senyum kecil.

"Kau!" seru Novi sambil menunjuk lelaki yang baru saja datang.

"Yo nona, tidurmu nyenyak?" tanya lelaki yang berambut hitam sambil mengangkat sebelah tangannya.

Novi menatap datar lelaki itu lalu menatap kedua lelaki lainnya. "Lalu? Ada lagi? Atau hanya kalian bertiga?"

Ketiga lelaki itu saling menatap satu sama lain lalu kembali melihat Novi. "Tidak, hanya kami," kata si rambut silver itu mewakilkan kedua temannya.

"Oke.... lalu izinkan aku berteriak beberapa kata," kata Novi yang menahan sesuatu ingin keluar dari tubuhnya.

"Tentu, tapi nona harus tahu kalau tak ada yang bisa mendengar nona," kata lelaki berambut hitam itu.

"Tenang saja, 'kan ada kalian," kata Novi sambil tersenyum miring. Perkataan itu sukses membuat ketiga lelaki itu terdiam dan Novi langsung berteriak, "APA YANG TERJADI SEBENARNYA?! MENGAPA BANYAK SEKALI IKEMEN?! MEMANGNYA INI REVERSE HEREM APA?! DIKIRA OTOGE KALI YA?!"

Tentu saja teriakan itu hanya bisa dibalas tatapan bingung karena mendengar bahasa asing di telinga ketiga lelaki itu.

"Sudah kelima lelaki itu ditambah tiga lagi di tempat ini. Bener-bener dah mirip banget sama otoge. Tinggal opsi aja milih sama siapa," gerutu Novi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nona," panggil lelaki berambut hitam itu yang membuat Novi melihat ke arahnya. "Apa yang nona bicarakan? kami tak mengerti bahasa yang nona keluarkan."

"Abaikan saja itu dan jelaskan untuk apa kalian menculikku kemari?" tanya Novi kesal.

Ketiga lelaki itu saling melirik satu sama lainnya yang membuat Novi berpikir ketiga lelaki itu melakukan kontes tatapan. "Sebenarnya itu adalah rahasia, nona tunggu saja," kata lelaki berambut hitam itu dengan senyum tanpa dosa.

"Sungguh kita akan merahasiakan ini Ezra?" tanya lelaki berambut pink itu melihat lelaki berambut hitam itu sambil dengan ekspresi cemasnya.

"Akan sedikit menyusahkan kalau kita bilang yang sebenarnya, Deron. Kita tidak mungkin bisa menghentikannya," kata lelaki yang dipanggil Ezra tadi dengan wajah sedikit panik.

"Biar ku tebak. Soal Alsovi lagi?" tanya Novi dengan ekspresi datarnya.

"Dari mana.."

"Dimana ada ikemen yang menghampriku pasti soal Alsovi. Apa lagi?" Perkataan lelaki berambut silver itu dipotong Novi. "Yah terserah kalian tapi aku juga minta syarat biar aku duduk manis," ancam Novi.

Si rambut silver menegakkan punggungnya untuk mempersiapkan diri, begitu juga dengan yang lainnya. "Apa yang anda inginkan?"

"Hp," kata Novi yang membuat ketiga lelaki itu menatap Novi tak percaya. "Apa? Memangnya apa yang kalian pikirkan huh? Duniaku adalah game. Mana bisa aku berdiam di satu tempat seharian tanpa membuka game?"

"Tetapi bagaimana jika anda menghubungi mereka dengan alat itu?" tanya si rambut silver.

"Akan aku hapus telepon, sms, sosmed atau apapun itu yang bisa menghubungkan mereka. Tapi itu rada sia-sia sih, mereka kan nggak punya hp ataupun alat komunikasi denganku selain mulut dan telinga," kata Novi dengan gaya berpikir.

Suara tawa menggema di tempat itu dan semuanya melihat ke arah Ezra. "Kau selalu membuatku terkejut dengan pikiranmu nona. Mithnite pergilah dan jangan lupa nyalakan telepatimu," kata Ezra masih dengan senyum lebarnya.

Si rambut silver, Mithnite menghebuskan nafasnya pasrah. "Baiklah, aku pergi dulu." Dalam hitungan detik, Mithnite hilang dari pengelihatan mereka.

"Mithnite huh? Nama yang bagus."

"Tentu saja, yang memilih nama adalah nona," kata Ezra dengan senyum sedihnya.

"Bukan aku! Si ilmuan!" seru Novi kesal.

"Mungkin kakak tidak tahu, tetapi kami bukan manusia biasa. Kami dapat merasakan bahwa kakak adalah kak Alsovi," jelas Deron dengan wajah imutnya yang terus khawatir.

Novi terbungkam sambil melihat Deron yang semakin merasa bersalah karena ditatapi dengan alis mengkerut oleh Novi.

"Oh nona, ia sudah mendapatkan apa yang nona inginkan dan katanya kelima pelayan nona tak ada di rumah," kata Ezra dengan senyum lebarnya. "Kau boleh kembali Mithnite," kata Ezra kepada suara di kepalanya.

"Mithnite... Mithnite..." gummam Novi.

"Ada apa kak?" tanya Deron bingung.

"Anda memanggil saya?"

Novi menoleh dan berdiam melihat wajah bingung Mithnite. " Mithnite... harapan."

Mithnite kaget dengan perkataan Novi lalu langsung memasang senyum manisnya. "Iya, itu yang anda katakan mengenai arti dari nama saya. Lalu nama Dekel yang anda berikan karena tempat tinggal saya."

"Dekel... apa tempat tinggalmu dekat dengan pohon palem ataupun kurma?" tanya Novi yang masih bingung dengan pikirannya sendiri.

Mithnite hanya menunjukkan senyum manis dengan mata yang memancarkan sorot haru.

"Nona, nona! Kalau namaku nona ingat? Ezra Dabarath?" tanya Ezra ceria sambil menunjuknya.

Novi kembali berpikir dan nama itu terasa sangat tak asing baginya. "Memangnya yang dari tempat dingin ada yang berambut hitam? Lalu sekuat atau setangguh apa sampai memakai Ezra?" tanya Novi bingung.

Pintu penjara tiba-tiba terbuka kencang dan Ezra memeluk Novi yang masih kaget dengan suara yang muncul tiba-tiba dengan suara keras. "Kau ingat," bisik Ezra dengan suara bergetar.

"Kakak! Apakah kakak juga ingat namaku? Deron Mordecai?"

 "Eh? Um... maaf aku.."

"Tidak apa-apa, aku tidak akan memaksa kakak," kata Deron sambil menundukkan kepalanya.

"Berperanglah dengan keinginanmu, karena sekarang kau adalah burung kecil yang penuh kebebasan." Deron menatap Novi dengan mata terbelak. "Hanya itu yang terlintas di pikiranku, maaf."

Deron menggeleng kencang. "Terima kasih sudah menyebutkan arti nama itu sekaligus harapan yang pernah kakak berikan kepadaku," kata Deron sambil tersenyum lebar dan air mata yang mengalir dari kedua sudut matanya.

"Aku tak mau memberikanmu kepadanya! Kau milikku!" seru Ezra sambil memeluk Novi lebih kencang.

"Aku bukan milikmu! Minggir," usir Novi tanpa belas kasihan. Matanya melihat Deron dan merenangkan tangannya kecil. "Mau kemari?"

Deron mengangguk ceria dan berlari mendekap Novi, tetap dengan air mata yang terus mengalir.

 Saat mengangkat kepala ia dikejutkan karena Mithnite juga ikut mengeluarkan air matanya. "Kau kenapa?" tanya Novi bingung.

"Tidak.. saya hanya.." Mithnite mengusap air matanya yang terus mengalir.

"Dia itu cepat menangis kalau melihat orang lain menangis," kata Ezra yang membuat Novi melihatnya tak percaya.

"Kemarilah," Novi menggerak-gerakkan tangannya agar Mithnite mau mendekatinya ke dalam penjara.

Mithnite masih mengusap air matanya dan berjalan masuk. Saat sudah cukup dekat, Novi mengelus pinggir kepala Mithnite sambil tersenyum. Mithnite yang awalnya kaget akhirnya tersenyum manis dan membiarkan air matanya turun begitu saja.

"Aku juga dong nona."

"Pergi kau Zra."

.
.
.
.
.

[Note:
1. Ikemen:  bahasa jepang dalam istilah slang yang mengacu pada seorang pemuda yang tampan. Dalam Koujien edisi ke-6 ada juga yang notasi yang mengatakan (terdapat) "ikemen". Pada umumnya berarti tampan. "Ikeru" + "men" atau berarti dalam bahasa inggris berarti "men (laki-laki)

2. Otome game/ otoge: Otome, yang berarti "gadis muda" dalam bahasa Jepang, merujuk pada game dating sim alias simulasi berkencan. Game otomeberkonsep memilih salah satu dari karakter-karakter ikemen (cowok ganteng) yang ditampilkan dalam game untuk dijadikan pasangan karakter yang Anda mainkan 

3. Reverse herem: genre anime di mana sang pemeran utama cewek dikelilingi oleh cowok-cowok super duper keren, dan biasanya sang cewek jadi rebutan, lho.

Semua diambil dari mbah google.]

.
.

PERTAMA KALINYA!!! Saya niad banged nyari nama-nama mereka. Ya kalo untuk wajah mereka sudah kebayang dari awal cerita sih, jadi nggak susah. Ohy, gambar menyusul.

Saya harap clue2 di percakapan itu keliatan ya, mengenai arti nama dan mengapa dinamai begitu. Semua orang punya cerita. Mungkin saya akan bikin cerita lepasan mereka? Siapa tau?

Lalu lalu, kalau penasaran cerita yang saya copas itu dari cerita lama saya. Satu2'a cerita yang sampai book dua dan sudah tamat. *bangga*.

Nah yang minta next akhirnya saya next kan? Hehe. Oh iya minggu depan saya akan up, tapi tidak tau dua minggu lagi. Apakah saya se-lenggang sekarang atau tidak.

Sekali lagi dan terus menerus... Terima kasih sudah membaca~

-(26/07/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro